Kondisi Prihatin Bisnis China yang `Lumpuh` Karena Virus Corona

Reporter : Syahid Latif
Senin, 10 Februari 2020 17:24
Kondisi Prihatin Bisnis China yang `Lumpuh` Karena Virus Corona
Pemerintah China harus bekerja keras mendorong kalangan industri kembali beroperasi.

Dream - Pemerintah China berusaha menghidupkan kembali mesin roda ekonomi yang sempat mogok karena wabah virus corona, 2019-nCoV. Namun imbauan tersebut membutuhkan kerja keras karena kalangan pebisnis masih dicekam ketakutan.

Kementerian Dalam Negeri China sebelumnya telah mendesak kalangan industri, seperti aviasi, untuk kembali beroperasi secepat mungkin. Pemerintah provinsi juga telah meminta pebisnis lokal untuk kembali membuka tokonya Senin lalu, atau 10 hari usai perayaan Imlek.

Banyak kota, terutama di Beijing dan Shanghai, mendorong masyarakatnya untuk bekerja dari rumah. Sementara perusahaan teknologi raksasa China, Alibaba dan Meituan, memperpanjang masa liburan menjadi 16 Februari.

Dalam pernyataannya kepada media Financial Times, manajemen Alibaba menunda operasional perusahaan yang tadinya dimulai hari ini menjadi minimal pekan depan.

Foxconn, kontraktor terbesar China untuk produk Apple, juga belum akan memulai produknya di pabrik iPhone di Zhengzhou, Henan.

 

1 dari 4 halaman

Pegawai Diminta Tambah Libur

Beberapa pegawai di kawasan, termasuk provinsi Heilongjian telah diimbau untuk memperpanjang masa liburan setidaknya dua pekan.

Mewabahnya virus coronan diperkirakan akan memukul ekonomi China tahun ini dari target sebesar 6 persen. Muncul spekulasi kongres nasional China akan menunda pengumuman target pertumbuhan yang semulai dijadwalkan berlangsung Maret mendatang.

Epidemi corona juga diperkirakan akan mendorong China menunda pembelian barang-barang dan komoditas dari Amerika Serikat senilai US$ 200 miliar dalam dua tahun ke depan.

" Jika ada lonjakan orang terjangkit virus ketika masyarakat kembali bekerja, maka kita tahu tengah dalam masalah besar dan harus kembali mundur," kata ian Lipkin, epidemiologist dari Columbia University yang baru pulang dari Beijing dan Guangzhou untuk konsultasi dengan pemerintah China.

(Sah, sumber: FT.com)

2 dari 4 halaman

Pembeli Sepi dan Toko Tutup, Ini Kisah Pilu Bisnis Sekarat Karena Virus Corona

Dream - Jian Guolong, pendiri jaringan restoran populer di China, Xi Bei, mengaku hanya punya uang untuk mencukupi kehidupannya selama tiga bulan ke depan. Virus corona yang melumpuhkan sebagian besar China perlahan-lahan membunuh bisnisnya.

Uang tersebut masih sangat kurang. Dia harus membayar uang sewa serta menggaji lebih dari 20 ribu pegawainya. Bisnis restorannya tengah sekarat. Tak ada satupun pelanggan mau datang.

Guolong bukan satu-satunya yang pusing tujuh keliling. Persoalan serupa dihadapi perusahaan korporasi besar.

Cathay Pacific, maskapai penerbangan ternama asal Hong Kong, dibelit masalah yang sama. Perusahaan telah meminta 27 ribu pegawainya untuk libur selama tiga pekan. Cuti tanpa dibayar.

Kondisi ini pernah dialami saat krisi keuangan global menerjang dunia di tahun 2009.

 

3 dari 4 halaman

Tak Ada yang Berani Buat Kontrak Baru

Sementara perusahaan restoran cepat saji, Yum China memperkirakan penjualan dan keuntungan mereka akan negatif di tahun 2020. Mereka telah menutup 30 persen restoran di seluruh China.

Kisah bisnis yang menanti ajal itu hanya sedikit dari banyak cerita pilu akibat wabah virus corona yang mencemaskan dunia.

" Epidemik ini telah menyebabkan penghentian sejumlah pabrik klien," ujar CEO perusahaan startup, Black Lake Technologies, Zhuo Yuxiang dikutip Dream dari laman Forbes, Jumat, 7 Februari 2020.

Menurung Zhou, para klien menahan diri untuk membuat kontrak baru dan proses produk disetop sementara. Kondisi yang membuat bisnis mandeg.

Zhou saat ini memiliki klien dari 300 pemilik pabrik dari bisnis pengelolaan data lewat aplikasinya.

 

4 dari 4 halaman

Hanya yang Bertahan Bisa Lihat Masa Depan

Dampak virus corona yang bermutasi menjadi 2019-nCoV ini diperkirakan bakal lebih parah dari SARS di tahun 2003 lalu. Pemerintah China telah memerintahkan seluruh pengelola mal untuk tutup, bioskop dan pabrik berhenti beroperasi.

Dengan industri manufaktur dan aktivitas bisnis yang terhenti, pertumbuhan PDB China di kuartal I-2020 kemungkinan akan mengkerut menjadi 3,8 persen. Itu setara dengan US$ 62 miliar. Perkiraan ini dikeluarkan ekonom UBS, Wang Tao.

Sejumlah roda bisnis akan terpukul sangat keras dengan wabah virus corona ini. Selain restoran, bisnis katering, hiburan, layanan jasa, retail dan transportasi akan terkena imbas.

" Downsize jika diperlukan, relokasi pabrik jika butuh, atau PHK karyawan jika mendesak," tulis Wang Ran, pendiri persahaan investasi CEC Capital dalam blog terbarunya. " Hanya mereka yang bisa melwati masa ini dapat bertahan dan melihat masa depan."

(Sah, Sumber: Forbes)

Beri Komentar