Cerita Keji Pemuda ISIS Perkosa 200 Wanita Bunuh 500 Orang

Reporter : Maulana Kautsar
Rabu, 1 Maret 2017 12:02
Cerita Keji Pemuda ISIS Perkosa 200 Wanita Bunuh 500 Orang
Dia mengaku melaksanakan aksi keji itu atas perintah komandanya.

Dream - Ammar Hussein, militan ISIS yang tertangkap pasukan keamanan Irak, mengaku telah memperkosa lebih dari 200 perempuan yang menjadi tawanan kelompok teroris tersebut.

Atas aksinya yang kejam dan tidak berperikemanusiaan itu, pemuda berusia 21 tahun itu mengaku sangat menyesal.

Menurut laporan Al Arabiya, Ammar mengatakan emir yang membawanya, atau komandan ISIS setempat, memberi izin kepadanya dan anggota lainnya untuk memperkosa sebanyak mungkin perempuan Yazidi dan tawanan perempuan lainnya kapan pun mereka mau.

" Laki-laki muda membutuhkan ini," kata Ammar menirukan pimpinannya kepada Reuters dalam sebuah wawancara setelah agen kontra-terorisme Kurdi membuka tudung hitam dari kepalanya. " Itu normal."

Saat ISIS merebut wilayah-wilayah di Irak, Ammar mengatakan dia bergerak dari rumah ke rumah di beberapa kota di Irak untuk memperkosa perempuan Yazidi. Para pejabat keamanan Kurdi mengatakan mereka memiliki bukti Ammar memperkosa dan membunuh, namun mereka tidak tahu apa motifnya.

Berdasarkan laporan Reuters, saksi dan pejabat Irak mengatakan para militan ISIS memperkosa wanita Yazidi setelah kelompok teroris itu menguasai Irak Utara pada 2014.

1 dari 3 halaman

Jadi Budak Seks

Jadi Budak Seks © Dream

Militan ISIS juga menculik perempuan Yazidi untuk dijadikan budak seks. Setelah itu ISIS akan membunuh saudara laki-laki mereka, kata pejabat Irak.

Kelompok hak asasi manusia mencatat kejahatan ISIS terhadap kaum minoritas Yazidi. Ammar mengatakan dia juga menewaskan sekitar 500 orang sejak bergabung ISIS pada 2013.

" Kami menembak siapa pun yang kami ingin tembak dan memenggal siapapun yang perlu dipenggal," kata Ammar.

 

2 dari 3 halaman

Korban Kehidupan yang Keras

Korban Kehidupan yang Keras © Dream

Agen kontra-terorisme Kurdi mengatakan Ammar selalu menimbulkan masalah ketika dia pertama kali tiba. " Dia begitu kuat hingga mematahkan borgol plastik dari tangannya," kata salah seorang agen.

Ammar melihat dirinya sebagai korban dari kehidupan yang keras dan sulit. Produk dari perceraian dan kemiskinan di kampung halamannya di Mosul, Irak.

" Aku tidak punya uang. Tidak ada yang mengatakan 'ini adalah salah, ini adalah benar’. Tidak ada pekerjaan. Aku punya teman tapi tidak ada yang memberikan nasihat," kata Ammar, yang telah ditahan di sel dengan jendela berjeruji sejak penangkapannya pada Oktober 2016.

Di ruang tahannya, barang milik Ammar hanyalah selimut tebal dan Alquran. Di lantai ada piring polystyrene berisi kaldu dan nasi. Sementara borgol tebal dari metal menggantung di dinding di dekatnya.

 

3 dari 3 halaman

Membunuh adalah Hal Biasa

Membunuh adalah Hal Biasa © Dream

Ammar memulai karirnya sebagai seorang militan ketika usianya baru 14 tahun. Dia tertarik setelah mengikuti ceramah ustaz di masjid setempat. Setelah itu, dia bergabung Al-Qaeda dan sekarang menunggu proses hukum karena menjadi anggota militan ISIS.

Ammar ingat bagaimana emir-nya melatih untuk membunuh. Saat itu sang emir membawa satu orang tahanan untuk dibuat praktek membunuh. Aksinya itu dirasakannya menjadi lebih mudah dari hari ke hari.

" Tujuh, delapan, sepuluh pada suatu waktu. Tiga puluh atau 40 orang. Kami akan membawa mereka di padang gurun dan membunuh mereka," kata pemuda bertubuh tegap itu.

Akhirnya, ia menjadi sangat efisien, tidak pernah ragu-ragu untuk membunuh.
" Saya akan duduk dekat mereka, memasang penutup mata pada mereka dan menembakkan pistol ke kepala mereka," katanya. " Itu adalah hal biasa."

Beri Komentar