Garam (Shutterstock)
Dream – Makanan yang gurih dan asin jadi kegemaran banyak orang. Bahkan banyak orang yang mengkonsumsi garam berlebihan setiap harinya. Dalam sebuah penelitian, makanan tinggi garam akan melemahkan kekebalan imun antibakteri pada tubuh.
Lalu berapa takaran yang cukup untuk menghindari diri dari resiko pelemahan imun?
Penelitian pada manusia yang mengonsumsi enam gram garam tambahan per harimenunjukkan penurunan kekebalan tubuh. Jumlah ini sesuai dengan kandungan garam dari dua makanan cepat saji. Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Science Translational Medicine.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan jumlah maksimum garam yang boleh dikonsumsi orang dewasa adalah sekitar lima gram sehari, tidak boleh lebih. Jumlah tersebut kira-kira sekitar satu sendok teh.
Namun pada kenyataannya, banyak orang Jerman yang melebihi batas ini. Dalam penelitian Robert Koch Institute menunjukkan, rata-rata pria mengonsumsi sepuluh gram, dan wanita lebih dari delapan gram sehari.
Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan kita sudah melebihi batas yang disarankan oleh WHO. Padahal, Natrium klorida, yang terdapat dalam garam, berisiko meningkatkan tekanan darah dan bisa meningkatkan risiko serangan jantung atau strok.
" Kami juga membuktikan bahwa asupan garam yang berlebihan secara signifikan akan melemahkan sistem kekebalan tubuh," jelas Prof. Dr. Christian Kurts dari Institute of Experimental Immunology di University of Bonn.
Penemuan ini merupakan penemuan yang tidak terduga, karena beberapa studi menunjukkan arah yang berlawanan.
Sebagai contoh, infeksi dengan parasit kulit tertentu pada hewan laboratorium lebih cepat sembuh jika mereka mengkonsumsi makanan tinggi garam. Makrofag merupakan sel imun yang menyerang, memakan dan mencerna parasit, sangat aktif dengan adanya garam. Oleh karena itu, beberapa dokter menyimpulkan dari pengamatan ini bahwa natrium klorida umumnya memiliki efek meningkatkan kekebalan.
" Hasil kami menunjukkan bahwa generalisasi pada pengamatan sebelumnya tidak akurat," tegas Katarzyna Jobin, penulis utama dalam penelitian ini.
Terdapat dua alasan, kenapa penelitian menyebutkan ketidakakuratan pengamatan sebelumnya.
Pertama, tubuh menjaga konsentrasi garam dalam darah dan berbagai organ yang sebagian besar konstan. Kalau tidak, proses biologis yang penting akan terganggu.
Satu-satunya organ yang tidak melakukannya adalah kulit. Kulit berfungsi sebagai tempat penyimpanan garam tubuh. Inilah sebabnya mengapa tambahan asupan natrium klorida bekerja sangat baik untuk beberapa penyakit kulit.
Namun, bagian tubuh lain yang tidak terkena garam tambahan, sebaliknya akan disaring oleh ginjal dan diekskresikan dalam urin. Dan di sinilah mekanisme kedua berperan. Ginjal memiliki sensor natrium klorida yang mengaktifkan fungsi ekskresi garam. Namun, sebagai efek samping yang tidak diinginkan, sensor ini juga menyebabkan Glukokortikoid menumpuk di dalam tubuh. Dan akhirnya akan menghambat fungsi Granulosit, jenis sel imun dalam darah.
Granulosit, seperti makrofag, adalah sel pengangkut, mereka tidak hanya menyerang parasit, tetapi juga bakteri. Jika mereka tidak melakukannya, infeksi akan berlanjut jauh lebih parah.
" Kami melakukan penelitian pada tikus dengan infeksi listeria," jelas Dr. Jobin.
Sebelumnya, beberapa tikus diberi diet tinggi garam. Di limpa dan hati hewan-hewan tersebut terdapat 100 hingga 1.000 kali jumlah patogen penyebab penyakit.
Listeria adalah bakteri yang ditemukan dalam makanan yang terkontaminasi dan dapat menyebabkan demam, muntah dan sepsis. Infeksi saluran kemih juga sembuh lebih lambat pada tikus yang diberi diet tinggi garam.
Natrium klorida juga tampaknya memiliki efek negatif pada sistem kekebalan tubuh manusia.
" Kami memeriksa sukarelawan yang mengonsumsi enam gram garam di samping asupan harian mereka," kata Prof. Kurts. " Kira-kira jumlahnya seperti yang terkandung dalam dua makanan cepat saji, mie. dua burger dan dua porsi kentang goreng."
Setelah satu minggu, para ilmuwan mengambil darah dari subyek mereka dan memeriksa granulosit. Sel-sel kekebalan tubuh menghadapi bakteri yang jauh lebih buruk setelah subjek uji mulai makan makanan tinggi garam.
Pada sukarelawan manusia, asupan garam yang berlebihan juga mengakibatkan peningkatan kadar glukokortikoid. Hal ini menghambat sistem kekebalan tubuh. Kortison glukokortikoid digunakan untuk menekan peradangan. (mut)
Advertisement
TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta