Anak yang Belum Baligh Lakukan Ibadah dan Kebaikan, Pahalanya untuk Siapa?

Reporter : Mutia Nugraheni
Sabtu, 20 Mei 2023 06:03
Anak yang Belum Baligh Lakukan Ibadah dan Kebaikan, Pahalanya untuk Siapa?
Simak penjelasannya berikut, ayah bunda.

Dream - Berzikir, berdoa, membantu orang lain serta kebaikan lainnya seringkali dilakukan anak-anak. Mereka kadang melakukan dengan cara yang tidak seperti orang dewasa.

Belum baligh dan banyak melakukan kebaikan serta ibadah, lalu pahala mereka untuk siapa? Dikutip dari Muslimah.or.id, berdasarkan hadis dalam Shahih Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan, “ Ada seorang perempuan mengangkat anaknya seraya berkata, “ Wahai Rasulullah apakah anak ini juga mendapatkan pahala haji?” Beliau menjawab: “ Benar, dan engkau mendapatkan pahala” (HR. Muslim).

Dalam hadis tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa pahala haji milik anak kecil tersebut. Sementara ibunya mendapatkan pahala karena telah menghajikan anaknya.

Selain orangtua, banyak juga orang yang juga akan mendapat pahala ketika mengajarkan dan mencontohkan kebaikan pada anak. Seperti gurunya di sekolah, asisten di rumah, tante atau om nya. Hal ini sesuai dengan hadist riwayat Muslim.

HR Muslim© Muslimah.or.id

Artinya: “ Barangsiapa yang menunjukkan kebaikan (kepada orang lain) maka dia mendapat pahala sebagaimana pahala seperti orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim dalam shahihnya).

Hal tersebut termasuk ta’awun (tolong-menolong) dalam kebaikan dan taqwa, Allah SWT insyaallah memberikan pahala untuk semua orang yang mengajarkan anak-anak kita dalam kebaikan. Pahalanya akan menyebar pada semua yang menebar hal baik atas nama Allah SWT.

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

1 dari 6 halaman

Mendidik Anak yang Sulit Diberi Tahu, Teladani Cara Rasulullah

Dream - Orangtua kerap dibuat bingung dan kewalahan saat anak sulit diberitahu. Misalnya saat menyuruh anak untuk segera mandi dan salat, si kecil malah bermain games atau tak bergerak di depan televisi.

Menghadapi hal ini tampaknya orangtua harus meneladani sikap Nabi Muhammad SAW saat mendidik Anas bin Malik. Dalam kitab Sunan Abi Dawud, Imam Abu Dawud Sulaiman memasukkan sebuah riwayat menarik tentang Sayyidina Anas dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berikut riwayatnya:

Kitab Sunan Abi Dawud,© Nu Online

Anas bin Malik berkata: “ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu keperluan, aku berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan pergi (mengerjakan perintahnya).’ Padahal diriku sebenarnya ingin pergi melaksanakan apa yang diperintahkan Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wasallam kepadaku.”

Anas berkata: “ Lalu aku keluar (rumah). Aku melewati sekumpulan anak-anak yang sedang bermain di pasar, tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tengkukku dari belakang, aku melihat kepadanya, dan beliau sedang tertawa, kemudian berkata: “ Wahai Anas, pergilah sebagaimana yang kuperintahkan padamu (tadi).” Aku menjawab: “ Baik, aku akan pergi (melaksanakannya), ya Rasulullah" .

Anas berkata: “ Demi Allah, sudah tujuh atau sembilan tahun aku mengabdi kepadanya, aku tidak pernah (mendengarnya mengomentari) kesalahan yang kulakukan dalam mengerjakan sesuatu dengan berkata: “ Kenapa kau melakukannya begini dan begini,” atau mengomentari (kelalaianku) melakukan sesuatu dengan berkata: “ Kenapa kau tidak melakukan ini dan ini.” (Imam Abu Dawud, Sunan Abî Dawud, Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyyah, tt, juz 4, h. 246-247).

 

2 dari 6 halaman

Tak Pernah Marah

Menurut hadis lain, Anas bercerita kalau tak pernah Nabi Muhammad marah padanya. Bahkan Rasulullah tidak pernah berwajah masam sama sekali.

Imam al-Dzahabi, Siyar Alam al-Nubala© Nu Online

“ Rasulullah datang ke Madinah saat aku berusia delapan tahun, kemudian ibuku menggandeng tanganku dan membawaku pada Rasulullah, ia berkata: “ Wahai Rasulullah, tidak seorang laki-laki dan perempuan pun dari kaum Anshar yang datang kepadamu kecuali memberi hadiah untukmu, sedang aku tidak mampu memberimu hadiah kecuali anakku ini. Ambillah, agar ia bisa melayanimu.” Anas berkata: “ Aku mengabdi pada Rasulullah sepuluh tahun lamanya, tidak pernah sekalipun beliau memukul, mencaci atau berwajam masam kepadaku.” (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ’, Beirut: Mu’assasah al-Risalah, 2001, juz 3, h. 399)

 

3 dari 6 halaman

Mengerti Kepribadian Anak Kecil

Riwayat ini menunjukkan bahwa Sayyidina Anas adalah anak kecil yang memiliki dunianya sendiri, gemar bermain dan bersenang-senang. Saat disuruh melakukan sesuatu, tanpa segan ia mengatakan, “ tidak”, meski yang menyuruhnya adalah Rasulullah. Ini bukan hal yang aneh, karena begitulah anak kecil.

Hal yang menarik di sini adalah cara bersikap Rasulullah. Mendengar kalimat, “ aku tidak akan pergi melakukannya,” beliau tidak menampakkan kemarahan, berwajah masam dan menghardiknya dengan keras, tapi meninggalkannya. Baru kemudian, ketika beliau menjumpai Sayyidina Anas di pasar, beliau memegang tungkuknya dan berkata, “ Wahai Anas, pergilah sebagaimana yang kuperintahkan padamu (tadi).”

Rasulullah menggunakan pendekatan teladan yang baik dan mudah dimengerti oleh anak kecil, didukung dengan wajah beliau yang sama sekali tidak menunjukkan kemarahan, malah tertawa lepas tanpa beban. Penjelasan selengkapnya baca di sini.

4 dari 6 halaman

Cara Mendidik Anak Menurut Islam Bagi Ibu Berkarier

Dream - Para ibu yang bekerja kerap dipandang sebelah mata dalam urusan mengurus dan mendidik anak-anaknya. Terutama jika dibandingkan dengan ibu yang secara penuh berada di rumah mengurus anak-anak.

Banyak juga yang beranggapan kalau ibu bekerja tak akan bisa mengurus anak dengan baik atau tak bertanggung jawab. Dikutip dari Bincang Muslimah, untuk para perempuan karir atau pun orangtua karir yang memiliki keterbatasan waktu dekat dengan anak-anaknya bisa memanfaatkan waktu longgarnya untuk berkomunikasi dekat kepada anak-anaknya.

Yaitu dengan cara menggunakan metode keteladanan (Uswah Hasanah). Maksudnya adalah mendidik anak dengan cara memberi teladan yang baik melalui perilaku yang ingin anak untuk memilikinya.

 

5 dari 6 halaman

Tenangkan Pikiran

Contohnya saja ketika ibu bekerja hingga sore hari, dan rumah tampak berantakan. Usahakan jangan langsung marah dan menegur anak. Wajar memang ketika pulang bekerja keadaan masih lelah dan kondisi rumah sangat tak nyaman.

Langkah yang bisa dilakukan adalah tenangkan pikiran, istigfar, bersihkan diri. Baru kemudian ajak anak untuk berkomunikasi dengan baik, buat anak bercerita dengan nyaman. Jangan langsung memarahi atau mengeluh dengan kondisi rumah.

 

6 dari 6 halaman

Teladan

Bila kita kembali kepada sejarah, ternyata metode keteladanan ini bukanlah suatu hal yang baru, bahwa cikal bakal keteladanan sudah diterapkan pada masa Rasulullah SAW. dalam hidupnya Rasulullah selalu memberikan contoh yang baik kepada para sahabatnya, istrinya, anaknya, cucunya melalui keteladanan, baik ucapan atau perbuatan beliau.

Jadi dalam mendidik anak yang mempunyai keterbatasan waktu, tidak perlu panjang lebar memberikan pengertian teori-teori atau lainnya kepada anaknya, cukup memberikan contoh perilaku yang teladan. Maka anak akan menganggap bahwa ibunya mampu menjadi panutan baiknya, serta percaya bahwa diluar rumah ibunya juga kan bersikap seperti itu pada siapapun.

Walau waktu ibu bersama anak terbatas karena faktor pekerjaan, tidak akan menjadi kendala buruk dalam mendidik anak, jika ibu atau orangtua tetap menerapkan sikap keteladanan sepanjang momen bersama anak.

Mengutip perkataan Ali Qaimi penulis buku yang berjudul " Anak Bermasalah" , diharapkan bahwa setiap pendidik diharapkan mampu menjadi teladan, hendaklah memelihara tingkah lakunya, disertai dengan kesadaran bahwa ia bertanggung jawab dihadapan Allah dalam segala hal yang diikuti oleh orang lain.

Selengkapnya baca di sini.

 

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More