RI Perlu Berguru Kemandirian Ekonomi dari China dan Jepang

Reporter : Ramdania
Selasa, 12 Mei 2015 17:02
RI Perlu Berguru Kemandirian Ekonomi dari China dan Jepang
Investasi asing bisa memberikan dampak negatif bagi suatu negara karena bisa menyebabkan ketergantungan ekonomi.

Dream - Pemerintah tengah gencar mengundang investor asing untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, Ekonom dari Universitas Sam Ratulangi, Agus Tony Poputra, menilai tindakan tersebut justru menyebabkan ketergantungan ekonomi Indonesia kepada pihak asing semakin besar.

Agus mengingatkan, perilaku investor asing menempatkan dana hasil ekspor di luar negeri sudah menjadi fenomena umum. Ini dapat terlihat bagaimana Bank Indonesia kesulitan untuk meningkatkan cadangan devisa walaupun ekspor Indonesia relatif tinggi. Usaha ini akan semakin sulit jika perekonomian Indonesia semakin tergantung pada investor asing.

" Contoh lain dari dampak negatif dari ketergantungan pada investor dapat dilihat di pasar modal di mana saat investor asing menarik dananya, maka pasar modal Indonesia langsung terpuruk," ujar Agus dalam keterangan persnya, Selasa, 12 Mei 2015.

Untuk itu, lanjut Agus, pemerintah harus selektif dalam menerima investasi dari pihak asing. Kalau perlu, tambahnya, Indonesia perlu belajar dari China dan Jepang dalam membangun ekonominya. Kedua negara itu tidak bergantung berlebihan kepada investasi asing.

Menurut Agus, kedua negara itu mampu menjadi negara makmur yang sangat disegani di dunia. Kekuatan strategi pembangunan China berada pada kemampuan pemerintah membentuk hubungan inti-plasma yang solid antara pengusaha besar dan kecil yang berada pada industri yang sama.

“ Dan pemerintah membantu pembiayaan pengusaha kecil yang telah memiliki pasar yang jelas lewat hubungan inti-plasma tersebut,” paparnya.

Di sisi lain, ujar Agus, strategi pembangunan Jepang adalah penguatan etos kerja masyarakatnya sehingga mampu mengatasi masalah kelangkaan sumber daya alam yang dimiliki. Di samping itu, mendorong daya inovasi di kalangan dunia usaha.

Agus menambahkan Indonesia bisa jauh lebih makmur dari China dan Jepang sebab Indonesia memiliki sumber daya alam yang luar biasa. Indonesia bukanlah negara dengan “ cek kosong.” Namun persoalannya etos kerja masyarakat Indonesia yang rendah tidak pernah dibenahi dengan serius.

Demikian juga dengan hubungan inti-plasma antara pelaku bisnis. Bahkan banyak program pemberdayaan masyarakat cenderung memberi ikan ketimbang kail. Mengingat kemiskinan bisa timbul karena kemalasan, maka program seperti itu seakan memberi “ hadiah” bagi kemalasan. Di sisi lain, membebankan pajak yang berlebihan pada mereka yang mampu sehingga seakan “ menghukum” usaha keras.

“ Untuk membangun ekonomi Indonesia yang mandiri, maka kebijakan inti-plasma dan pembangunan etos kerja sebagaimana sukses dicontohkan China dan Jepang seharusnya ditiru. Ini semestinya menjadi bagian dari Revolusi Mental yang sampai saat ini belum jelasnya konsepnya,” tegasnya.

Beri Komentar