Mengejutkan! BI Buka-bukaan Soal Bisnis E-Money Bank

Reporter : Maulana Kautsar
Rabu, 20 September 2017 10:29
Mengejutkan! BI Buka-bukaan Soal Bisnis E-Money Bank
Salah satu penyebabnya adalah penggunaan e-money yang masih jarang.

Dream - Bank Indonesia menyebut bank penerbit uang elektronik (e-money) tidak mencatatkan untung dari jasa tersebut. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan e-money yang masih jarang.

" Dari yang daftar ke Bank Indonesia rata-rata belum ada yang untung," kata Kepala Pusat Bagian Transformasi Bank Indonesia Onny Widjanarko, di Gedung Bank Indonesia, Selasa, 19 September 2017.

Data BI per Juli 2017 terdapat 69.457.592 keping e-money yang beredar.

Menurut Onny, selain karena belum digunakan secara massif, faktor lain adalah biaya pengembangan teknologi e-money yang tergolong besar.

Onny memberikan gambaran, satu kartu e-money yang diimpor seharga US$2, setara Rp26 ribu. Sementara harga mesin Electronic Data Capture (EDC) untuk top up berharga sekitar Rp2 juta hingga Rp5 juta.

" Dana yang dikumpulkan belum dapat mendukung inovasi dan layanan," ucap dia.

Onny juga membantah alasan uang mengambang (floating) yang dapat memberikan keuntungan bank. Sebab, floating dalam e-money bergerak cepat dan mustahil dapat digunakan untuk investasi.

" Floating kan cepat sekali. Kalau kita pakai Rp100 ribu, sembilan hari sudah habis itu, terutama yang KRL," ucap dia.

Untuk itu, biaya yang nantinya akan dikenakan setiap transaksi top up dengan nilai nominal tertentu dapat dimanfaatkan sebagai penunjang fasilitas e-money oleh bank penyedia layanan. Dia percaya kemudahan layanan dapat menjadi salah satu cara meningkatkan volume pengguna e-money.

 

Beri Komentar