Ilustrasi Teknologi AR
Dream - Survei Internation Data Corporation (IDC) pada 2019 mencatat, 77% perusahaan global mulai mengembangkan augmented reality (AR) dengan mengucurkan dana sebesar US$19 miliar. Hasilnya, terdapat peningkatan pada produktivitas teknisi sebesar 40%.
Melihat manfaat AR, Hetra Teknologi Indonesia memberikan layanan AR bagi para pebisnis di Indonesia melalui Vuforia Engine, sebuah softwafe untuk menciptakan aplikasi AR yang dapat disebarkan ke berbagai macam alat seperti telepon gengam, tablet, AR headsets maupun smart glasses.
AR merupakan teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata, lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut secara realitas dalam waktu nyata.
Ayub K Hermawan, Manging Director Hetra Teknologi Indonesia, mengatakan, AR memiliki beberapa manfaat bagi para pebisnis. Pertama, AR mampu menyediakan langkah-langkah instruksi terkait suatu produk secara lengkap dan nyata.
Hal ini memungkinkan para karyawan ataupun teknisi memahami suatu produk lebih dalam dan mudah. Selain itu, AR juga memungkinkan pelanggan untuk terhubung dan berinteraksi dengan produk secara lebih nyata.
“ Tidak hanya itu, AR juga memberikan kemudahan dalam melakukan active learning. Artinya semua orang dapat mempelajari secara nyata kapan pun, dan dimana pun,” ujar Ayub dalam keterangan tertulis, Jumat 19 November 2021.
Ayub menambahkan, teknologi AR juga berguna untuk berbagai jenis bidang, mulai dari bisnis pelayanan, pemasaran, produksi, bahkan engineering.
Sejauh ini, Vuforia telah sukses memberikan layanan bagi lebih dari 60.000 aplikasi secara global dengan lebih dari 625 juta pengunduh di seluruh dunia. Pencapaian tersebut, menjadikan Vuforia sebagai pilihan nomor satu dalam pelayanan AR.
" Pada akhirnya, kami ingin sama-sama mengembangkan dan mendukung pebisnis Indonesia. Kami melihat banyak potensi dari adanya layanan AR ini. Kami mengundang semua pebisnis untuk mendalami layanan AR,” tutur Ayub.
Dream - Industri ekonomi digital Indonesia mendadak menjadi bisnis seksi bagi kalangan investor dunia. Beberapa investor besar berani menaruh uang di sejumlah starup yang menyasar konsumen di Tanah Air.
Tren ini tak lepas dari pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang ternyata sudah bernilai triliunan rupiah.
Laporan Temasek, perusahaan investasi asal Singapura, menyebutkan ekonomi Indonesia tahun ini mencetak uang hingga US$ 40 miliar atau sekitar Rp556,6 triliun.
Dibandingkan negara tetangga di Asia Tenggara, pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang tertinggi.
Ekonomi digital Thailand ditaksir baru mencapai US$ 16 miliar, Singapura US$ 12 miliar, Vietnam US$ miliar, Malaysia US$ 11 miliar, dan Filipina sebesar US$ 7 miliar.
" Kami melihat banyak potensi dalam ekonomi digital Indonesia. Populasi anak muda digital native yang sangat aktif menjadi faktor kunci dalam perkembangan ekonomi mereka," ujar Rohit Sipahimalani, Joint Head, Investment Group, Temasek di Google Indonesia, Jakarta, dikutip Dream dari Liputan6.com, Senin, 7 Oktober 2019.
Dalam enam tahun ke depan, atau tahun 2025, ekonomi digital Indonesia akan terus meroket hingga US$ 133 miliar. Angka itu meninggalkan pesaing terdekatnya, Thailand dengan ekonomi digital sebesar US$ 50 miliar.
Pertumbuhan sektor ekonomi digital Indonesia ditopang oleh e-commerce yang dalam empat tahun tumbuh 12,3 kali lipat menjadi US$ 21 miliar. Pada tahun 2025 pertumbuhannya bisa mencapai US$ 82 miliar.
Pertumbuhan pesat juga terjadi di bisnis ride-hailing yang pada tahun 2015 nilainya masih US$ 900 juta tetapi tahun ini mencapai US$ 6 miliar. Pada tahun 2025 diprediksi akan menjadi USD 18 miliar.
" E-commerce dan ride-hailing terutama memberikan daya yang kuat, ditambah dengan adanya kompetisi antara pemain Indonesia dan regional. Semua sektor juga mendapat untung dari tumbuhnya adopsi pembayaran digital," tulis laporan e-Conomy SEA 2019 yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company.
Selain dua bisnis tersebut, Temasek juga mencatat pertumbuhan signifikan dari sektor online travel yang tumbuh dua kali lipat pada empat tahun terakhir menjadi US$ 10 miliar.
Online travel juga diprediksi tumbuh 2,5 kali lipat menjadi US$ 25 miliar.
Sementara Online media di Indonesia, seperti iklan digital, game, serta langganan musik dan video, diperkirakan masih akan menguat.
Tahun ini online media tumbuh menjadi US$ 10 miliar dan akan makin kuat menjadi US$ 25 miliar pada tahun 2025.
(Sah, Liputan6.com)
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Diterpa Isu Cerai, Ini Perjalanan Cinta Raisa dan Hamish Daud
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media