M Iming, Pembuat Kopiah (Istimewa)
Dream - Peci merupakan penutup kepala khas orang Melayu. Kemudian peci berkembang menjadi aksesoris penutup kepala umat muslim laki-laki ketika menjalankan ibadah. Peci yang sebagian orang menyebutnya kopiah juga kerap dijadikan sebagai identitas karakter seseorang, salah satunya presiden pertama RI, Soekarno.
Tidak ada literatur pasti darimana asalnya aksesoris kepala bernama peci tersebut. Tetapi di Kota Bandung, Jawa Barat ada sebuah toko peci yang mampu bertahan hingga satu abad, yakni peci M Iming. Toko tersebut didirikan seorang pria asli Bandung yang akrab di panggil Mas Iming.
Kini bisnis tersebut diteruskan, Ella HA Soedja'i yang merupakan putri bungsu M Hatta Adang Soedja'i, cucu pertama Mas Iming. Ella merupakan generasi keempat penerus usaha peci tersebut dan masih konsisten mempertahankan keaslian peci M Iming.
Toko M Iming berada di Jalan Ahmad Yani, Bandung atau lebih terkenal dengan sebutan simpang lima Bandung. Toko tersebut berada di deretan toko-toko sepeda di kawasan itu. Toko peci M Iming lebih mencolok dibanding toko lainnya karena bentuk bangunannya yang masih kental dengan arsitektur zaman Belanda.
Sejak 1912
Awalnya Mas Iming mengenal cara memproduksi kopiah setelah menikahi Ningsih, anak dari seorang pemilik hotel di Pasar Baru, Bandung. Mas Iming tidak turut menggeluti bisnis hotel mertuanya, tapi lebih tertarik pada bisnis kopiah yang merupakan usaha dari kakak iparnya, Tayubi. Kemudian sekitar 1906, Mas Iming belajar membuat peci dari Tayubi yang saat itu berjualan di Kawasan Pasar Baru, Bandung.
Setelah beberapa tahun belajar membuat peci, dengan hanya bermodal mesin jahit tangan, pada 1912 Mas Iming mulai membuat peci dan berjualan di pinggir kawasan Prapatan Lima, Bandung, Jawa Barat. Saat itu kawasan tersebut bernama Groote Postweg Jalan Raya Timur dan sekarang namanya berubah menjadi Jalan Jend Ahmad Yani, Bandung.
Ketika itu, M Iming berjualan di tanah milik orangtuanya yang merupakan salah satu bangsawan di sana. Meski berasal dari keturunan seorang yang berada, Mas Iming tidak mau menyusahkan orangtuanya. Dengan hanya dibekali modal berupa lahan, Mang Iming mulai merintis bisnisnya.
Setelah usaha peci tersebut terus berkembang, kemudian pada 1930, Mas Iming membangun rumah yang dijadikan toko peci di Jalan Raya Timur yang kini berubah nama menjadi Jalan Ahmad Yani, Bandung.
Pada masa pendudukan Jepang, rumah itu diduduki penjajah. Mas Iming sempat menyembunyikan berbagai kelengkapan untuk memproduksi kopiah, termasuk semua mesin jahit. Kemudian dia pergi mengungsi. Tidak lama kemudian, Mas Iming mendapatkan hak kepemilikan rumahnya dan memulai kembali usaha kopiahnya.
Hingga kini, usaha peci M Iming sendiri masih berdiri kokoh meski sudah 100 tahun. Usaha kopiah itu terus dikelola dengan konsisten dan dipertahankan oleh keturunan Mas Iming.
Masa Mengeluarkan Uang Segitu, Berat....>>>>>
Pertahankan sejarah
Ella HA Soedja'i yang merupakan penerus usaha tersebut mengatakan keluarganya secara turun temurun keluarganya diberikan amanat agar tidak melupakan jejak sejarah tersebut.
Kata dia, toko tersebut bukan sekadar usaha. Dalam keadaan apa pun, keturunan Mas Iming harus senantiasa mempertahankan orisinalitas peci tersebut. Termasuk desain toko yang saat ini dia kelolanya. " Isitilahnya ini adalah peninggalan orangtua kami, ini amanat," kata Ella.
Menurut Ella, kopiah M Iming asli dibuat langsung di toko yang berada di Jalan Ahmad Yani tersebut. Para pekerja yang ditugasi membuat peci tersebut juga bukan sembarangan orang.
Semua pekerja adalah orang-orang yang sudah lama kenal dengan keluarga M Iming. Mereka lalu mewariskan keahlian membuat kopiah tersebut kepada saudara-saudaranya, sehingga ciri khasnya tidak hilang.
" Semua pekerja di sini sudah berpuluh-puluh tahun mengabdi dan sudah seperti keluarga sendiri," ucapnya.
Pelanggan lama
Ella mengatakan, saat ini memang sulit untuk membudayakan memakai peci kepada anak-anak muda. Sehingga yang menjadi pelanggannya adalah orang-orang tua yang sudah terbiasa menggunakan peci pada kesehariannya.
Kata dia, tidak ada promosi luar biasa yang dilakukannya untuk mengenalkan produknya tersebut. Tetapi meski demikian, Cicit Mas Iming itu mengaku bahwa kopiah produksi mereka sudah melekat di hati para pelanggan jadi ada saja yang membeli.
" Strategi promosinya dari mulut ke mulut, pelanggan di sini menceritakan kepada anak cucunya. Strategi promosinya hanya itu," terangnya.
Ela menyampaikan, meski nama Kopiah M Iming sudah melanglang buana di seantero Bandung, bahkan sampai ke beberapa kota di Indonesia, tetapi harga yang dipatok tidak mahal, yakni mulai dari Rp50 ribu hingga Rp250 ribu saja.
" Ini kan buat dipakai ibadah, dipakainya juga di kepala. Masa mengeluarkan segitu untuk beribadah berat," tutur dia.
Rambah Lini Masa
Muhammad Rienat (28) yang merupakan anak pertama dari Ella HA Soedja'i mengatakan, produk peci M Iming tidak dipasarkan secara khusus.
Tetapi meski demikian, sebenarnya keluarga ingin mengembangkan bisnis peci tersebut menjadi lebih maju. Hanya saja masih terbatas pada pengetahuan strategi pemasaran.
Kata Rienat, dia memang sudah berfikir untuk menggunakan strategi pemasaran secara online. Baik itu melalui media sosial, melalui situs jual beli online dan membuat website sendiri. " Rencana sudah ada, tapi belum tahu memulainya dari mana," kata dia.
Rienat menuturkan, sebenarnya dia sudah menangkap peluang-peluang pemasaran peci M Iming. Karena menurut dia, pejabat di Indonesia baik itu di pusat atau daerah kerap menggunakan peci sebagai aksesoris penutup kepala.
Selain itu, kata dia, beberapa partai bernafaskan Islam juga kerap menggunakan peci sebagai identitas mereka. " Tapi saya belum tahu akses ke sana seperti apa. Rencana sudah banyak, tinggal eksekusi saja," tuturnya.
Laris di hari Lebaran
Rienat menyampaikan, omzet peci M Iming sendiri sebenarnya sangat menggiurkan. Tetapi yang menjadi kekhawatiran dia dan keluarga adalah budaya menggunakan peci tergerus oleh zaman.
Kata dia, apabila pada hari biasa setiap bulannya rata-rata bisa habis lima kodi hingga 10 kodi atau sekitar 100 hingga 200 buah peci. Kemudian uang yang didapat bisa sampai Rp1 juta per hari. Tetapi jumlah tersebut bisa naik hingga 100 persen apabila mejelang Lebaran. " Tapi kalau pas bulan Ramadan sampai menjelang Lebaran omzetnya bisa sampai Rp5 juta - 15 juta per hari," terang dia.
Rienat menambahkan, apabila saat hari raya peci tersebut lari karena banyak para pedagang alat ibadah eceran sengaja datang toko peci M Iming. Sebab, peci dengan merek tersebut banyak dicari konsumen di pasar tradisional di Bandung tapi tidak tahu tokonya.
(Laporan: Rohimat)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN