Membentuk Akhlak, Dasar Penting Pengasuhan dalam Islam

Reporter : Mutia Nugraheni
Rabu, 19 Juli 2023 15:48
Membentuk Akhlak, Dasar Penting Pengasuhan dalam Islam
Dalam Islam, hal yang paling mendasar dalam mengasuh dan mendidik anak, bukanlah kepintaran dalam hal akademik, tapi membentuk akhlaknya dan membiasakan adab yang baik.

Dream - Tantangan dalam mengasuh anak begitu besar. Orangtua akan menghadapi banyak cobaan, kesulitan serta menemui hal-hal yang akan sangat menguras emosi ketika mendidik anak. Pahala dalam mendidik anak ini begitu besar, karena kelak mereka akan jadi penerus tauhid Allah SWT dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW.

Dalam Islam, hal yang paling mendasar dalam mengasuh dan mendidik anak, bukanlah kepintaran dalam hal akademik, tapi membentuk akhlaknya dan membiasakan adab yang baik.

Dikutip dari SanadMedia, parenting atau pengasuhan dalam Islam mengajarkan bahwa cara mengasuh yang dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya harus mencakup bagaimana orangtua mampu membentuk akhlak yang baik anak tersebut. Dasarnya adalah dengan selalu mengingatkan kalau Allah SWT memperhatikan umatnya.

Jangan pernah berbuat buruk, zalim dan tidak berakhlak, apalagi sampai menyekutukan Allah SWT. Hal ini dapat dilihat dalam surah Luqman ayat 13.

Surat Luqman ayat 13


Artinya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar" .

1 dari 6 halaman

Untuk membentuk akhlak yang baik pada buah hati, cara terbaik adalah menjadi teladan dan selalu memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari. Bisa juga mengikuti salah satu tips dari Syaikh Jamal Abdurrahman dalam buku Implementasi Islamic Parenting Dalam Mebentuk Karakter Anak.

Satu hal yang ia tekankan adalah dengan memanggil anak dengan panggilan yang lembut dan halus. Sebisa mungkin panggil anak dengan sebutan yang penuh kasih sayang seperti 'sayang', 'kakak/adik yang pinter', 'anak sholeh/sholeha', dengan begitu anak merasa dihargai dan disayang.

Hatinya juga insyaallah akan menjadi lembut. Anak pun jadi memiliki akhlak dan kebiasaan yang baik. Biasakan hal ini dalam kehidupan sehari-hari, termasuk ketika saat marah. Tahan lisan dan usahakan untuk tetap memanggilnya dengan baik.

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

2 dari 6 halaman

Didik Anak Jadi Pribadi Berakhlak, Jaminan Surga untuk Orangtua

Dream - Menjadi sebuah kepuasan pribadi bagi orangtua ketika melihat anak tumbuh dengan sehat, pintar dan sukses dalam bidang akademik atau hal lain yang membawanya pada kemapanan dan masa depan cerah. Tak salah memang, tapi ada satu hal yang harus selalu diingat kalau anak adalah amanah dari Allah SWT.

Nantinya orangtua akan dimintai tanggung jawab dalam mendidik anak. Dari sekian banyak pencapaian dalam mengasuh anak, sebaik-baiknya adalah membuatnya memiliki akhlakul karimah atau akhlak yang baik.

Hal tersebut dapat dicapai dengan melandaskan pengasuhan pada prinsip-prinsip Islam yang diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan Rasulullah SAW. Dikutip dari NU.or.id, orangtua wajib memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan anak-anaknya.

Orangtua juga berkewajiban untuk mendidik dan mengasuh anak-anaknya. Rasulullah saw menjamin surga bagi orangtua yang menafkahi, membesarkan, dan mendidik anak-anaknya sehingga mereka menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.

Kitab Ihya Ulumudin

Artinya: “ Rasulullah bersabda, ‘Siapa saja yang memiliki tiga putri, lalu memenuhi nafkah mereka dan memperlakukan mereka dengan baik sehingga Allah menjadikan mereka mandiri terhadap ayahnya, niscaya Allah jadikan surga untuknya sama sekali kecuali ia mengamalkan jenis dosa yang tidak dapat diampuni (seperti syirik),’ (HR Al-Kharaithi).” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz II, halaman 37).

 

3 dari 6 halaman

Dengan redaksi berbeda, Rasulullah menegaskan jaminan surga bagi orangtua yang menafkahi, mengasuh, mendidik, hingga mengantarkan putrinya ke dalam perkawinan.

HR Abu Dawud

Artinya, “ Dari Abu Sa’id ra, Rasulullah bersabda, ‘Siapa saja yang mengasuh tiga putri, lalu mendidik, kemudian mengawinkan, dan memperlakukan tiga putrinya itu, maka ia berhak mendapat surga,’ (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).” (Al-Ghazali, 2018 M/1439-1440 H: II/37).

Orangtua diwajibkan untuk berjuang dalam memenuhi nafkah, pengasuhan, dan pendidikan akhlak bagi keluarganya. Orangtua juga wajib bersabar dalam menjalani proses berumah tangga atas perilaku atau ucapan pasangan dan anaknya yang kadang menyakitkan.

Orang tua yang berumah tangga juga berkewajiban untuk memperbaiki dan mendidik anggota keluarganya. Hal ini disampaikan oleh Imam Al-Ghazali dalam karyanya Ihya Ulumiddin:

Kitab Ihya Ulumudin

Artinya, “ (Salah satu faidah nikah adalah) berjuang melawan diri sendiri dan melatih kepribadian dalam mengasuh, mengayomi, memenuhi kewajiban terhadap keluarga, bersabar atas kelakuan mereka, menanggung kecewa karena ulah mereka, berusaha memperbaiki dan menunjuki mereka ke jalan agama, berjuang mencari nafkah halal untuk mereka, dan mendidik anak-anak,” (Al-Ghazali, 2018 M/1439-1440 H: II/37).

Penjelasan selengkapnya baca di sini 

4 dari 6 halaman

Jaga Kesehatan Mental Anak, Ikuti Tuntunan Islam

Dream - Menjaga kesehatan mental anak sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Sayangnya, banyak orangtua tak terlalu memperhatikan aspek tumbuh kembang psikologis anak.

Fokus perhatianya lebih pada memenuhi kebutuhan gizi, materi, dan akademik. Terkait hal ini sebenarnya Islam memberikan tuntunan bagi para orangtua untuk menjaga kesehatan buah hatinya.

Apa saja? Dikutip dari SanadMedia, berikut ulasannya.


Pilih Pasangan Hidup yang Baik
Kepedulian dan perhatian Islam terhadap kesehatan psikologis anak dimulai jauh sebelum ia dilahirkan. Islam mendorong laki-laki memilih calon ibu yang saleha bagi anaknya (calon istrinya). Begitu pula wanita didorong agar memilih calon ayah yang saleh bagi anaknya (calon suaminya). Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW bersabda:

Hadis memilih wanita

Artinya: “ Wanita dinikahi karena empat hal: hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari)

Beliau juga bersabda:

Memilih pasangan

“ Jika ada yang datang kepada kalian hendak meminang, seseorang yang kalian ridhai agamanya dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Karena jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan juga kerusakan yang meluas.” (HR. At-Tirmidzi)

 

5 dari 6 halaman

Tak boleh pesimis dengan anak perempuan

Alquran mengkritik orang-orang jahiliyah ketika bayi yang terlahir perempuan, mereka menyambutnya dengan penuh kesedihan dan rasa pesimistis. Sikap tersebut terhadap lahirnya anak perempuan termasuk perkara yang diharamkan. Allah SWT berfirman:

AnNahl 58-59

Artinya: “ Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) wajahnya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl: 58-59)

 

6 dari 6 halaman

Jangan Pilih Kasih

Beberapa orangtua memperlakukan anak-anak mereka secara berbeda (pilih kasih). Hal ini tentunya akan sangat berdampak negatif pada kondisi psikologis anak bahkan hingga dewasa.

Oleh karena itu Islam memerintahkan agar orang tua bersikap adil kepada anak-anaknya dalam hal pemberian maupun interaksi dan perlakuan yang mencerminkan rasa kasih sayang.Diriwayatkan dari Al-Hasan, ia berkata:

Riwayat Ibnu Abi


Artinya: Suatu ketika Rasulullah saw. sedang berbincang-bincang dengan para sahabat. Tiba-tiba ada seorang anak kecil laki-laki datang menghampiri ayahnya yang berada di tengah-tengah kaum, lalu sang ayah mengusap-usap kepalanya dan mendudukkannya di atas paha kanannya.

Tidak lama kemudian, datanglah putrinya dan menghampirinya, lalu ia mengusap-usap kepalanya dan mendudukkannya di tanah.

Maka Rasulullah saw. bersabda, “ Bisakah kamu mendudukkannya di atas pahamu yang lain (kiri)?”

Lalu lelaki tersebut mendudukkannya (memangkunya) di atas pahanya yang lain. Kemudian Nabi bersabda: “ Sekarang kamu telah berbuat adil.” (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya dalam An-Nafaqah ‘ala Al-‘Iyal).

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

Beri Komentar