Ilmuwan Yale Temukan Efek Mengerikan Virus Corona Pada Sel Otak Manusia

Reporter : Ulyaeni Maulida
Senin, 14 September 2020 13:35
Ilmuwan Yale Temukan Efek Mengerikan Virus Corona Pada Sel Otak Manusia
Virus corona dapat bertunas dan menyebar ke beberapa sel neuron di otak.

Dream – Para peneliti di AS telah mempelajari otak pasien korban covid-19 yang telah meninggal. Dari hasil penelitian terugkap bukti bahwa virus covid-19 dapat membajak sel otak untuk mereplikasi tubuhnya. Kemampuan itu bisa menyebabkan pasien corona terserang stroke dan peradangan.

Penelitian yang dilakukan ilmuwan di Universitas Yale itu juga menemukan bukti yang menunjukkan virus covid-19 secara langsung menginfeksi sel-sel otak yang disebut Neuron.  

Mereka khawatir virus tersebut dapat menjadi penyebab berbagai bentuk kerusakan otak pada pasien. Seperti radang otak dan penyakit ensefalopati. Yang memiliki gejala kebingungan dan delirium.

1 dari 4 halaman

Ditemukan Bukti Kuat

Ilustrasi

Selama ini, hanya ada ada sedikit bukti virus covid-19 secara langsung dapat menyerang fungsi otak. Tetapi setelah dilakukan berbagai penelitian, mereka akhirnya menemukan bukti kuat yang meyakini adanya hubungan diantara virus covid-19 dan kerusakan otak.

Akiko Iwasaki, seorang ahli imunologi di Universita Yale mengatakan, “ Kami secara aktif melihat lebih banyak jaringan pasien. Untuk mengetahui infeksi otak dan gejala yang berkorelaso dengan infeksi di area tersebut.”

Meskipun begitu, para peneliti masih belum menemukan secara pasti bagaimana virus covid-19 dapat masuk ke dalam otak. Dan pertahanan apa yang harus dilakukan untuk melawannya.

2 dari 4 halaman

Partikel Virus Bertunas

Ilustrasi

Para peneliti melihat sel-sel otak yang terinfeksi melalui mikroskop. Mereka melihat partikel virus covid-19 bertunas di jaringan neuron dan membuat replikasi sendiri.

Selanjutnya sel-sel yang terinfeksi ini menyebabkan perubahan metabolisme di neuron lain yang tidak terinfeksi. Sehingga saat ditemukan, virus covid-19 telah menginfeksi beberapa neuron didalam otak.

 

(Sumber: dailystar.co.uk)

3 dari 4 halaman

Ilmuwan UGM Temukan Mutasi Virus Corona D614G, Tak Mempan Dihancurkan Imun Tubuh

Dream - Tim Pokja Genetik FK-KMK UGM merilis temuan mutasi virus corona D614G. Diungkapkan bahwa mutasi virus D614G ini jauh lebih kuat sehingga tak dapat dihancurkan hanya dengan sistem imunitas tubuh.

Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM Gunadi menerangkan, timnya berhasil mengidentifikasi Whole Genome Sequencing (WGS) empat isolat covid-19. Dari empat isolat ini, tiga ditemukan di DIY dan satu di Jawa Tengah.

Mutasi D614G memiliki penyebaran virus 10 kali lebih cepat dibandingkan saat virus corona belum bermutasi. Meskipun begitu, derajat keparahannya tidak berpengaruh bagi penderita.

" Meski mutasi ini dinyatakan dalam penelitian infitro pada sel itu dikatakan lebih infeksius sepuluh kali. Dan pada pasien yang diteliti di Inggris terbukti bahwa dengan adanya mutasi ini dia jumlah virusnya lebih banyak," ungkap Gunadi.

" Tetapi sekali lagi pada penelitian yang sama yaitu pada sekitar 1.000 pasien di Inggris tidak terbukti berpengaruh pada derajat keparahan," tambah Gunadi.

Derajat keparahan yang dimaksud adalah gejala yang dialami oleh para pasien masih sama saat virus belum bermutasi.

4 dari 4 halaman

Mutasi Virus Paling Fit

Virus Corona

 

Gunadi menyebutkan jenis mutasi virus D614G ini tergantung dari kondisi tubuh manusia itu sendiri. Diketahui virus D614G sudah bermutasi, yang berarti virus D614G lebih dapat beradaptasi dengan manusia. Karena sebanyak 77,5 persen sudah terjadi penyebaran secara global.

" Dia bermutasi dalam rangka bertahan hidup, harus survive. Tetapi virus itu sendiri dia berevolusi mengalami mutasi yang awalnya D614 dan menjadi G614 (D614G). Dia yang paling fit sesuai dengan kondisi inang kita. Bahasa awamnya tidak dihancurkan pada imun kita," ungkap Gunadi.

Lebih lanjut Gunadi mengungkapkan bahwa penelitian mendalam masih perlu dilakukan. Terlebih hingga saat ini, vaksin untuk menghentikan penyebaran virus covid-19 masih dalam proses pengujian.

" Bagaimanapun ini virus baru. Perlu penelitian lebih lanjut bagaimana eradikasinya virus ini. Tentunya itu belum bisa dijawab apakah lebih sulit atau bagaimana. Karena vaksinnya sendiri supaya kita lebih tahan infeksi masih uji klinis," pungkas Gunadi.

 

(Sumber: Merdeka.com)

Beri Komentar