Tolak Angin Meraih Penghargaan Halal Award Dari LPPOM MUI. (Foto: Dream.co.id/Muhammad Ilman Nafian)
Dream - Tolak Angin, Brand jamu ternama, meraih Halal Award 2019 dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Penghargaan itu diberikan di sela Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
Direktur PT Sido Muncul, Irwan Hidayat mengatakan, sebanyak 241 produk dari Sido Muncul, termasuk Tolak Angin sudah mendapat sertifikat halal dari MUI pada 6 Maret 2019.
" Ini tahun pertama mendapat Halal Award dari MUI," kata Irwan di JCC, Jakarta, Jumat 15 November 2019.
Meskipun baru mengantongi sertifikat halal, Irwan memastikan jika produk yang dibuatnya selama ini telah dijamin keamanannya karena tak menggunakan bahan atau proses yang melanggar ketentuan syariah.
“ Jadi setiap (bagian) diuji, pestisida, logam berat dan terakhir DNA test. Jadi pastikan setiap (bagian) lebih meyakinkan kehalalan," kata dia.
Irwan mengaku lega dan bangga telah mendapatkan penghargaan dari LPPOM MUI. Terlebih lagi Tolak Angin mayoritas dikonsumsi dan diproduksi di negara mayoritas Muslim.
“ Supaya para pemeluk agama Islam jangan sampai melanggar syariat agamanya,” kata dia.
Direktur LPPOM MUI, Lukmanul Hakim menjelaskan, penghargaan ini diberikan hasil dari survei dan poling dengan responden sekitar 22 ribu orang.
" Memilih sesuai produk yang ada di benak mereka secara spontan," kata Lukman.
Halal Award yang telah digelar sejak 2012 ini memiliki lima kategori yakni Halal Top Brand, Iklan Halal Terbaik, UKM Halal.
" Khusus 2019 ini, kami berikan dua penghargaan baru, yakni Premium Halal Top Brand, merk yang sudah lima kali mendapat Halal Top Brand, dan perusahaan yang merk halalnya tahun ini meraih Halal Top Brand terbanyak," kata dia.
Dream - Sektor industri halal paling menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bank Indonesia optimistis generasi muda bisa mengerek sektor halal di Tanah Air.
Dikutip dari Liputan6.com, Jumat 15 November 2019, populasi Muslim global tercatat meningkat setiap tahunnya. Pada 2020, populasi Muslim di Indonesia diperkirakan mencapai 158 juta orang.
“ Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia. Segmented market ini bisa kita kerjakan agar halal industry terus dapat leading di dalam negeri,” kata Deputi Gubernur BI, Dody Budi.
Dia mengatakan, industri halal saat ini tak bisa hanya dibatasi untuk populasi Muslim di dunia. Sektor halal juga tak hanya sebatas dengan kepercayaan agama tertentu.
" Label halal, sebagai contoh, merupakan simbol kualitas yang baik untuk suatu produk. Jadi bisa untuk Muslim maupun non-Muslim," kata dia.
Dody menegaskan Bank, Indonesia akan terus mengembangkan industri halal. Caranya dengan membina kerja sama secara nasional maupun internasional untuk membangun sektor halal lebih mendunia.
(Sumber: Liputan6.com/Bawono Yadika)
Dream - Bank Indonesia (BI) mendorong pertumbuhan industri halal di Indonesia dengan lima jurus. Dengan cara ini, BI ingin menjadikan Indonesia menjadi basis produksi industri halal global, tak hanya sebagai pasar.
Dikutip dari laman bi.go.id, Kamis 14 November 2019, lima jurus itu adalah competitiveness (daya saing), certification (sertifikasi), coordination (koordinasi), campaign (publikasi), dan cooperation (kerja sama).
“ Competitiveness bisa dilakukan dengan pemetaan sektor-sektor potensial yang bisa dikembangkan, seperti makanan dan minuman, fesyen, wisata, dan ekonomi digital,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi INHALIFE yang bertajuk “ Creating Halal Champions Accessing to The Global Halal Markets : “ From Potency to Reality” di Jakarta.
Certification, kata dia, diperlukan untuk memperluas akses pasar. Makanya, para pengambil kebijakan dan pelaku usaha perlu bekerja sama tentang sertifikasi halal. Untuk coordination, BI dan lembaga terkait perlu berkomunasi untuk menjadikan sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Selanjutnya, jurus campaign diperlukan untuk memnperkenalkan gaya hidup halal yang bersifat universal sehingga tak hanya berlaku bagi Muslim, tetapi juga non-Muslim.
Terakhir, kerja sama (cooperation) antara pemangku kepentingan industri halal nasional dan internasional sangat diperlakukan.
Lima jurus ini menjawab tantangan perkembangan industri halal global yang bisa dimanfaatkan Indonesia. Yaitu, potensi pasar industri halal global yang meningkat.
Menurut data Global Islamic Economy Report, pada 2023, industri makanan halal akan senilai US$1,8 triliun, wisata halal US$274 miliar, dan fashion halal US$361 miliar. Perry mengatakan potensi ini harus didukung dengan langkah antisipatif, misalnya perkembangan digitalisasi dan tata kelola industri halal.
“ Termasuk mekanisme pembayaran syariah yang bisa dipertanggungjawabkan dan selalu berusaha menghasilkan barang dan jasa yang halal,” kata dia.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain
PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib