Marina Kusumawardhani, Pendiri Startup Bisnis Sosial, Social Generation. (Foto: BBC Indonesia)
Dream – Muslimah itu bernama Marina Kusumawardani ini. Namanya tengah menjadi sorotan. Dia merintis sebuah akademi wirausaha sosial (social entrepreneurship). Lewat tangannya, Marina menjadi penghubung antara para pemilik uang dengan masyarakat miskin.
Dilansir dari BBC.com, Rabu 30 November 2016, ide merintis ini berawal dari dia ke Kalkuta, India, beberapa tahun yang lalu. Kala itu, dia bertemu dengan seekor anjing yang kehausan di sekitar rel kereta ketika sedang menunggu kereta.
“ Saya langsung mencari air untuk dikasih ke anjing itu. Soalnya, dia haus banget,” kata Marina.
Sarjana Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) ini melihat orang-orang di sekitarnya tertegun, bahkan ada di antaranya yang menangis. Mereka adalah gelandangan dan orang miskin yang tinggal di emperan bangunan stasiun.
Dari sanalah, Marina sadar bahwa ada “ kehidupan lain” di tengah kemajuan teknologi. Wanita ini pun tak kuat menahan tangisnya. Dia pun teringat dengan perkataan seorang tokoh India, Mahatma Gandhi, yang mengatakan bahwa kemiskinan adalah kejahatan yang brutal.
Selulusnya dari ITB, Marina pun melanjutkan studinya ke Techinsche Universitat Wien untuk mengambil program magister Sains. Di sana, mantan Risk Management/Clearing Manager Austrian Power and Gas Clearing Settlement ini langsung bersentuhan dengan ide dan program pengentasan kemiskinan.
Usai menggenggam gelar magister, wanita ini langsung bergabung dengan sejumlah lembaga internasional yang peduli dengan masalah kemiskinan. Dia pun juga belajar soal pendekatan alternatif penyelesaian kemiskinan di negara-negara terbelakang.
Tekad Marina pun semakin bulat ketika bertemu dengan seorang penyabet Nobel Perdamaian tahun 2006, Muhammad Yunus. Yunus ini adalah seorang pendiri Grameen Bank di Bangladesh dan bisnisnya ini fokus kepada bisnis sosial.
Grameen Bank ini memiliki konsep usaha memberikan kredit mikro kepada orang miskin. Dia pun menyarankan Marina untuk pergi ke Bangladesh belajar soal bisnis sosial.
Marina pun melaksanakan saran Yunus. Di Bangladesh, dia membuat semacam riset di pedalaman dan tinggal di rumah warga. Selama itu pula, wanita kelahiran tahun 1983 ini mendirikan semacam lembaga pelatihan tentang social entrepreneurship yang bernama Generation Social pada tahun 2013.
Lembaga ini merupakan sebuah startup yang fokus terhadap bisnis sosial. Lewat lembaga ini, Marina ingin melatih anak muda atau generasi milenial untuk menjadi seorang social entrepreneur.
Dia memandang bisnis sosial merupakan bisnis yang punya dampak sosial terhadap masyarakat, terutama masyarakat miskin.
“ Dia harus sustainable, bisa menghidupi diri sendiri dan tidak tergantung pada sumbangan. Kadang dia bersifat non profit, kadang-kadang mencari keuntungan. Dia sebuah bisnis, tapi dampak sosialnya besar,” kata CEO Generation Social.
Dikutip Perspektif Baru, Marina mengatakan produk yang dibuat dalam bisnis sosial ini tak melulu harus menguntungkan layaknya perusahaan komersial. Keuntungan yang dipungut pun tidak terlalu banyak dan bisa diputar kembali menjadi modal.
Dalam lembaga yang kegiatannya dilegalisasi di Amerika Serikat ini, Marina mengajarkan generasi ini tentang kepemimpinan. Porsi materi ini pun mencapai 60 persen dari kurikulum ajar dan 40 persen sisanya adalah materi bisnis. Marina mengharapkan lulusan organisasi tersebut juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan yang bisa membantu masyarakat miskin.
“ Kami percaya masalah entrepreneurship atau menjadi wirausahawan sebetulnya benar-benar masalah leadership, bukan yang lain,” kata dia.
Tak tanggung-tanggung, wanita ini pun menggandeng penulis buku ternama “ 7 Habits”, Stephen Covey untuk bahan ajar. Marina juga mengatakan di organisasi ini juga ditekankan replikasi Grameen Bank di Bangladesh yang merupakan cerita sukses.
“ Jadi, kita tidak hanya memberi tahu anak muda bahwa kalian pasti gagal di percobaan pertama, tapi meminimalisir kegagalan itu,” kata dia.
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang