Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Neuropati merupakan gangguan saraf tepi yang sering dialami orang dewasa dan lansia. Kondisi ini terjadi akibat tingginya aktivitas serta pertambahan usia.
Neuropati ditandai dengan gejala kebas, kesemutan, sensasi terbakar hingga kram otot. Pada kasus parah, gangguan saraf tepi dapat berujung pada kelumpuhan.
Konsumsi vitamin B1, B6 dan B12 secara rutin dapat dilakukan sebagai bentuk terapi neuropati. Upaya pencegahan juga dapat dilakukan dengan gerakan senam.
© Foto: Dok. Neurobion
Foto: Dok. Neurobion
Neurobion memperkenalkan Neuromove, jenis senam untuk mencegah dan merawat saraf tubuh. Metode ini banyak digunakan untuk penderita neuropati.
" Senam Neuromove berguna sebagai bentuk pencegahan penyakit neuropati. Sedangkan bagi pasien yang sudah mengalami neuropati, senam ini juga bisa mencegah keparahan gangguan tersebut," papar dr. Yoska Yasahardja, Medical & Technical Affairs Manager Consumer Health P&G Consumer Health Indonesia di Jakarta, kemarin.
Gerakan Neuromove tidaklah rumit. Sahabat Dream hanya perlu memainkan pola gerakan yang sama secara berulang.
Seperti menyilangkan tangan dan kaki secara bergantian untuk menyeimbangkan saraf otak kanan dan kiri.
Selain mencegah gangguan syaraf, senam Neuromove juga dapat melatih daya fokus, memperkuat daya ingat dan mengasah daya kognitif.
" Misalnya Lazy Eight, gerakan bola mata mengikuti angka 8. Langkahnya seperti melukis angka 8 di udara memakai jari tangan. Pastikan mata selalu mengikuti pergerakan jari," ujar dr. Ade Tobing, SpKO, Spesialis Kedokteran Olahraga.
Senam Neuromove dilakukan minimal 3 kali seminggu dengang durasi 30 menit per sesinya.
© Foto: Annisa Mutiara Asharini/Dream
Foto: Annisa Mutiara Asharini/Dream
Metode ini juga baik diterapkan pada anak autis dan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau hiperaktif.
Jika rutin dilakukan, manfaat Neuromove terbukti dirasakan setelah 12-14 minggu.
" Kita latih selama 12-14 minggu, daya konsentrasinya jadi lebih baik. Diuji dengan tes berupa jalan di jalur yang dibatasi dengan cone, mereka tidak keluar dari jalur. Di kelas juga bisa lebih tenang," ungkapnya.
© Foto: Annisa Mutiara Asharini/Dream
Foto: Annisa Mutiara Asharini/Dream
Dream - Sahabat Dream mungkin sering mendengar istilah saraf kejepit. Ketika saraf terhimpit oleh bagian sekitarnya, tubuh akan mengirim sinyal berupa rasa kebas hingga pegal dan nyeri.
Banyak cara dilakukan orang untuk mengatasi saraf kejepit, mulai dari pijat tradisional hingga massage ke tempat spa. Tak sedikit pula yang membiarkan sembuh dengan sendirinya.
Padahal kondisi ini tidak boleh diremehkan, terutama jika terjadi pada tangan yang notabene merupakan bagian tubuh paling aktif.
Saraf kejepit merupakan jenis gangguan fungsi saraf tepi (neuropati) yang terjadi akibat jeratan. Pada tangan, neuropati lebih dikenal sebagai Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
" Di pergelangan tangan ada terowongan berisi saraf yang diapit oleh tulang dan jaringan keras. Posisi statis dan berulang dalam jangka waktu lama bisa mengakibatkan saraf terhimpit oleh jaringan di sekelilingnya," tutur Manfaluthy Hakim, Dokter Spesialis Saraf di acara Neurobion, Jakarta, kemarin.
© Foto: Annisa Mutiara Asharini/Dream
Foto: Annisa Mutiara Asharini/Dream
Saraf yang terjepit pada awalnya menimbulkan sensasi kebas dan kesemutan. Jika dibiarkan, saraf akan mati dan kerusakannya tidak bisa dibenahi. Pasien tak dapat menerima sensori hingga kehilangan kemampuan motorik.
Penderita CTS pada umumnya ditemukan di kalangan pekerja kantor yang bekerja di hadapan laptop secara terus-menerus. Selain tangan, CTS juga dapat menyerang siku bagian dalam dan telapak tangan.
" Pasien CTS harus memakai perban khusus untuk mengurangi tekanan saraf. Dibutuhkan terapi obat dan vitamin neurotropik agar tidak semakin parah," imbuhnya. (ism)
Dream - Berjalan tanpa memakai alas kaki atau earthing sudah menjadi tradisi nenek moyang. Bahkan hingga sekarang masih banyak yang melakukannya.
Cara berjalan ini diklaim lebih sehat karena mampu merangsang titik saraf tertentu. Beberapa manfaat yang bisa didapat diantaranya memperlancar aliran darah, mengatasi insomnia dan menurunkan berat badan.
Beberapa orang bahkan memilih untuk jogging dan berolahraga tanpa memakai alas kaki. Namun, apakah risiko yang mengintai di baliknya?
Perlu diketahui bahwa di telapak kaki terdapat kulit, otot, jaringan ikat serta tulang dan saraf. Semakin banyak berjalan tanpa memakai alas kaki, maka kulit akan semakin tebal.
" Biasanya dikenal dengan istilah kapalan. Tujuannya adalah untuk melindungi jaringan ikat, sendi serta saraf di dalamnya. Namun jika terjadi penebalan di dalam justru bisa menimbulkan rasa sakit," ujar Manfaluthy Hakim, Dokter Spesialis Saraf di acara Neurobion, Jakarta, Rabu 27 Maret 2019.
© Foto: Annisa Mutiara Asharini/Dream
Permukaan tanah yang kasar begitu juga dengan batuan tajam berisiko menyebabkan disfungsi saraf tepi atau neuropati. Rasa kebas dan kesemutan menjadi tanda awal dari penyakit tersebut.
Sangat disarankan untuk membatasi berjalan tanpa memakai alas kaki. Terutama pada saat berolahraga dengan medan yang berat seperti aspal dan tanah batuan agar tidak memicu cidera tendon, sendi, tulang serta saraf.
" Neuropati yang sudah akut menyebakan rusaknya sistem sensori. Pasien mulai tidak bisa merasakan bahwa lantai itu licin. Akibatnya posisi kaki yang harusnya mencengkram jadi lurus saja sehingga jalan menjadi tidak nyaman dan berisiko terpeleset," ujarnya.
Selain itu, neuropati yang dibiarkan dalam kurun waktu lama akan mematikan saraf secara permanen. Selain kehilangan kemampuan untuk merasa, kaki juga bisa mengecil dan kehilangan fungsi motorik. (ism)
Dream - Perjalanan menuju kampung halaman atau mudik membutuhkan waktu yang lama karena jauhnya jarak yang ditempuh. Untuk pengendara mobil atau sepeda motor diharapkan berhati-hati dengan risiko neuropati atau gangguan kerusakan syaraf.
Lalu lintas yang terbilang padat membuat beberapa bagian tubuh seperti telapak kaki, lengan dan jari-jari tangan merasakan ngilu, nyeri dan kesemutan.
Menurut Konsultan Neurologis dan Department Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Manfaluthy Hakim, pemudik sebaiknya maksimal berkendara selama empat jam.
" Pemudik sebaiknya maksimal sekali empat jam beristirahat dulu di pos-pos yang sudah disiapkan agar tidak berisiko neuropati," ujar Luthy saat dihubungi Dream.co.id.
Penyakit Neuropati atau gangguan kerusakan syaraf dapat menyerang saraf motorik, sensorik dan otonom.
" Aktifitas tangan dan kaki saat melakukan perjalanan mudik jika dipaksakan terus menerus akan rentan terkena penyakit ini, perbanyak konsumsi sayur dan buah," ujarnya.
Tambahan vitamin Neutropik juga dianjurkan menurut Dr. Manfaluthy. Vitamin neutropik terdiri dari vitamin B1, B6, dan vitamin B12.
Selain sayur, buah dan vitamin, asupan cairan juga diperlukan agar tubuh tidak mengalami dehidrasi berat.
" Mudik saat puasa tidak apa, asal asupan cairan konsumsi vitamin, sayur, buah tercukupi dan istirahat juga perlu diperhatikan. Jika sakit ditunda dulu untuk mudik," kata Luthy. (Ism)
Masya Allah! 5 Artis yang Pergi Haji Bareng Pasangan, Terbaru Raffi Ahmad dan Nagita Slavina
Akhir Pandemi Covid-19, Berakhirnya Darurat Global Covid-19
Akhir Pandemi Covid-19, Terimakasih Sarah Gilbert
Akhir Pandemi Covid-19, Berawal dari Wuhan Berakhir di Jenewa
Nenek Solati, Pergi Haji di Usia 94 Tahun Hasil Nabung Upah Pijat Bayi