Ilustrasi Bisnis Online (Sumber: Www.g-codemagazine.com)
Dream - Bisnis jual beli online atau lazim disebut e-commmerce tak hanya booming di Indonesia. Negara kaya muslim sekelas Arab Saudi juga mulai menggandrungi bisnis baru tersebut.
Sebuah penelitian dari perusahaan desain dan pengemban website di Dubai, PixHear, seperti dikutip Dream dari laman Saudigazette, Senin, 11 Agustus 2014, memperkirakan bisnis e-commerce Arab Saudi bakal menembus angka US$ 13,3 miliar atau sekitar Rp 155.97 triliun pada 2015.
Keuntungan bisnis e-commerce ini berasal dari 25 persen warga Saudi yang menggunakan internet sebagai media belanja.
Perkembangan bisnis ritel online Arab Saudi memang telah bergerak maju. Pasar ritel online dianggap telah berkembang jika minimal 8,5 persen dari total pasar ritel suatu negara dilakukan secara online. Seperti di Jerman, yang memiliki pasar ritel online mencapai 11,7 persen atau Australia yang memiliki 8,9 persen pasar ritel online.
Nilai pasar ritel online Saudi diperkirakan akan mencapai delapan persen dari total pasar ritel pada 2015. Nilai itu melampaui AS (7,1 persen), Jepang (6,8 persen) dan Prancis (6,7 persen).
Dalam menjalankan bisnis di dunia maya, bahasa Arab adalah bahasa yang dominan dalam ruang e-commerce Saudi. Dari jumlah itu, 55 persen konsumen beasal dari Riyadh dan 40 persen dari Mekkah.
Penelitian PixHear juga menemukan fakta transaksi belanja online konsumen Arab lebih banyak dilakukan lewat pembayaran tunai tau cash on delivery (COD), dengan porsi 75 persen. Padahal pemerintah Saudi terus menggalakan transaksi lewat kartu kredit.
Konsumen Saudi selama ini banyak menggunakan jasa jual beli online untuk membeli barang elektronik. Meskipun lebih suka mitra asing, retailer lokal mengklaim sebagian kecil pasar e-commerce Saudi sangat terfragmentasi.
Selama ini, mayoritas penduduk Saudi memang mengenal dunia luar menggunakan internet. Jumlah pesan teks yang dikirim setiap hari tercatat sudah melebihi populasi manusia. Lebih dari 60 persen penduduk Saudi di bawah usia 24 tahun dan tidak pernah mengenal dunia luar tanpa internet.
Sosial media dan internet telah terbukti tidak hanya menjadi tren, tapi mewakili pergeseran dalam cara dunia berkomunikasi dan berintegrasi. (Ism)