Dream - Gempa dan tsunami yang menghantam Palu, Sulawesi Tengah, dan sekitarnya membuat dunia terkaget-kaget. Para ilmuwan bahkan sampai tercengang.
Sebab, dampak yang timbul akibat gempa tersebut terjadi di luar perkiraan, bahkan tidak lazim. Tsunami di Palu dalam kacamata para ilmuwan seharusnya kecil, bahkan tidak terjadi.
Ini lantaran gempa muncul disebabkan sesar atau gesekan strike-slipe. Sesar ini memiliki karakter pergerakan horizontal sehingga kecil kemungkinan memicu tsunami.
Berbeda dengan sesar thrust, yang memiliki karakter gesekan vertikal. Sesar ini bisa menimbulkan dorongan air ke atas dan menimbulkan tsunami.
Penjelasan ini menimbulkan pertanyaan mengapa tsunami bisa terjadi? Malah gelombang yang muncul cukup besar dan menimbulkan kerusakan dahsyat.
Pakar gempa dari Institut Ilmu Bumi di Grenoble, Prancis, Anne Socquet, menjelaskan, salah satu sebabnya adalah bentuk teluk. Socquet merupakan ilmuwan yang cukup lama meneliti kawasan perairan Palu dan Donggala.
" Bentuk teluk berperan besar dalam meningkatkan ukuran gelombang," ujar Socquet, dikutip dari Channel News Asia.
Palu berada di kawasan teluk yang menyempit. " Teluk seperti itu menjadi seperti corong tempat masuknya gelombang tsunami," kata Socquet.
Teluk yang sempit dan mendangkal membuat air mendapat dorongan dari bawah. Kemudian air memenuhi seluruh sisi teluk.
Pakar tektonik dari Departemen Ilmu Bumi Universitas Oxford, Baptiste Gombert, menyebutkan faktor lain yang turut memengaruhi besarnya tsunami di Palu. Faktor yang dimaksud Gombert adalah ukuran dan lokasi gempa.
Menurut dia, gempa yang terjadi di Palu tergolong besar. Selain itu, pusat gempa berada di lokasi yang dangkal. " Sehingga memicu pergeseran dasar laut lebih besar," kata dia.
Yang lebih mengerikan, pecahnya gelombang terjadi di dekat daratan. Sehingga tinggi gelombang belum surut meskipun sudah berada di darat.
Faktor terakhir adalah bukti tidak langsung terjadi longsor di dasar laut. " Gempa kemungkinan menimbulkan longsoran di bawah laut, dekat mulut teluk atau bahkan di dalam teluk," kata ilmuwan dari Fakultas Teknin dan Sains Universitas Curtin, Australia Barat, Jane Cunneen.
Seluruh ini penjelasan ini memberikan gambaran tentang bagaimana terjadinya tsunami di Palu yang dahsyat, sementara tidak begitu besar di daerah-daerah lainnya.
" Peristiwa seperti itu sangat sulit diprediksi dengan sistem peringatan dini tsunami kami, yang bergantung pada dugaan magnitudo dan lokasi gempa," ucap Cunneen.
Advertisement
Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau