Risiko yang Muncul Jika Jarak Kehamilan Terlalu Dekat

Reporter : Mutia Nugraheni
Rabu, 6 Juli 2022 14:12
Risiko yang Muncul Jika Jarak Kehamilan Terlalu Dekat
"Jarak antar kehamilan ditujukan untuk mengoptimalkan kondisi tubuh dan kesehatan ibu".

Dream - Kehamilan membuat perubahan drastis pada tubuh seorang ibu. Bukan hanya fisik, tapi juga hormon dan psikologis. Bukan hanya menjalani kehamilan selama 9 bulan 10 hari, setelahnya ibu juga menyusui selama 2 tahun dan tubuh kembali beradaptasi.

Kondisi ini tentunya sangat menguras fisik dan emosi ibu. Untuk itu penting bagi orangtua untuk memperhatikan jarak kehamilan. Sebaiknya jangan terlalu dekat karena ada risiko kesehatan yang harus dihadapi. Hal ini diingatkan oleh dr. Andri Welly, SpOG, yang praktik di RSIA Tambak dalam akun Instagramnya @andriwelly_.

" Jarak antar kehamilan ditujukan untuk mengoptimalkan kondisi tubuh dan kesehatan ibu, karena setelah melahirkan banyak terjadi perubahan pada tubuh ibu," ungkapnya.

Ada beberapa risiko yang sangat mungkin terjadi pada ibu dan janin bila jarak kehamilan terlalu dekat. Antara lain ibu terkena anemia saat hamil, melahirkan bayi prematur, ibu butuh transfusi darah, terjadi robekan rahim dan janin bisa mengalami kematian dalam kandungan.

 

1 dari 4 halaman

Idelanya Minimal 18 Bulan

Idelanya Minimal 18 Bulan © Dream

Tubuh ibu membutuhkan waktu untuk pulih setelah hamil, melahirkan dan menyusui. Bila hamil terlalu cepat setelah melahirkan, membuat pemulihan tidak optimal. Hal ini bisa mempengaruhi kondisi ibu dan janin secara signifikan.

" Dari sisi tumbuh kembang anak, idealnya anak harus melewati 1.000 HPK (hari pertama kehidupan). Jadi, sebaiknya jarak antar kehamilan yaitu dari 18-24 bulan, tergantung riwayat kehamilan sebelumnya," pesan dr. Andri.

Untuk itu, mulai sekarang atur jarak kehamilan. Konsultasikan dengan bidan atau dokter agar jarak kehamilan tak terlalu dekat, bisa dengan menggunakan kontrasepsi yang dirasa cocok bagi ayah dan bunda.

2 dari 4 halaman

Keputihan Saat Hamil, Ketahui Saat Pertanda Bahaya

Keputihan Saat Hamil, Ketahui Saat Pertanda Bahaya © Dream

Dream - Beberapa ibu hamil mengalami keputihan lebih sering dari sebelumnya. Hal ini tentunya memunculkan kekhawatiran. Bukan hanya bagi kesehatan ibu tapi juga kondisi janin.

Keputihan, dikutip dari KlikDokter, dapat digolongkan menjadi dua yaitu keputihan normal dan abnormal. Pada keputihan normal, kondisi ini terjadi akibat perubahan hormon di dalam tubuh wanita. Sedangkan pada keputihan abnormal, kondisi ini biasanya terjadi akibat infeksi atau masalah medis lainnya.

Terkait bahaya keputihan saat hamil, memang benar bahwa kondisi tersebut bisa saja mengancam kesehatan janin. Kondisi ini bisa terjadi jika ibu hamil mengalami keputihan abnormal akibat suatu penyakit.

Berikut ini adalah penyebab keputihan saat hamil yang bisa berbahaya dan mengancam kesehatan janin dalam kandungan:

1. Keputihan Akibat Infeksi Jamur
Seorang wanita mengalami peningkatan hormon estrogen saat hamil. Di satu sisi, hal ini diperlukan agar tumbuh kembang janin terjaga dengan baik. Di sisi lain, gejolak hormon estrogen juga menyebabkan keputihan saat hamil.

Diketahui bahwa kadar hormon estrogen yang tinggi dapat mengubah derajat keasaman vagina, sehingga jamur yang secara normal ada di bagian tersebut bertumbuh berlebihan.

Alhasil, keputihan pada ibu hamil yang terjadi akibat infeksi jamur Candida albicans tidak bisa dihindari. Keputihan akibat infeksi jamur memiliki ciri sebagai berikut:
- Cairan vagina yang keluar menggumpal seperti keju.
- Keputihan disertai kemerahan dan rasa gatal.
- Terasa panas hingga perih pada vagina.
- Rasa nyeri ketika berkemih atau berhubungan intim.

Meski terjadi saat hamil, keputihan akibat infeksi jamur tidak berbahaya bagi janin. Ini karena infeksinya hanya bersifat lokal (di vagina), dan tidak akan naik ke arah rahim ataupun memicu keguguran hingga persalinan prematur. Keputihan akibat jamur murni hanya menimbulkan iritasi dan rasa tidak nyaman pada area kewanitaan.

 

3 dari 4 halaman

2. Keputihan Akibat Infeksi Bakteri

2. Keputihan Akibat Infeksi Bakteri © Dream

Vaginosis bakterialis merupakan suatu kondisi ketika terjadi pertumbuhan bakteri secara berlebihan pada vagina dan bisa jadi salah satu penyebab keputihan saat hamil. Kondisi ini umumnya terjadi akibat bakteri Gardnerella vaginalis.

Meski begitu, vaginosis bakterialis juga bisa terjadi akibat bakteri lain, seperti Lactobacillus, Prevotella, Mycoplasma hominis, Streptococcus viridans, dan Ureaplasma urealyticum. Beberapa ciri keputihan akibat bakterial vaginosis, antara lain:
- Bau amis pada vagina, terlebih saat berhubungan seksual
- Gatal pada vagina
- Keputihan berwarna abu-abu
- Kemerahan di sekitar bibir vagina
- Nyeri atau terdapat sensasi terbakar saat berkemih

Adanya bakterial vaginosis pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, khususnya jika tidak ditangani dengan baik. Selain itu, kondisi tersebut juga bisa menyebar hingga ke rongga panggul dan menyebabkan Pelvic Inflammatory Disease (PID).

 

4 dari 4 halaman

3. Trikomoniasis

3. Trikomoniasis © Dream

Trikomoniasis merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Bahaya keputihan saat hamil akibat trikomoniasis adalah meningkatkan risiko kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah (BBLR), dan bayi rentan terinfeksi parasit tersebut saat lahir.

Gejala trikomoniasis yang bisa muncul pada wanita hamil, antara lain:
- Keputihan berbau busuk
- Carian keputihan berbusa dan berwarna kuning kehijauan
- Gatal dan kemerahan di sekitar vagina.
- Nyeri saat berkemih dan berhubungan seksual

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

Beri Komentar