Pengalaman Mendebarkan Relawan Misi Kemanusiaan Rohingya

Reporter : Muhammad Ilman Nafi'an
Selasa, 5 September 2017 18:02
Pengalaman Mendebarkan Relawan Misi Kemanusiaan Rohingya
Banyak siasat harus diatur jika ingin misi kemanusiaan tiba di lokasi etnis Rohingya.

Dream - Kisah pertaruhan nyawa untuk memberikan distribusi bantuan ke Myanmar dirasakan Direktur Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Tanggap Bencana, Ahmad Fikri. Siasat harus dibuat Fikri agar bisa menghindari penangkapan militer setempat saat menyerahkan bantuan ke Sittwe, Myanmar.

Sekitar dua pekan Fikri tinggal di kawasan Sittwe. Meski membawa misi kemanusiaan, bukan berarti dia lepas dari bahaya. Sesaat tiba di negara yang dipimpin Aung San Suu Kyi, Fikri mengaku sudah menangkap kesan bahaya tersebut. 

Selain harus diam-diam, Fikri mengatakan para donator yang menjalankan misi kemanusiaan terkadang harus menyuap tentara Myanmar agar berjalan lancar. Tentara Myanmar, kata Fikri, memang memanfaatkan misi distribusi bantuan demi meraup untung pribadi.

Baca juga: Hidup Mati Menembus Rakhine

" Militer yang korup, kalau mau masuk bayar Rp20-30 juta," ujar dia.

Untungnya, Baznas memiliki rekanan warga lokal untuk mengetahui jalur tikus. Sehingga, mereka tak perlu melewati pos penjagaan agar dapat menjangkau pusat pengungsian.

Fikri bercerita etnis Rohingya yang menjadi buruan para serdadu Myanmar mengalami kondisi yang suram. Mereka bertahan hidup dengan bercocok tanam dan berternak.

" Mereka ada yang bertani dan beternak," kata

Tetapi, sebagai warga yang tidak diakui kewarganegaraannya, para pengungsi itu kesulitan menjual hasil ternak dan taninya. Alhasil, taraf hidupnya pun sulit berkembang.

" Mereka itu rakyat yang tidak diakui, mau dijual kemana?" ucap dia.

Salah satu yang menjadi harapan hidup para pengungsi yakni bantuan dari pihak luar. Bantuan yang diberikan pun tidak serta merta bisa keluar masuk ke wilayah konflik itu.(Sah)

 

Beri Komentar