Menkeu: Orang Kaya Dunia Borong Vaksin Covid-19

Reporter : Syahid Latif
Kamis, 28 Januari 2021 07:33
Menkeu: Orang Kaya Dunia Borong Vaksin Covid-19
Menkeu mengingat peringatan WHO jika vaksinasi Covid-19 akan menjdi tragedi moral dunia.

Dream - Upaya mengadakan vaksin Covid-19 tak hanya melibatkan Kementerian Kesehatan. Sebagai bendahara negara, Kementerian Keuangan juga turut sibuk mencari sumber vaksin yang bisa `ramah anggaran`.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah masih terus menegosiasikan harga vaksin Covid-19 yang ditawarkan sejumlah perusahaan luar negeri. Negosiasi menjadi alot karena banyak negara kaya memesan vaksin yang sama.

Tingginya permintaan kebutuhan vaksin dari berbagai negara di dunia membuat harga jualnya mengalami kenaikan signifikan.

" Orang-orang negara kaya memborong semua, dan orang-orang kaya di negara kaya mulai memborong sendiri," kata Srimulyahi dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR-RI, Rabu, 27 Januari 2021.

 

1 dari 6 halaman

Vaksin Sinovac CoronoVac

Menkeu mengakui terkejut dengan dinamika seputar harga vaksin Covid-19 di dunia. Meskipun dia menyadari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah memperingatkan vaksinasi yang tengah dibutuhkan negara akan menjadi tragedi moral dunia.

" Ini sudah disampaikan oleh WHO dalam peringatan bahwa vaksinasi Covid bisa jadi tragedi moral dunia," jelasnya.

Meski demikian, Menkeu memastikan para ahli dan Kemenkes terus melakukan perencanaan vaksinasi termasuk mempertimbangkan masalah harga yang melonjak tersebut.

 

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

2 dari 6 halaman

Penghasilan 9 Bulan Mark Zuckerberg Cs Cukup Cegah Resesi & Vaksin Penduduk Bumi

Dream - Badan amal Oxfam Internasional menyebut Covid-19 memperburuk ketimpangan kesejahteraan masyarakat di dunia. Pemerintah diimbau mengambil tindakan cepat untuk mengatasi permasalahan ini.

“ Kesenjangan besar antara yang kaya dan miskin terbukti sama mematikan dengan virus,” kata Direktur Eksekutif Oxfam Internasional, Gabriela Bucher, seperti dikutip Al Jazeera, Rabu 27 Januari 2021.

Oxfam menyebutkan orang-orang termiskin di dunia butuh sepuluh tahun untuk bangkit setelah ekonomi anjlok akibat pandemi Covid-19. Sebaliknya, para miliader hanya memerlukan sembilan bulan mengganti kerugian yang dialami sejak virus menyebar ke seluruh dunia.

3 dari 6 halaman

Fokus Utama Pemulihan Ekonomi Dunia

Menurut Bucher, perjuangan melawan ketidaksetaraan harus menjadi fokus upaya penyelamatan dan pemulihan ekonomi.

“ 1.000 miliarder teratas, terutama lelaki kulit putih, telah memulihkan kekayaan yang hilang, bahkan ketika ekonomi riil menghadapi resesi terberat dalam satu abad,” ujarnya.

Oxfam merilis laporan terbaru ketika Forum Ekonomi Dunia di Swiss, Senin 25 Januari 2021. Melalui survei terhadap 295 ekonom dari 79 negara, mereka mendapati 87 persen responden memperkirakan ketimpangan pendapatan di negaranya meningkat atau meningkat tajam akibat pandemi.

 

4 dari 6 halaman

Pandemi Berdampak Besar Bagi Warga Miskin

Lebih dari 50 persen responden mengatakan kesetaraan gender kemungkinan akan atau sangat mungkin meningkat. Ketidaksetaraan rasial turut diperkirakan mengalami peningkatan.

“ Dua pertiga responden juga merasa pemerintah mereka tidak punya rencana untuk memerangi ketidaksetaraan,” tulis laporan Oxfam.

Pandemi telah menyakiti orang yang hidup dalam kemiskinan jauh lebih keras dibandingkan orang kaya. Efek parah juga dirasakan kaum perempuan, orang kulit hitam, keturunan afro, penduduk pribumi, dan komunitas yang secara historis terpinggirkan.

 

5 dari 6 halaman

Kelompok Kaya Semakin Kaya

Pandemi juga menungkapkan lebih dari tiga miliar orang tidak memiliki akses ke perawatan kesehatan. Sementara itu, tiga perempat pekerja tidak memiliki perlindungan sosial seperti tunjangan pengangguran.

“ Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, lebih dari separuh pekerja berada dalam kemiskinan meski memiliki pekerjaan,” kata laporan tersebut.

Di sisi lain, para miliarder di dunia berhasil meningkatkan kekayaannya US$3,9 triliun, atau sekitar Rp54.913 triliun selama 18 Maret-31 Desember. Total kekayaan mereka mencapai US$11,95 triliun (Rp168.261 triliun) atau setara dengan anggaran yang dihabiskan pemerintah 20 negara maju untuk penanganan Covid-19.

Di India misalnya, pendapatan para miliarder meningkat 35 persen selama April-Juli 2020, meski negara tersebut diisolasi untuk mencegah penyebaran Covid-19.

“ Sementara 10 miliarder terkaya dunia secara kolektif mengalami peningkatan kekayaan US$540 miliar (Rp7.603 triliun) selama periode ini,” tulis laporan.

6 dari 6 halaman

Peringatan Bagi Pemerintah

Oxfam mengatakan, seberapa cepat tingkat kesenjangan dapat teratasi tergantung tindakan yang diambil pemerintah.

Menurut Bank Dunia, lebih dari 501 juta orang akan hidup dengan biaya kurang dari US$5,50 (Rp77.542) per hari pada 2030 jika pemerintah terus membiarkan ketimpangan.

Beberapa upaya bisa dilakukan pemerintah, termasuk melakukan investasi dengan menggratiskan perawatan kesehatan, pendidikan, dan layanan publik lainnya.

“ Pemerintah harus menetapkan target yang kongkret dan terikat waktu untuk mengurangi kesenjangan. Tidak hanya kembali ke tingkat sebelum krisis,” kata Oxfam.

Menurut Daily Star, sepuluh triliuner terkaya yang dirilis Oxfarm itu antara lain pendiri Amazon, Jeff Bezos; pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, dan pemilik Tesla serta Space X, Elon Musk.

Oxfam menyebut kekayaan yang telah dihasilkan sepuluh orang tersebut selama sembilan bulan terakhir cukup untuk mencegah resesi global jika didistribusikan secara adil, bahkan ada sisa yang cukup untuk melakukan vaksinasi Covid-19 di sekujur Bumi ini.

Beri Komentar