Sonit Saat Diselamatkan (Daily Mail)
Dream - Sonit. Begitu nama balita ini. Dia membetot mata dan simpati dunia saat terjadi gempa di Nepal pada akhir April silam. Kala itu, usianya baru 4 bulan. Dia ditemukan tim penyelamat setelah terkubur reruntuhan batu bata selama 22 jam.
Sang bunda, Rasmila Awal, masih ingat betul kisah tragis itu. Saat gempa 7,8 skala Richter mengguncang 25 April silam, dia meninggalkan Sonit yang tengah terlelap di dalam rumah untuk membeli makanan di warung. Sonit hanya berteman sang kakak, Soniya (10).
" Saat gempa terjadi, pertama yang ada di benak saya adalah saya harus menyelamatkan mereka berdua," kata Rasmila sebagaimana dikutip Dream dari dari Daily Mail, Selasa 28 Juli 2015. [Baca juga: Tangisan Selamatkan Bayi dari Puing Gempa Nepal]
Rasmila panik bukan kepalang. Apalagi setelah mendengar tangisan bayi dari reruntuhan rumahnya. Tanpa pikir panjang dia langsung mengangkat puing-puing rumahnya dengan tangan kosong. Sekuat tenaga mencari Sonit.
" Saya tak bisa memikirkan apa-apa selain menyelamatkan bayi saya. Saya sangat sedih, tidak bisa makan, tidak bisa tidur. Saya bisa mendengar tangisnya dari bawah reruntuhan rumah kami," ujar dia.
Terang saja upaya itu tak berhasil. Rasmila tentu tak akan kuat menyingkirkan reruntuhan itu sendirian. Apalagi dengan tangan kosong. Semua orang sudah berpikir Sonit tewas. Namun Rasmila tetap yakin putranya masih hidup. Dan benar saja, setelah 22 jam terkubur, akhirnya Sonit berhasil diselamatkan. Bayi itu berada di bawah kursi besi sehingga tak tertimpa reruntuhan rumah.
" Hal pertama yang saya katakan saat dia diselamatkan dari reruntuhan adalah menyebut namanya -Babu- yang berarti anak kecil, dan saat dia mendengar itu, dia tersenyum," kenang Rasmila.
Setelah gempa itu, Rasmila mengaku kebanjiran tawaran bantuan dan dukungan. Namun bagi Rasmila dan Sonit, tawaran bantuan itu hanya sebatas 'euforia' setelah guncangan gempa. Sebab hingga kini belum ada wujudnya. Padahal baru beberapa bulan lalu foto keajaiban yang dialami sang putra mengguncang dunia.
Saat ini, Rasmila dan Sonit hidup susah. Mereka tak punya rumah dan tragisnya lagi mereka tengah kelaparan. Ya, mereka memang telah lolos dari maut gempa itu. Namun mereka harus menghadapi kerasnya hidup di atas puing-puing Kota Bharktapur, Nepal. Sama seperti yang dialami ribuan warga lainnya.
" Sejak gempa kondisi sangat sulit. ya, kami hidup, tapi kami tak punya rumah, tidak bekerja, dan tidak punya uang untuk membeli makanan," tutur Rasmila.
Semua harta benda yang dikumpulkan bersama sang suami, Shyam Awal, selama hidup, kini sudah musnah. Sirna dalam waktu 54 detik saja. Mereka harus tinggal bersama penduduk lain. Berbagi uang untuk mendapatkan makanan.
" Dunia sudah melupakan kami. Ini sangat sulit bagi saya untuk menjalani hidup saya. Setelah gempa, kami tinggal di tenda, tapi ini terlalu panas untuk bayi kami yang sakit," ucap Rasmila.
Advertisement
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya