Ilustrasi
Dream- Rabies atau dikenal juga dengan sebutan " anjing gila" merupakan infeksi virus yang menyerang otak dan sistem saraf serta termasuk penyakit yang bisa menyebabkan kematian. Buat kamu yang memiliki hewan peliharaan seperti anjing dan kucing di rumah, maka perlu waspada karena rabies paling sering ditularkan oleh gigitan hewan.
Berkaca pada kasus rabies yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Salah satunya balita perempuan yang berusia 5 tahun dari Bali yang meninggal karena digigit anjing rabies.
Banyak Menyerang Anak
Dikutip dari HaloDoc.com, Virus rabies banyak ditemukan pada air liur hewan yang terinfeksi dan disebarkan melalui gigitan maupun cakaran hewan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga anak-anak agar terhindar dari gigitan maupun cakaran hewan. Hal ini karena anak-anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rendah sehingga rabies sangat membahayakan nyawa si kecil.
Selain dari gigitan maupun cakaran hewan, virus rabies bisa disebabkan juga saat anak memiliki luka maupun goresan di tubuh yang kemudian dijilat oleh hewan yang terinfeksi. Tidak hanya itu saja, rabies juga bisa diperoleh apabila anak menyentuh mulut atau matanya dengan tangan yang sudah terkena air liur hewan yang terinfeksi. Nantinya begitu terinfeksi, virus akan langsung menuju ke sistem saraf pusat dan mencapai otak. Selanjutnya, virus akan menyebar ke saraf dan menginfeksi berbagai organ.
Gejala virus rabies biasanya baru muncul sekitar 4-12 minggu setelah terinfeksi virus rabies. Keluhan yang muncul walnya meliputi demam, sakit kepala, hilang nafsu makan, dan muntah. Gejala lainnya yaitu nyeri, gatal, hingga mati rasa di area yang tergigit hewan.
Kondisi semakin buruk dan parah apabila pasien mengalami beberapa gejala seperti kesulitan menelan, kebingungan, halusinasi dan hilang kemampuan untuk menggerakkan otot atau lumpuh. Nah, bahaya paling fatal yang busa terjadi pada si kecil adalah koma hingga kematian.ies.
Laporan: Hany Puspita Sari/ Sumber: HaloDoc
Dream - Munculnya demam merupakan tanda imunitas tubuh sedang bekerja keras melawan virus dan bakteri. Saat demam memang membuat tubuh sangat tidak nyaman.
Disertai rasa panas di mata, kulit, hingga nyeri dan sakit kepala. Bila hal ini terjadi pada anak tentunya orangtua sangat khawatir dan ingin demam segara hilang. Berbagai cara pun dilakukan agar demam bisa lekas turun.
Sayangnya, cara-cara yang dilakukan oleh orangtua justru sering kali salah dan justru bisa membuat demam pada anak makin parah. Dikutip dari KlikDokter.com, ada tiga hal yang tak boleh dilakukan pada anak demam. Penting untuk diingat oleh para ayah bunda.
Membalur tubuh dengan alkohol
Mitos lama yang berkembang di masyarakat adalah membalur tubuh dengan alkohol dianggap dapat menurunkan demam. Padahal, hal ini sama sekali tidak bermanfaat untuk menurunkan demam dan malah bisa meningkatkan risiko intoksikasi alkohol pada anak.
Mandi atau mengompres tubuh dengan air dingin
Kompres dengan air dingin atau mandi air dingin bukannya menurunkan demam malah bisa membuat anak menggigil dan membuat suhu tubuh jauh lebih meningkat dari sebelumnya.
Memberikan terlalu banyak obat penurun panas kepada anak, atau mengombinasikan beberapa jenis obat dalam satu waktu sebaiknya jangan Anda lakukan. Bukannya menurunkan demam, cara seperti ini malah bisa membahayakan anak.
Sebab, konsumsi obat dengan dosis yang berlebih bisa membuat kerusakan organ, bahkan bisa menyebabkan kematian. Jadi, hindari sembarang memberikan obat pada anak tanpa terlebih dahulu memeriksakannya ke dokter.
Bila memang demam tak kunjung turun atau suhunya terus meningkat dan keadaan semakin parah, lebih baik segera periksakan ke dokter. Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Dream - Penyakit demam berdarah saat ini sedang banyak terjadi, terutama di musim pancaroba. Nyamuk jadi penular utama penyakit ini dan bisa menyerang orang dewasa serta anak-anak.
Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang ‘dibawa’ oleh nyamuk Aedes Aegepti. Gejala khasnya adalah demam tinggi tanpa disertai gejala lainnya, misalnya tanpa disertai batuk, pilek, atau pun sesak napas.
Beberapa penderita mengeluhkan gejala nyeri di belakang mata, sakit kepala, nyeri sendi, hingga munculnya bercak merah pada kulit atau perdarahan. Meski
demikian, biasanya bercak merah pada kulit belum terlihat pada hari-hari awal.
Penyakit ini, menurut dr. Debbie Latupeirissa, Sp.A (K) dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, termasuk self-limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya. Sayangnya, dalam beberapa situasi penyakit DBD juga bisa menimbulkan korban jiwa jika tidak cepat ditangani.
" Terlebih lagi jika pasien DBD telah memasuki fase berbahaya, dan terjadi pada anak-anak berusia lebih kecil yang belum dapat mengutarakan kondisi mereka. Karenanya, banyak penderita DBD yang kemudian dirawat di rumah sakit untuk dipantau lebih ketat kondisinya," ujar dr. Debbie, dikutip dari rilis yang diterima Dream.co.id
Dalam situasi pandemi seperti sekarang, sebagai orangtua kita mungkin bingung saat anak demam tinggi. Menebak-nebak antara tertular Covid-19 atau penyakit lain. Bila anak mengalami demam tinggi, terus pantau suhunya menggunakan termometer dan catat.
Bila terjadi lebih dari 3 hari, segera periksakan ke dokter. Ada tiga fase DBD yang penting diketahui, yakni hari 1-3 disebut fase febrile tanpa perdarahan. Dalam fase ini biasanya terjadi gejala awal seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, dan nyeri belakang bola mata. Fase kedua, yaitu fase kritis.
" Setelah memasuki hari 4-5, demam cenderung turun. Penderita mulai memasuki fase kritis. Kebanyakan orang tua tidak mewaspadai fase ini ketika demam turun. Banyak yang mengira si kecil justru sudah mulai sembuh. Padahal, pada fase ini risiko terjadinya syok jauh lebih besar," kata dr. Debbie.
Dalam fase ini dapat terjadi pula penurunan trombosit lebih jauh yang ditandai dengan perdarahan. Seperti mimisan, gusi berdarah atau timbul bintik-bintik merah pada kulit yang spontan.
Memasuki fase ketiga adalah fase pemulihan atau penyembuhan, yang biasanya terjadi pada hari ke 6-7. Pada fase ini demam sudah mulai turun, kondisi tubuh pun perlahan membaik. Untuk mempercepat pemulihan si kecil, pilih asupan nutrisi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh, termasuk kadar trombosit.
" Jangan tunggu terlalu lama apabila si kecil demam tinggi, ya. Segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis anak untuk memastikan diagnosisnya," pesan dr. Debbie.
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati