Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kasus Covid-19 Menurun, New Delhi Bersiap Longgarkan Lockdown

Kasus Covid-19 Menurun, New Delhi Bersiap Longgarkan Lockdown Bajaj Di India

Dream - Ibu Kota India, New Delhi, bersiap melonggarkan lockdown. Kebijakan ini akan diberlakukan pekan depan jika tren penurunan kasus Covid-19 terus terjadi.

"Jika kasus terus menurun selama sepekan, kemudian dari 31 Mei, kita akan mulai membuka penguncian," ujar Kepala Menteri, Arvind Kejriwal.

India melaporkan 240.842 kasus baru di seluruh wilayahnya dalam 24 jam pada Minggu. Ini merupakan jumlah terendah kasus harian dalam sebulan lebih.

Selama berminggu-minggu, India berjuang melawan gelombang kedua Covid-19 yang menghancurkan. Covid-19 telah melumpuhkan sistem kesehatannya dan menyebabkan kekurangan pasokan oksigen.

New Delhi, salah satu kota terkena dampak paling parah, di-lockdown pada 20 April 2021. Tetapi kasus baru telah menurun dalam beberapa pekan terakhir.

Turun Tajam

Tingkat tes positif turun di bawah 2,5 persen dibandingkan bulan lalu sebesar 36 persen. Delhi melaporkan sekitar 1.600 kasus Covid-19 baru dalam 24 jam terakhir.

Meski demikian, banyak negara bagian tetap di-lockdown. Hal ini meningkatkan kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari pandemi.

Kejriwal yang juga menjabat Kepala Dewan Riset Medis India mengatakan distrik dengan tingkat infeksi tinggi harus tetap dikunci selama enam hingga delapan pekan untuk memutus rantai penularan.

Kasus Covid-19 harian India menurun setelah memuncak pada 9 Mei. Pemerintah mengatakan sedang melakukan jumlah tes Covid-19 tertinggi, dengan lebih dari 2,1 juta sampel diuji dalam 24 jam sebelumnya.

Para ahli telah memperingatkan India harus dapat menghadapi gelombang ketiga infeksi dalam beberapa bulan mendatang. Banyak negara bagian tidak dapat memvaksinasi warganya berusia di bawah 45 tahun karena kekurangan pasokan vaksin.

Negara penghasil vaksin terbesar di dunia telah memvaksinasi penuh lebih dari 41,6 juta orang. Tetapi jumlah itu hanya 3,8 persen dari 1,35 miliar penduduknya, dikutip dari Straits Times

Larang Penghanyutan Jenazah Covid-19 ke Sungai, Warga India Diimingi Rp983 Ribu

Dream - Pemerintah Uttar Pradesh resmi melarang praktik membuang mayat ke sungai dan akan menindak tegas masyarakat yang ketahuan masih melakukan tindakan tersebut. Pemerintah juga menjanjikan bantuan kepada keluarga yang berjuang membayar biaya kremasi bagi korban Covid-19.

Kebijakan ini ditetapkan menyusul fenomena ratusan mayat terlihat mengambang di sungai. Juga banyaknya kuburan jenazah Covid-19 di tepi sungai.

Kepala Menteri Uttar Pradesh, Yogi Adityanath, memerintahkan otoritas distrik untuk memastikan jenazah yang mungkin terinfeksi Covid-19 tidak mengambang di sungai dan mencemari Sungai Gangga. Ini mengingat Sungai Gangga juga merupakan sumber air utama.

"Di beberapa tempat, mayat ditemukan dari sungai. Harus dipastikan bahwa mayat tidak mengapung di sungai," ujar Sekretaris Negara Bagian Uttar Pradesh, Rajendra Kumar Tiwari, dalam sebuah surat.

Rajendra mengatakan ada kemungkinan jasad-jasad tersebut terinfeksi Covid. Praktik pembuangan jenazah dikhawatirkan mencemari sungai.

"Juga kemungkinan besar akan menyebarkan penularan ke masyarakat," ucap dia.

Fenomena Mengkhawatirkan

Sejumlah besar mayat yang membusuk, yang diperkirakan mencapai ratusan, telah ditemukan mengapung dalam beberapa hari terakhir di Sungai Gangga di Uttar Pradesh dan negara bagian tetangga Bihar.

Gambar dan video yang beredar menunjukkan tubuh setengah terbakar dan membusuk hanyut di sungai minggu lalu, mengejutkan negara yang masih terhuyung-huyung dari gelombang kedua Covid-19 yang mematikan.

Masalah ini semakin diperparah setelah hujan dan angin menyapu sejumlah jenazah berlapis kain warna kuning yang terkubur di pasir dangkal di tepi sungai. Tidak jelas apakah semua jenazah adalah korban Covid.

Warga mengatakan banyak keluarga membuang jenazah di sungai karena tidak punya uang untuk membayar kremasi. Tarif kremasi melonjak akibat tingginya permintaan.

Pesan-pesan dibunyikan melalui pengeras suara di desa-desa tepi sungai termasuk Gazipur, Unnao dan lainnya, agar orang-orang tidak membuang mayat ke sungai.

"Badan yang dibakar tidak boleh ditenggelamkan ke Gangga," kata seorang pekerja dengan pengeras suara dalam sebuah video yang dibagikan secara online.

 

Hibah Biaya Kremasi

Pemerintah telah meminta polisi untuk berpatroli di sungai dan mengawasi tepi sungai untuk memastikan jenazah tidak dibuang. Negara bagian itu menyediakan hibah 5.000 rupee, setara Rp983 ribu, kepada keluarga miskin untuk layanan kremasi dan pemakaman.

Dengan populasi lebih dari 240 juta, Uttar Pradesh sangat terpukul oleh gelombang kedua sebagai akibat dari infrastruktur perawatan kesehatan yang rapuh. Para ahli mengatakan situasinya bisa jauh lebih buruk, karena kasus-kasus tidak terdeteksi di daerah pedesaan.

Menyangkal laporan jumlah jenazah yang ditemukan di sungai itu mencapai 2.000, juru bicara pemerintah negara bagian Uttar Pradesh, Navneet Sehgal, memberikan bantahan. Dia menyebut hanya ditemukan jenazah dalam kelompok antara 10 hingga 20 orang.

Pejabat senior negara bagian Manoj Kumar Singh mengatakan ritual tradisional juga merupakan faktor dalam pembuangan jenazah, di samping kekhawatiran infeksi Covid dari jenazah serta kurangnya uang untuk membayar kremasi.

Sumber: Independent.co.uk

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Lagi, Direktur WHO Peringatkan Seluruh Negara Harus Bersiap Hadapi Penyakit X

Lagi, Direktur WHO Peringatkan Seluruh Negara Harus Bersiap Hadapi Penyakit X

Penyakit X adalah virus “penampung” hipotetis yang belum terbentuk, namun para ilmuwan mengatakan penyakit ini bisa 20 kali lebih mematikan daripada COVID-19.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Varian JN.1 Sedang Naik, Hindari 5 Tempat dengan Risiko Penularan Tertinggi

Kasus Covid-19 Varian JN.1 Sedang Naik, Hindari 5 Tempat dengan Risiko Penularan Tertinggi

Beberapa tempat memiliki jumlah virus lebih tinggi dibandingkan area lain. Kamu wajib meningkatkan daya tahan tubuh jika ingin mengunjunginya.

Baca Selengkapnya
Peringatan Darurat WHO: Virus yang Pertama Kali Muncul Tahun 1700an Ini Kembali Hantui Indonesia, Bisa Sebabkan Lumpuh Layu

Peringatan Darurat WHO: Virus yang Pertama Kali Muncul Tahun 1700an Ini Kembali Hantui Indonesia, Bisa Sebabkan Lumpuh Layu

WHO mengumumkan bahwa enam kasus baru pada pasien yang sudah vaksin telah ditemukan di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Detik-detik Siskaeee Dijemput Paksa Polisi usai Mangkir dari Panggilan Penyidik

Detik-detik Siskaeee Dijemput Paksa Polisi usai Mangkir dari Panggilan Penyidik

Tiga kali mangkir dari panggilan penyidik, Siskaeee akhirnya dijemput paksa oleh pihak kepolisian.

Baca Selengkapnya
Menkes Ternyata Tidak Mengatur Harga Eceran Tertinggi Vaksin Covid-19

Menkes Ternyata Tidak Mengatur Harga Eceran Tertinggi Vaksin Covid-19

Harga eceran tertinggi vaksin keempat Covid-19 tidak ditentukan Menkes. Kelompok yang harus membayar vaksin bisa mencari tahu lewat fasilitas kesehatan.

Baca Selengkapnya
Fakta-fakta Covid-19 Varian JN.1, Ciri Khasnya Lidah Pasien Lebih Putih

Fakta-fakta Covid-19 Varian JN.1, Ciri Khasnya Lidah Pasien Lebih Putih

Merebak di Amerika Serikat, Singapura, China, dan India, Covid-19 di Indonesia sudah ditemukan 41 kasus.

Baca Selengkapnya
Fakta-Fakta Pasien Covid-19 JN.1 di Batam Meninggal Dunia

Fakta-Fakta Pasien Covid-19 JN.1 di Batam Meninggal Dunia

Diketahui, varian JN.1 pertama kali dilaporkan di Indonesia pada bulan November lalu.

Baca Selengkapnya