Kisah Kesabaran Penjual Sayur hingga Jadi Polwan

Reporter : Ahmad Baiquni
Selasa, 12 Mei 2015 07:30
Kisah Kesabaran Penjual Sayur hingga Jadi Polwan
AKP Any memiliki mimpi menjadi Polwan sejak kelas II SD, ketika ia ditunjukkan oleh sang ayah tentang sosok Polwan yang tengah bertugas.

Dream - Setiap anak memiliki mimpi untuk menjadi pelaku profesi tertentu seperti Polisi Wanita (Polwan). Mereka akan mewujudkan mimpi itu.

Sama halnya yang ditunjukkan oleh Eny Suprapti. Ia punya mimpi menjadi Polwan sejak duduk di bangku kelas II SD.

" Waktu itu saat melintas di jalan bersama ayah, ayah saya putar balik motor karena melihat polwan di jalan. Saya ditunjukkan, 'Itu loh polwan'. Sejak itu saya mulai tertarik jadi polwan," ujar Eny, dikutip Dream.co.id dari akun facebook Divisi Humas Mabes Polri, Selasa, 12 Mei 2015.

Eny Suprapti berasal dari keluarga sederhana yang tinggal di Demak, Jawa Tengah. Orangtuanya memiliki latar belakang ekonomi yang kurang stabil.

Kondisi ini membuat Eny menyadari mimpinya tidak mungkin terwujud. Satu jalan yang ia yakini bisa dikerjakan adalah ikut berjualan demi membantu mengurangi beban orangtuanya.

Ketika duduk di bangku SMP, Eny berjualan jagung rebus dengan berkeliling di beberapa komplek perumahan.

" Waktu SMP, saya itu jualan jagung rebus keliling di Perumahan Plamongan Indah," ujar Eny,

Ia pun pernah merasakan tidak bisa pulang seperti biasa lantaran terjebak hujan lebat. Dia berteduh cukup lama di teras rumah orang dan diabaikan. Sang pemilik rumah pun tidak menawarkan Eny untuk berteduh di dalam.

Duduk di bangku SMA, Eny memutuskan berjualan sayur di Pasar Peterongan, Semarang. Ia menempuh jarak sejauh 11 kilometer menggunakan sepeda dan berangkat pukul 01.00 WIB dini hari dari rumah orangtuanya di Mranggen, Demak, berbarengan dengan penjual sayur lainnya.

" Itu saya lakukan setiap hari. Jadi, sesama tukang sayur kami sering balapan," kata dia.

Tamat SMA, Eny mengatakan keinginannya mendaftar menjadi anggota Polwan kepada orangtuanya. Faktor ekonomi membuat kedua orangtuanya hanya mampu memberikan dukungan moril.

" Saya cuma minta doa restu kepada orangtua. Selebihnya, saya berusaha dan serahkan sepenuhnya kepada Tuhan," terang Eny.

Dia lantas mendaftar seleksi masuk pendidikan polisi angkatan 1996-1997. Sayangnya, nasib baik belum berpihak padanya. Ia dinyatakan tidak lolos seleksi.

Eny tidak berkecil hati. Dia menerima hasil seleksi tersebut dan kembali menjalani aktivitasnya sebagai penjual sayur.

Suatu malam, Eny bermimpi ada seorang perwira Polwan yang mengajaknya berjalan-jalan di komplek Sekolah Pendidikan Kepolisian Negara (SPN). Mimpi itu ia dapat satu malam sebelum pengumuman.

" Jadi saya mimpi ada perwira Polwan mengajak saya jalan-jalan di SPN. Lalu dia bilang kalau saya tahun ini tidak lolos, namun tahun depan Insya Allah saya lolos," kata dia.

Eny kembali mendaftar pendidikan polisi angkatan 1997-1998. Dia pun dinyatakan lolos dan menjadi anggota Polwan berpangkat Bripda. Selang beberapa tahun, Eny mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan ke tingkat Strata 1, lalu mengikuti Sekolah Calon Perwira pada 2008.

Saat ini, Eny telah menyandang pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP). Ia berdinas di Polsek Genuk, Semarang, sebagai Kepala Unit (Kanit) Bimbingan Masyarakat (Bimmas).

 

Beri Komentar