Ilustrasi Hepatitis (Shutterstock)
Dream - Kementerian Kesehatan meminta warga waspada akan penyakit hepatitis misterius yang menyerang anak-anak. Kewaspadaan ini diperingatkan setelah tiga pasien anak yang diduga megalami hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia.
Berdasarkan hal itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerbitkan prosedur penanganan penyakit Hepatitis akut bergejala berat pada pasien anak yang belum diketahui penyebabnya.
Dikutip dari Merdeka, Dokter Anak Konsultan Gastrohepatologi Hanifah Oswari mengatakan bahwa saat ini pemeriksaan Hepatitis D dan Hepatitis E belum tersedia secara luas di Indonesia.
Keterbatasan ini membuat skrining awal cukup diperiksakan terhadap Hepatitis A, B, dan C. Tenaga kesehatan yang bertugas juga wajib melaporkan tanpa memandang penyebab yang lain.
Alur pengobatan kasus probable Hepatitis akut pada anak difokuskan pada anak usia di bawah 16 tahun dengan diagnosa awal gejala kuning pada kulit badan dan mata, sakit perut akut, diare akut, mual atau muntah, penurunan kesadaran atau kejang, lesu, myalgia atau arthlalgia.
Jika proses diagnosa medis mengarah pada gejala tersebut, maka pemeriksaan berlanjut pada potensi peningkatan enzim hati (SGOT/SGPT). Bila angkanya di atas 500 u/L, ada kecenderungan terinfeksi Hepatitis.
Setelah itu IDAI merekomendasikan pemeriksaan berlanjut pada IgM anti-HAV untuk mendeteksi adanya antibodi IgM terhadap virus Hepatitis A.
Pasien juga perlu menjalani pemeriksaan HBsAg untuk mendeteksi protein yang terdapat pada permukaan virus Hepatitis B.
Jika hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan seluruhnya negatif, maka pasien dapat dikategorikan sebagai probable Hepatitis akut yang belum diketahui sebabnya.
Bagi pasien probable Hepatitis akut bergejala berat, IDAI merekomendasikan perawatan umum berupa perawatan di ruang isolasi untuk mencegah penularan ke orang lain.
Pada fase itu dokter perlu melakukan monitoring perjalanan klinis terutama kesadaran pasien dan melakukan cek laboratorium.
Pasien perlu mendapatkan perawatan di ruang rawat intensif, karena dikhawatirkan akan berlanjut menjadi Hepatitis Fulminan atau gagal hati.
Pada pasien gagal hati di ruang rawat intensif dilakukan dengan memantau secara rutin saturasi oksigen dan tes urine tiap 6 jam. Termasuk tekanan darah, observasi neurologis, pemeriksaan gula darah.
Sementara obat-obatan yang direkomendasikan di antaranya Hipoglikemia diatasi dengan pemberian dekstrosa intravena, antibiotik sistemik dan antijamur oral profilaksis untuk menurunkan risiko infeksi bakteri dan infeksi jamur.
Pada neonatus dapat diberikan Asiklovir Intravena sampai infeksi HSV dapat disingkirkan. N-asetilsistein (NAC) intravena dapat diberikan melalui infus berkelanjutan dengan takaran 100 mg/kg/24 jam sampai INR normal.
Hanifah mengatakan Kemenkes telah menunjuk RSPI Sulianti Saroso Jakarta sebagai fasilitas pelayanan rujukan bagi pasien Hepatitis akut bergejala berat.
Dream - Munculnya kasus hepatitis misterius pada anak di sejumlah negara kembali memicu ketakutan. Di Indonesia sendiri, sudah tiga anak meninggal dunia karena hepatitis ini.
Kasusnya bermula pada 5 April 2022 lalu terdqpat 10 kasus Hepatitis Akut terjadi pada anak-anak di Inggris Raya.
Seluruh pasien dirawat di Rumah Sakit dengan hasil tidak ditemukannya virus Hepatitis A-E dalam pemeriksaan laboratorium.
Dua hari kemudian penyelidikan dilakukan lebih lanjut, hasilnya menunjukan 64 kasus baru di Inggris Raya. Enam pasien anak yang mengalami Hepatitis Akut ini telah menjalani transplantasi hati.
Lalu penyakit ini menyebar ke Spanyol, Israel, Denmark, Irlandia, Norwegia, Prancis, Rumania, Belanda, Italia, Amerika Serikat, Belgia, Inggris Raya, Kanada dan Irlandia Utara.
Penyakit ini pun sudah memasuki kawasan Asia Tenggara, tepatnya di Jepang dan Singapura.
Penting untuk mengenali gejala penyakit ini. Terdapat beberapa gejala yang terjadi pada pasien Hepatitis Atersebut, yaitu sebanyak 58 persen kasus mengalami mual dan muntah diare ikterus (kuning di kulit dan mata).
Lalu beberapa pasien mengalami perubahan warna tinja yang lebih pucat, mengalami demam, perubahan warna urine gelap, feses pucat, gatal, nyeri sendi atau pegal pegal, demam tinggi, mual, muntah, atau nyeri perut. Beberapa pasien juga mengalami lesu, hingga hilang nafsu makan.
Penyakit ini masih dalam pemantauan WHO. Pasalnya, pemeriksaan laboratorium tidak mendapatkan adanya virus Hepatitis A, B,C,D, dan E pada kasus ini. Melainkan beberapa kasus ditemukan virus SARS-Cov-2 atau Adenovirus.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, peningkatan enzim hati pasien (SGOT/SGPT) menjadi >500 u/L.
Dari 81 kasus di Inggris, 43 anak sembuh, tidak ada yang meninggal, dan 7 anak mendapatkan transplantasi hati.
Menghadapi situasi ini, cobalah tetap tenang dan berhati-hati ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi ini.
Pertama mencuci tangan, lalu meminum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang penuh dan membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya.
Sebaiknya menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak.
Saat terdeteksi gejala dini pada anak seperti seperti kulit kuning, mual, muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran, kejang, lesu, demam tinggi memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.