Dari Mukena, Tatuis Kini Beromzet Rp 400 Juta

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Jumat, 12 Mei 2017 08:40
Dari Mukena, Tatuis Kini Beromzet Rp 400 Juta
Awalnya, Tatuis belum serius menggarap bisnis mukena.

Dream - Bagi Muslimah di Indonesia, mukena merupakan alat sholat yang wajib dimiliki. Hampir sebagian besar muslimah memakai pakaian ini untuk sholat.

Pentingnya mukena ternyata menjadi ciri khas Muslimah Indonesia. Ini lantaran Muslimah di negara lain tidak mengenal mukena.

Sayangnya, mukena selama ini dikenal berwarna putih dan bermotif polos. Hal itu menimbulkan kesan monoton.

Namun di tangan tiga bersaudara Rina Kartina, Mira Gartina Sumawijaya, dan Diansyah Sukmana, mukena tampil menjadi semakin modis. Ketiganya memutuskan mendirikan brand mukena Tatuis.

Co-founder Tatuis, Diansyah Sukmana, mengatakan bisnis ini dirintis sejak tahun 2010 oleh Rina Kartina. Beberapa waktu kemudian, Mira Gartina yang merupakan adik Rina dan dirinya sendiri bergabung di bisnis ini.

Ketiganya pun berbagi peran. Rina bertanggung jawab pada produksi dan desain mukena, Diansyah untuk operasional dan keuangan, sedangkan Mira untuk pemasaran dan produksi.

Mereka memilih mukena karena tidak banyak pemain di bisnis alat sholat satu ini. Padahal, pasarnya tersebut begitu besar.

" (Pasar) baju muslim itu super crowded," kata dia di Jakarta, ditulis, Jumat, 12 Mei 2017.

Mira mengatakan nama 'Tatuis dipilih bukan karena ada makna tertentu. Nama ini sebenarnya merupakan kata " tulis" yang dieja oleh anak Rina.

" Waktu itu, anaknya bilang 'tulis' itu dengan 'tatuis'. Anaknya mengeja " tulis" dengan 'tatuis'. Mungkin ini doa dari anak," kata dia.

Awalnya, Tatuis belum serius menggarap bisnis mukena. Mereka fokus pada bisnis sajadah yang dibordir dengan tangan.

Tatuis mulai fokus pada bisnis mukena sejak tahun 2010. Langkah itu bermula saat Tatuis mengikuti pameran INACRAFT bermodal Rp60 juta.

Dian menjelaskan Tatuis mengubah konsep mukena yang tadinya putih dan punya bordir, menjadi lebih fashionable. Ini terinspirasi dari begitu cepatnya model pakaian dengan gaya baru muncul di pasaran.

" Kalau baju, sebulan bisa keluar 2-3 kali. Mengapa mukena tidak?" kata dia.

Untuk segmen pasar, Dian mengatakan Tatuis membidik konsumen kelas menengah ke atas. Agar bisa melayani segmen tersebut, Tatuis meluncurkan produk-produknya dengan banderol harga pada kisaran Rp250 ribu-Rp300 ribu, bahkan ada yang berharga Rp750 ribu.

Mukena-mukena itu, kata Dian, menggunakan bahan katun, rayon, satin, dan sutera. Mukena dari kain sutera lebih mahal daripada dari katun dan rayon, dengan harga bisa mencapai Rp1,7 juta.

" Kami ada produk yang harganya di bawah Rp200 ribu, tapi tidak banyak," kata dia.

 

1 dari 2 halaman

Omzet Rp 400 Juta

Omzet Rp 400 Juta © Dream

Dian mengatakan setiap bulan Tatuis memproduksi 8 ribu-10 ribu potong mukena. Untuk produksi, Tatuis bekerja sama dengan 3 makloon dan 30 penjahit. Produk yang terjual setiap bulannya sebanyak 60 persen.

" Kalau peak, produksinya bisa 30 ribu potong per bulan," kata dia.

" High seasonnya itu April-Juni, dan Lebaran. Barangnya harus diproduksi sejak Desember," kata dia.

Kini, Tatuis juga memproduksi sajadah dan hijab, sebagai upaya untuk mengembangkan sayap bisnis. " Mukenanya 90 persen. Sisanya sajadah dan hijab," kata dia.

Untuk omzet, Dian enggan membeberkan angkanya. " Masih di bawah Rp400 juta," kata dia.

Dian mengatakan pihaknya memasarkan Tatuis lewat e-commerce. Beberapa di antaranya Zalora, Hijabenka, dan Lazada. Pemasaran juga dilakukan melalui juga onlineshop sendiri maupun melibatkan sejumlah distributor.

" Kalau yang onlineshop, baru mulai dua tahun yang lalu," kata dia.

Seiring perkembangan bisnis, kata Dian, jumlah karyawannya pun juga turut bertambah. Semula, ada 1 penjahit yang dipekerjakan di Tatuis. Kini, penjahitnya mencapai 30 orang.

Dian mengatakan saat ini ada 12 distributor yang memasarkan produk Tatuis. Distributor terbesar ada di Sulawesi, Pekanbaru, Padang, Bandung, Jakarta, dan Tangerang.

Meski begitu, mereka tidak menutup kemungkinan jika ada yang berminat menjadi distributor Tatuis. " Syaratnya, distributor harus membeli minimal Rp40 juta dan (ada diskon) 45 persen. Kalau agen, pembelian minimal Rp40 juta dan dapat diskonnya 30 persen, 40 persen, dan 45 persen," kata dia.

 

2 dari 2 halaman

Tertipu Cek Kosong

Tertipu Cek Kosong © Dream

Tertipu Cek Kosong

Perjalanan bisnis memang tidak selamanya mulus. Kadang, ada saja kendala yang muncul.

Hal ini juga terjadi pada Tatuis. Menurut Dian, mereka pernah menjadi korban penipuan di awal-awal menjalankan bisnis.

" Waktu pertama kali banget, kami happy ada yang beli dua karung. Nilai pembeliannya Rp10 juta," kata dia.

Dian pun melakukan transaksi jual beli dengan cash on delivery (COD) di suatu tempat. Pembayarannya dilakukan dengan cek.

" Waktu terima cek dan mau dicairkan, gironya tidak bisa. Waktu didatangi lokasinya, orangnya sudah nggak ada. Kejadiannya tuh 1-2 tahun pas bisnis baru mulai," kata dia.

Tidak hanya itu, kata Dian, Tatuis pernah ditinggal pergi oleh semua karyawan karena suatu masalah. Hal itu berdampak pada tersendatnya bisnis Tatuis.

" Mereka ada masalah dan saya kena akibatnya," kata dia.

Beri Komentar