Dream - Mulai hari ini, pemerintah mengizinkan PT PLN mencabut subsidi energi untuk beberapa pelanggan listrik golongan rumah tangga tegangan rendah R-1 yang berdaya 1.300 VA hingga layanan khusus. Ada 12 golongan yang kini Tarif Dasar Listrik (TDL)-nya mengikuti mekanisme tarif adjustment sesuai dengan harga minyak dan nilai tukar rupiah terhadap dolar saat itu.
Lalu, bagaimana dampaknya bagi perekonomian tanah air? Alasan pencabutan subsidi ini diperkirakan daya beli masyarakat kembali melemah. Meskipun, beberapa waktu lalu pemerintah telah mengeluarkan paket kebijakan dan mendorong Bank Indonesia untuk membuat kebijakan guna menaikkan kembali daya beli masyarakat.
Pengamat ekonomi Drajad Wibowo menilai kenaikan TDL ini untuk `memanjakan` para investor agar mau masuk membiayai proyek pembangunan pembangkit listrik. Dengan tarif listrik yang berlaku selama ini, investor disebut kurang tertarik karena keuntungan yang terlalu kecil.
" TDL yang ada masih dianggap terlalu rendah bagi sebagian besar investor. Alasannya antara lain bunga bank di Indonesia mahal, urusan pembebasan lahan sangat memboroskan biaya, dan lain-lain," ujar politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini kepada Dream, 30 November 2015.
Dradjad mengungkapkan, sebagian investor bahkan disebut-sebut meminta kenaikan TDL hingga 2-2,5 kali lipat. Alasannya, pelaku usaha bisa membuat hitung-hitungan finansial yang agak longgar.
" Jd memang kenaikan TDL ini buat menyenangkan investor, supaya pembangunan pembangkit dan distribusi listrik bisa lebih cepat," tambahnya.
Keputusan pencabutan subsidi listrik, lanjut Drajad, memang memberikan efek yang sangat besar bagi masyarakat di tengah nilai tukar rupiah yang masih belum stabil, dan kenaikan harga barang dan jasa lainnya.
Di sisi lain, negara juga harus menggenjot ketersediaan listrik dengan APBN yang terbatas. Alhasil, negara membutuhkan investasi dari sektor swasta yang tentunya meminta harga listrik dinaikkan dengan risiko daya beli rakyat memburuk. " Memang di sini dilemanya," katanya.
Apakah Keputusan Terbaik?
Drajad menyatakan dampak kebijakan yang dibuat PLN dan pemerintah baru bisa diketahui hasilnya tahun depan. Hal ini bisa dinilai dari jumlah investasi yang didapat untuk proyek pembangunan pembangkit listrik tersebut dan terjaganya daya beli masyarakat.
" Jadi memang harus bisa mengoptimalkan keseimbangan antara daya beli rakyat vs keuntungan investor. Saya tidak yakin apakah setimpal dan tepat. Nanti pembuktiannya pada tahun 2016. Apakah daya beli rakyat tidak banyak anjlok dan investasi listrik melonjak, tahun 2016 yang akan membuktikan," pungkasnya.
Advertisement