3 Hal yang Selalu Diperiksa Dokter Pada Pasien Baru Covid-19

Reporter : Mutia Nugraheni
Kamis, 31 Desember 2020 13:15
3 Hal yang Selalu Diperiksa Dokter Pada Pasien Baru Covid-19
Untuk menentukan gejala sedanga atau berat.

Dream - Saat ini menurut Satgas Covid-19 dan Kementerian Kesehatan, pasien Covid-19 yang terkonfirmasi positif tak bisa semuanya dirawat di rumah sakit. Mereka yang dirawat hanya yang memiliki gejala berat dan sedang.

Sementara untuk pasien yang tanpa gejala atau bergejala ringan, diharuskan isolasi mandiri di rumah atau di fasilitas yang disediakan pemerintah. Bila nantinya terjadi perburukan gejala dari ringan ke sedang, baru kemudian dirujuk ke rumah sakit.

Sesampainya di RS mungkin Sahabat Dream ingin tahu apa saja pemeriksaan yang bakal dilakukan pada para pasien Covid-19. Dokter Made, seorang dokter yang praktik di Bali melalui akun Twitternya @DokterPodcast mengungkap ada tiga pemeriksaan standar yang dilakukan pada pasien Covid-19 sesampainya di RS.

" Pasien tanpa gejala, dan gejala ringan disarankan Isolasi Mandiri. Biasanya dokter akan memastikan 3 parameter berikut ini dalam batas normal sebelum anda disarankan menjalani isolasi mandiri dgn aman," tulisnya.

1. Saturasi oksigen
Saturasi oksigen dalam darah pasien akan diperiksa menggunakan oximeter. Bila alat tersebut menunjukan angka saturasi di atas 95%, menandakan oksigen bersirkulasi dalam tubuh dalam batas normal

 

 

1 dari 5 halaman

2. Tes D-Dimer 
Tes ini, dikutip dari KlikDokter, adalah pemeriksaan darah untuk memeriksa bagian dari thrombus yang terurai dalam aliran darah. Semakin tinggi hasil D-dimer semakin kuat mengarah dugaan kuat adanya bekuan darah.

Jika hasilnya < 500 ng/ml, menandakan di dalam tubuh belum terjadi risiko penggumpalan darah yang bisa menimbulkan sumbatan di pembuluh darah paru, otak, dan organ lainnya yang dapat berisiko fatal

3. Rontgen dada (dan-atau) CT scan Paru
Pemeriksaan ini untuk melihat seberapa jauh kerusakan paru-paru pasien Covid-19. Terutama pada pasien yang mengalami sesak.


Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

 

2 dari 5 halaman

Pantau Dokter Terpapar Covid-19, Satgas Bentuk Tim Khusus

Dream - Satuan Tugas Penanganan Covid-19 membentuk tim khusus terdiri dari gabungan pakar, dokter, maupun relawan kesehatan. Tim ini ini bertugas melakukan pemantauan terhadap para dokter yang terpapar Covid-19.

" Untuk memonitoring kualitas penanganan dokter yang terinfeksi dan hal pendukung yang dilakukan dalam proses perawatan," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito.

Wiku menegaskan keselamatan dokter dalam penanganan Covid-19 menjadi perhatian besar Pemerintah.

Demikian pula dengan para perawat, tenaga kesehatan di rumah sakit maupun klinik, petugas laboratorium dan lainnya yang terlibat langsung dalam penanganan Covid-19.

 

 

3 dari 5 halaman

Tak Pernah Libur

Mereka tidak libur dalam penanganan Covid-19. Semata demi memastikan keselamatan masyarakat.

" Maka dari itu, mari kita hargai kerja keras tenaga kesehatan dan berkomitmen untuk bekerja sama meringankan beban mereka," kata Wiku.

Lebih lanjut, Wiku meminta masyarakat selalu patuh pada protokol kesehatan agar tidak tertular Covid-19 yang menambah beban tenaga kesehatan. Juga agar tidak menjadi pasien positif Covid-19.

" Ini menjadi upaya dalam mengurangi angka kasus aktif," ucap dia.

 

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

4 dari 5 halaman

Tak Ada Toleransi Atas Lonjakan Kasus Aktif Covid-19

Dream - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, menegaskan, tidak ada toleransi atas lonjakan yang terjadi pada kasus aktif Covid-19. Kasus aktif tercatat telah melampaui level 100 ribu menandakan terjadinya penularan cukup cepat.

" Ini menunjukkan bahwa tren peningkatan kasus aktif cepat terjadi. Ini adalah hal yang tidak dapat ditoleransi," ujar Wiku.

Pergerakan data kasus aktif menunjukkan tren mengkhawatirkan. Dalam waktu satu bulan sejak November hingga Desember 2020, kasus aktif telah tembus level 100 ribu.

Dilihat dari penambahan kasus aktif baru harian, maka dalam satu bulan rata-rata bertambah antara 10 ribu hingga 30 ribu kasus. Padahal, penambahan sebanyak ini yang terjadi sebelumnya membutuhkan waktu selama tiga bulan, tepatnya antara Mei-Juli.

" Grafik kasus ini bukan hanya sekedar angka, namun merefleksikan jumlah nyawa manusia. Naik atau turunnya grafik ini ada di tangan kita semua. Setiap kenaikan grafik ini berpotensi menimbulkan kematian," ucap Wiku.

5 dari 5 halaman

Daerah Harus Evaluasi Penanganan dan Fasilitas Kesehatan

Wiku juga menyoroti data kematian. Dalam sepekan, tingkat kematian naik 3,0 persen. Kenaikan ini didominasi data dari lima provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Barat, dan Lampung.

Masih tingginya kematian pasien, kata Wiku, disebabkan penanganan fasilitas kesehatan yang belum memenuhi standar sehingga tidak bisa ditangani dengan cepat dan efektif. Dia pun meminta provinsi-provinsi dengan kematian tertinggi segera mengevaluasi penanganan sekaligus fasilitas pelayanan kesehatan.

" Lakukan penanganan yang maksimal untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Ingat, satu nyawa yang hilang sangatlah berharga," kata Wiku, dikutip dari Covid19.go.id.


Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

Beri Komentar