Mengenal Teknik Operasi Minim Sayatan, Begini Caranya

Reporter : Cynthia Amanda Male
Jumat, 31 Agustus 2018 12:44
Mengenal Teknik Operasi Minim Sayatan, Begini Caranya
Teknik ini juga mengurangi komplikasi, pendarahan, rasa nyeri dan pemulihannya lebih cepat.

Dream - Mendengar kata operasi pasti langsung terbayang suasana yang menegangkan. Luka sayatan, organ yang terluka dan risiko infeksi. Dengan kemajuan teknologi kedokteran, prosedur operasi kini ternyata bisa dilakukan dengan minim luka.

Hal ini diungkapkan oleh dokter Hery Tiera, dokter Spesialis Urologi dari Rumah Sakit Pondok Indah.

" Orang takut kalau disuruh operasi. Di bayangannya sudah ada sayatan, luka besar, pendarahan, infeksi dan lain-lain. Tapi, sekarang sudah bisa diobati dengan sayatan yang minim, bahkan tanpa sayatan," ungkap dr. Hery Tiera, beberapa waktu lalu di Jakarta.

Operasi minim maupun tanpa sayatan ini disebut sebagai teknik minimal invasive. Selain minim sayatan, teknik ini juga mengurangi komplikasi, pendarahan, rasa nyeri dan pemulihannya lebih cepat.

" Sekitar 15-20 tahun lalu, operasi usus buntu perlu rawat inap 7 hari. Sedangkan dengan teknik minimal invasive kadang 2-3 hari sudah bisa pulang. Bahkan bisa one day care," imbuh Yanwar Hadiyanto, CEO RS Pondok Indah Group.

Teknik ini tidak hanya dilakukan untuk penyakit pada organ yang umum bermasalah seperti bagian perut, minimal invasive juga diterapkan pada prosedur operasi jantung koroner, jantung bawaan, batu ginjal dan pembesaran prostat.

Pemasangan stent atau ring pada jantung bisa dilakukan dengan menyuntikkan balon berisi ring ke dalam pembuluh darah yang tersumbat, tanpa harus membuka tulang dada.

Sakit Perut Menahun, Setelah Diperiksa Dokter Terkejut

" Biasanya harus dilakukan open heart surgery. Tapi, untuk pasang ring cukup memasukkan balon berisi ring yang akan membesar. Lalu, balonnya akan diambil dan meninggalkan ring-nya di dalam pembuluh darah. Jadi, minim luka dan bisa cepat pulang," ujar Wishnu Aditya, dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.

Sedangkan untuk masalah ginjal, minimal invasive bekerja dengan metode yang berbeda sesuai ukurannya. Jika ukuran batu ginjal kurang dari 2 cm, bisa dilakukan penghancuran batu ginjal dengan menembakkan gelombang kejut di luar tubuh atau menggunakan alat yang dimasukkan dari dubur.

Untuk ukuran ginjal lebih dari 2 cm bisa menggunakan laser yang ditembakkan langsung ke batu ginjal setelah membuat lubang kecil di dekat batunya. Walaupun diakui sebagai tindakan alternatif paling aman, tidak semua kasus bisa ditangani dengan minimal invasive.

Diperlukan konsultasi dengan dokter untuk menentukan tindakan terbaik untuk kondisi penyakit tertentu. " Tergantung kondisinya. Ada yang sulit disembuhkan dengan minimal invasive dan ada yang mudah. Kalau sudah parah, sebaiknya operasi besar. Kondisi ibu hamil pun dipertimbangkan karena rentan akan radiasi," tutur Wishnu.

Beri Komentar