Anak Stres/ Foto: Shutterstock
Dream - Anak-anak bisa mengalami stres seperti orang dewasa ketika berada di situasi yang membuatnya sangat tertekan. Misalnya, berada di lingkungan baru, kesulitan bergaul atau ketika tak bisa pelajaran tertentu.
Stres sendiri, menurut dr. Ida Rochmawati, Sp.KJ di akun Instagramnya @newidapsikiater adalah reaksi penyesuaian terhadap suatu perubahan. Dalam kadar tertentu, stres dibutuhkan untuk meletupkan motivasi namun bila berlebihan bisa berisiko mengganggu fungsi peran, sosial bahkan kualitas hidup anak.
" Ada dua jenis stres yakni eustress (stres baik) dan distress (stres buruk). Stres pada anak seringkali bermanifestasi pada gangguan mood, perasaan dan perilaku. Penting bagi orang dewasa, guru dan orang tua mencermati tanda-tanda stres pada anak dan melakukan intervensi sedini mungkin untuk membantunya," ungkap dr. Ida.
Ada gejala stres pada anak yang penting diketahui ayah dan bunda, yaitu emosinya tidak stabil, perubahan perilaku, penurunan prestasi belajar, keluhan fisik dan malingering atau pura sakit untuk dapat pemakluman.
Lalu bagaimana orangtua harus bersikap saat menghadapi anak yang sedang stres.
1. Kendalikan emosi agar tidak reaktif pada sikap anak
" Kadang orangtua jengkel dengan perilaku anak yang rewel sehingga terpancing bertindak reaktif. Bila kondisi emosi orangtua sedang tidak baik sebaiknya menghindar atau menunda interaksi," pesan dr. Ida.
Saat anak mengalami stres ia sedang kewalahan dengan dirinya sendiri. Anak kadang sulit mengungkapkan dan menggambarkan perasaannya. Untuk itu, anak butuh rasa aman dan dimengerti. Pelukan dan sentuhan fisik akan membantu menenangkannya.
3. Cari waktu yang tepat untuk bicara
Bisa saja anak yang merasa terancam (bullying) atau ia sendiri tidak bisa memahami perasaannya. Cari waktu saat anak sedang santai dan mood sedang baik untuk mencari tahu apa masalahnya.
Tetaplah tenang dan berimajinasilah andai kita jadi dia. Katakan bahwa kita ingin membantunya dan tidak menyalahkannya. Katakan juga bahwa apapun yang terjadi kita menerimanya.
5. Cari informasi dari sumber yang lain
Ada baiknya juga mencari informasi dari pihak lain. Bisa teman sekolah, guru atau siapa pun yang terkait untuk mendapatkan gambaran apa kira-kira penyebabnya.
Sumber: dr. Ida Rochmawati, Sp.KJ
Dream - Seiiring bertambahnya usia anak, pola asuh orangtua akan berbeda. Tetnunya kita tak bisa bersikap seperti ketika anak balita, saat mereka sudah memasuki usia sekolah dasar.
Begitu pun ketika anak beranjak remaja, sikap dan pemikirannya akan jauh berbeda. Seringkali orangtua lupa hal tersebut dan tak menyesuaikan diri dengan perubahan anak.
Sebuah penelitian terhadap 1.000 orangtua dari remaja mengungkap, sebanyak 75% orangtua berpendapat bahwa usia 13-19 adalah tahun-tahun paling menantang dalam membesarkan anak-anak, dengan satu dari tiga (32%) mengakui bahwa mereka “ tidak siap" .
Ternyata mengasuh remaja tidak semudah yang dipikirkan orangtua. Ada momen yang paling menguras emosi dan dianggap memicu stres tinggi pada orangtua. Apa saja?
1. Menghadapi Perubahan Suasana Hati Remaja
Perubahan suasana hati atau mood anak remaja adalah hal yang paling menantang. Remaja bisa diam saja, menarik diri, selalu membantah dari yang awalnya bersikap baik namun moodnya berubah drastis. Hal ini jadi kondisi yang sering terjadi.
Kabar baiknya adalah seiring bertambahnya usia remaja, penelitian menunjukkan bahwa mereka mendapatkan kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan emosi. Konflik dengan orangtua mereda dan mereka umumnya belajar cara yang lebih adaptif untuk menghadapi suasana hati mereka.
Membantu anak remaja mereka membuat pilihan hidup yang penting membuat mereka stres. Apa yang membuat masalah ini semakin menantang adalah bahwa selama masa remaja, anak-anak harus membuat keputusan yang tak terhitung banyaknya tentang sekolah, teman-teman mereka, dan masa depannya.
Faktanya di usia remaja, bagian otak yang mengontrol pengambilan keputusan tidak sepenuhnya berkembang sampai awal masa dewasa. Dengan demikian, otak remaja yang sedang berkembang menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar untuk membuat keputusan yang buruk dan kurang mampu mempertimbangkan konsekuensi dari pilihan mereka.
Menahan komentar, mencegah hal buruk, dan membiarkan anak remaja mereka melakukan kesalahan sendiri juga sangat memicu stres orangtua. Para ahli setuju itu adalah bagian penting dari perkembangan remaja. Membiarkan anak-anak belajar dari kesalahan mereka membantu membangun ketahanan dan sangat penting bagi perkembangan kemampuannya menangani masalah.
4. Perubahan Hormon
Adanya perubahan hormon merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan seksual remaja. Lonjakan hormon menguasai tubuh mereka dan memengaruhi segalanya mulai dari emosi dan suasana hati hingga perasaan seksual dan perilakunya. Beberapa orang tua mengakui bahwa ketika anak mereka memasuki masa remaja, rasanya seperti mengasuh anak yang sama sekali berbeda.
Dalam situasi ini penting untuk memperhatikan asupan gizinya setiap hari. Beri makanan kaya protein sehat dan pastikan anak memiliki aktivitas fisik yang baik. Sangat dianjurkan mereka memiliki jadwal olahraga rutin, seperti futsal, basker, ikut dance class dan semacamnya. Hal ini sangat membantu membuat mood remaja jadi lebih baik.
Sumber: RaisingTeenToday
Advertisement
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta