Nyonya Meneer, Mulai Berdiri Sampai Tersungkur

Reporter : Eko Huda S
Kamis, 10 Agustus 2017 15:26
Nyonya Meneer, Mulai Berdiri Sampai Tersungkur
Nyonya Meneer yang berdiri hampir seabad itu pun akhirnya tersungkur.

Dream - Getir. Itulah nasib Nyonya Meneer. Sepahit produk jamunya. Berdiri sejak 1919, perusahaan legendaris itu kolaps. Lelah menanggung tumpukan utang. Pengadilan Niaga Semarang menyatakannya pailit.

Sebanyak 35 kreditur merubung perusahaan ini. Menagih utang dengan total Rp89 miliar. Pada Kamis 3 Agustus 2017, pengadilan menyatakan perusahaan itu tak sungguh-sungguh membayar utang. Nyonya Meneer dipailitkan.

Berdiri hampir seabad, perusahaan ini sudah melegenda. Semua pecinta jamu pasti tahu logo wanita bersanggul yang terpajang pada setiap kemasan produknya. Dialah si Nyonya Meneer. Pendiri perusahaan ini.

Namanya memang Meneer. Namun jangan dikira dia keturunan Belanda. Meneer memang identik dengan istilah Belanda yang sering diucap rakyat Indonesia, yang berarti Tuan.

Lahir di Sidoarjo, Jawa Timur, pada 1895. Dia keturunan Jawa-Tionghoa. Nama Meneer tersemat karena sang bunda gemar memakan butiran beras halus. Disebut menir. Saat lahir, sebenarnya dinamakan Lauw Ping Nio. Tapi sang bunda yang punya kebiasaan memakan butiran halus beras itu lebih suka memanggilnya dengan nama Meneer. Para tetangga ikut-ikutan memanggilnya dengan nama Nonie Meneer.

Meneer kecil mencecap banyak ilmu dari sang ibu. Termasuk cara meramu tetumbuhan berkhasiat. Meraciknya mejadi jamu. Warisan inilah yang nantinya menjadi bekal mendirikan usaha jamu legendaris ini.

Lau Ping Nio menikah saat belia. Masih berusia 17 tahun. Dia membangun rumah tangga dengan pemuda Semarang. Ong Bian Wan. Sang pedagang muda. Setelah menikah, sebutan Nonie dilepas. Berganti menjadi Njonja Meneer. Sebutan yang melegenda hingga kini. Nyonya Meneer dengan ejaan modern.

Seperti rakyat Indonesia lainnya. Keluarga Meneer juga susah saat penjajahan Belanda. Pada awal 1900an, saat sang suami sakit perut akut, saat para dokter angkat tangan, si Nyonya lah yang bertindak.

Pengalaman hidup Nyonya Meneer ini mengajarkan kepada banyak orang agar tak mudah putus asa. Di balik kesulitan tersimpan kekuatan manusia. Himpitan itu telah menghidupkan kembali kreativitas Nyonya Meneer dalam meracik jamu.

Berbekal sedikit pengetahuan warisan orangtua, Nyonya Meneer meracik aneka tumbuhan dan rempah. Ramuan itu diminumkan kepada Ong Bian Wan. Ternyata mujarab. Penyakit yang tak sirna dengan beragam pengobatan itu sirna setelah meminum jamu ramuan si Nyonya.

Sejak itulah keahlian Nyonya Meneer meracik jamu menyebar dari mulut ke mulut. Mulai dikenal masyarakat luas. Warga yang sakit kepala, perut, sampai demam, bisa sembuh setelah meminum jamu racikan tangan Nyonya.

Karena banyak orang sembuh dengan racikannya, Nyonya Meneer akhirnya berbisnis jamu. Tak langsung membangun pabrik dengan peralatan canggih. Melainkan hanya rumahan. Jamu-jamu racikan itu dititipkan dari warung ke warung. Nyonya Meneer sendiri yang mengantarkan jamu-jamu itu.

Produk itu banyak peminat. Laris manis. Sehingga dikembangkan menjadi industri kecil dengan menambah jumlah pegawai. Pada 1919, dia mendirikan perusahaan dengan nama ‘Jamu Jawa Alsi Cap Potret Nyonya Meneer’. Foto wanita bersanggul dipasang pada tiap kemasan. Dialah si Nyonya Meneer. Bukan untuk mencari tenar, melainkan hanya menjamin keaslian produk jamunya.

Dari Semarang, jamu-jamu Nyonya Meneer menyebar ke penjuru Tanah Air. Pada tahun 2006 berhasil memperluas pemasaran jamu ke Taiwan, sebelumnya berhasil memasuki Malaysia, Brunei, Australia, Belanda, dan Amerika Serikat. Jamu Nyonya Meneer benar-benar menjadi legenda.

Jika Anda sering ke warung atau keluar masuk pasar, pasti pernah menemukan jamu Galian Putri, Jamu Sariawan, Amurat, Sakit Kencing, Sehat Wanita, Pria Sehat, Mekar Sari , Galian Rapet, Bibit, Galian, Awet Ayu, Gadis Remaja, Jamu Habis Bersalin, Susut Perut, Bikin Gemuk, dan Jamu Langsing.

Itulah deretan produk jamu Nyonya Meneer yang melegenda ini.

***
Seabad berdiri bukan berarti tanpa tantangan. Sejak Nyonya Meneer wafat pada 1978, usaha yang kini dipegang generasi ke tiga itu kerap dirundung masalah. Krisis operasional mendera mulai 1984 hingga 2000. Konflik internal disebut-sebut telah membuat kaki PT Nyonya Meneer rapuh. Semakin susah bertahan.

Jejak berita Nyonya Meneer juga diwarnai oleh aksi mogok buruh. Antara lain terjadi pada tahun 2000-2001. Macam-macam masalahnya. Ada yang menuntut pembayaran THR, masalah HAM, dan demonstrasi lainnya.

Pada 24 Maret 2016 misalnya. Ratusan buruh PT Nyonya Meneer menggelar demo di Jalan Raya Kaligawe, Kota Semarang. Mereka mengaku sudah empat bulan tak menerima gaji. Kala itu, Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Semarang pun mengimbau PT Nyonya Meneer mendahulukan kepentingan buruhnya.

Berbagai analisa mengemuka menjelaskan pailitnya Nyonya Meneer. Selain konflik keluarga, perusahaan ini disebut-sebut tertinggal oleh roda zaman. Mereka disebut-sebut tak terlambat berinovasi.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Didik J. Rachbini, mengatakan, suatu perusahaan bisa bangkrut meskipun telah lama beroperasi. Seperti yang dialami oleh PT Nyonya Meneer.

“ Nyonya Meneer lebih kepada korporasi, korporasi yang tidak dapat menyesuaikan dengan perubahan yang sangat cepat. Jadi di Jepang dan di negara lain juga ribuan perusahaan pailit karena tidak mampu menyesuaikan diri,” ujar Didik.

Nyonya Meneer memang bukan pemain tunggal. Banyak produsen jamu yang juga membanjiri pasar dengan produk kekinian. Kemasan menarik, dengan berbagai varian. Belum lagi model penjualan yang tak lagi konvensional. Sudah merambah dunia maya.

Siapa saja yang tak berinovasi dengan kondisi pasar saat ini, tentu saja tergilas zaman. Tak mampu bersaing untuk merebut, atau bahkan mempertahankan pasar yang telah dikuasai sekalipun.

Menarik untuk direnungkan. Perusahaan ini berdiri dari sejarah kesulitan. Himpitan hidup yang mendera Lauw Ping Nio. Dia telah mengajarkan kepada kita semua bahwa dalam kesulitan itu terdapat kekuatan. Bisa menumbuhkan kreativitas. Tidak mudah menyerah.

Namun sayangnya, kini Nyonya Meneer yang sudah berdiri hampir seabad itu akhirnya tersungkur. 

(Sah/Dari berbagai sumber)

Beri Komentar