Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Saat ini, lebih dari 800 juta orang di dunia mengalami obesitas. Gangguan berat badan berlebih ini belum jadi prioritas penanganan dibandingkan dengan penyakit lainnya.
Faktanya, obesitas telah menimbulkan banyak dampak kesehatan yang serius hingga risiko finansial yang semakin mahal bagi negara. Konsekuensi medis dari obesitas diperkirakan mencapai lebih dari 1 triliun dollar AS pada 2025.
" Obesitas di Indonesia melonjak dengan mengkhawatirkan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 juga menunjukkan bahwa tren masalah berat badan pada orang dewasa Indonesia telah mengalami peningkatan hampir dua kali lipat," ujar dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes., selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI, dalam acara yang diselenggarakan virtual Rabu, 3 Maret 2021.
Dalam rangka memperingati Hari Obesitas Sedunia, yang resmi diubah sejak 2020 menjadi 4 Maret, dr. Cut Putri berharap peningkatan penyakit ini dapat terus ditekan.
Masyarakat masih ada yang menganggap obesitas merupakan kesalahan individu karena terlalu banyak asupan dan kurang berolahraga, padahal obesitas merupakan kelebihan berat badan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti genetik, psikologis, sosiokultural, ekonomi, dan lingkungan.
World Health Organization (WHO) sendiri mendefinisikan obesitas sebagai akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan, yang dapat mengganggu kesehatan. Bagi masyarakat Asia, seseorang mengalami obesitas jika memiliki indeks massa tubuh (IMT) di atas angka 25.
Keadaan ini akan menjadi masalah yang panjang karena pertambahan berat badan berlebih cenderung mudah terjadi. Obesitas telah dikaitkan dengan hampir 200 penyakit, beberapa di antaranya dapat mengancam jiwa, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, kanker.
Data pada 2016 di indonesia menunjukkan bahwa lebih dari 5 juta orang penyandang diabetes dan 11 juta orang dengan hipertensi juga mengalami kondisi kelebihan berat badan atau obesitas. Obesitas juga menyita 8-16% anggaran biaya kesehatan nasional. Pada 2016, dampak total (langsung dan tidak langsung) dari obesitas diperkirakan sebesar 2-4 miliar dolar AS.
“ Modifikasi gaya hidup adalah dasar dari perawatan dan pencegahan penyakit kronis seperti obesitas. Seseorang dengan kondisi obesitas (IMT >25) harus segera mencari bantuan profesional untuk intervensi sesuai dengan kondisinya. Obesitas dapat dicegah dengan pola makan sehat yang seimbang, berolahraga minimal 150 menit per minggu, dan memonitor IMT secara rutin,” ujar Prof. Dr. dr. Nurpudji Taslim, Sp.GK (K), MPH selaku Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia.
Laporan Yuni Puspita Dewi
Dream - Berbagai cara dapat dilakukan untuk menurunkan berat badan. Bahkan, kamu bisa melakukannya dengan cara instan.
Cara menurunkan berat badan dengan cepat memang jadi harapan semua orang. Terlebih jika upaya itu dilakukan dengan sederhana tanpa pengorbanan yang besar.
Namun kamu yang ingin mendapatkan berat badan ideal secara instan tentu harus menyadari ada efek samping bagi kesehatan tubuhmu. Efek samping tersebut ada yang bersifat ringan dan ada pula yang berat.
Dilansir dari Times of India, berikut efek samping buruk penurunan berat badan drastis dalam waktu singkat.
Bisa mengalami kenaikan berat badan
Ketika berat badanmu meningkat secara instan, sangat besar potensimu untuk mengalami kenaikan berat badan dengan jumlah yang sama setelahnya.
Apalagi, jika kamu mengonsumsi obat atau diet yang kurang sehat. Selalu perhatikan pola makanmu agar tetap sehat dan tidak terlalu ekstrim.
Siklus menstruasi yang tidak teratur
Berat badan terlalu berlebihan atau kekurangan bisa mengganggu produksi hormon dan siklus menstruasi menjadi tidak teratur.
Begitu pula ketika berat badanmu turun secara drastis. Hormon dan siklus menstruasi pun akan terganggu.
Biasanya, pola makan yang banyak disarankan di internet untuk menurunkan berat badan mengharuskan seseorang menghindari jenis makanan tertentu.
Ini bisa menyebabkan kekurangan nutrisi dan memicu penyakit tertentu dalam jangka panjang. Kamu pun bisa kehilangan tenaga maupun massa otot.
Kehilangan massa otot
Terkadang, penurunan berat badan membuat tubuhmu kehilangan massa otot. Akhirnya, tubuh pun bergelambir dan kurang sehat.
Jika ingin mengurangi makanan atau jumlah kalori yang dikonsumsi, berolahragalah setiap hari untuk menjaga massa otot dan memastikan energimu diambil dari lemak tubuh.
Penelitian dari University College of London membuktikan bahwa seseorang yang kehilangan 5 persen dari berat badannya berpotensi depresi sebesar 52 persen.
Hal ini dapat dialami ketika orang tersebut menjalani diet ketat yang mengharuskan mereka untuk mengurangi jumlah kalori secara drastis dalam waktu singkat.
Advertisement
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Ada Mobil Listrik di Konser Remember November Vol.3 - Yokjakarta
75 Ucapan Hari Santri Nasional 2025 yang Penuh Makna dan Bisa Jadi Caption Media Sosial
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal