Batuk Pilek Pada Anak/ Foto: Shutterstock
Dream - Kualitas udara di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadebotabek) sedang jadi pembahasan semua orang, karena kualitasnya sedang di titik terendah. Sejumlah pihak membuka data level polusi udara di Indonesia sedang tinggi-tingginya pada pertengahan Agustus 2023 ini.
Efeknya sangat dirasakan oleh masyarakat di perkotaan, terutama anak-anak yang jadi lebih sering bermasalah dalam pernapasan. Sistem imunitas anak memang belum terbentuk sempurna sehingga mereka sangat mudah terkena infeksi pernapasan akibat polusi.
Salah satunya yaitu keluhan batuk pilek berulang. Hal ini dijelaskan oleh dr. Kanya Ayu, seorang spesialis anak, pemilik Instagram @momdoc.id.
" Polusi udara gak cuma ngaruh dan bikin infeksi berulang tapi ngaruh semenjak bayi dalam kandungan dan separah dan sebanyak ini efeknya. Sebenarnya udah banyak penelitian yang menghubungkan antara polusi udara dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) pada anak," ujar dr. Kanya.
Menurut dokter Kanya, penting bagi orangtua untuk meminimalisir paparan polusi pada anak. Salah satu caranya dengan melihat ulang area yang paling lama digunakan anak dalam sehari.
" Kita mulai lokasi terbanyak anak-anak menghabiskan waktu, yaitu di rumah dan di sekolah, jadi kita menciptakan udara bersih di situ," kata dr. Kanya.
Ia menyarankan untuk menjauhkan area bermain anak dengan jalan raya. Bisa juga menaruh banyak tanaman di sekitar tempat main dan sekolah anak.
" Bangun wall green jadi perbanyaklah tanaman-tanaman baik di outdoor maupun indoor, memastikan area tidak ada yang lembap, mematikan ventilasi dan bukaan-bukaan cahaya yang efektif dan dari penelitian ternyata HEPA 13 air cleaner terbukti efektif mengurangi polusi udara pm2,5," pesannya.
Dream - Seminggu terakhir polusi udara Jakarta dan sekitarnya sedang dalam kondisi yang tidak sehat. Dikutip dari Merdeka.com, menurut data iQair, sebuah perusahaan teknologi kualitas udara, tingkat polusi udara Jakarta mencapai 158 AQ US, dengan konsentrasi polutan utama PM2.5 yang artinya tidak sehat.
Hal ini membuat anak-anak jadi lebih rentah mengalami masalah pernapasan. Keluhan batuk, pilek, sesak napas, hingga demam bermunculan lebih dari biasanya. Muslim Kasim, dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan, kepala, leher THT-KL, memberi peringatan pada para orangtua.
" Kualitas udara buruk belakangan ini terutama daerah Jakarta dan sekitarnya (yang kerap jadi juara kualitas udara terburuk sedunia) menjadi penyebab tingginya kasus penyakit saluran pernafasan pada anak-anak," ungkapnya di Instagram @dr.muslimkasim.
Untuk menjaga kondisi kesehatan anak-anak, agar terhindar dari masalah kesehatan saat kualitas udara sangat buruk ada beberapa hal penting untuk dilakukan. Dokter Muslim memberikan 6 langkah penting yang bisa dilakukan.
1. Hindari dulu kegiatan luar ruangan yang tidak perlu
" Kualitas udara berubah-ubah tiap waktu. Sebaiknya hindari aktivitas di luar ruangan terutama saat kualitas udara sedang buruk," ungkapnya.
2. Pakai masker
" Saat anak perlu keluar rumah maka jangan lupa memakai masker," pesannya.
Masker medis atau non-medis sebenarnya cukup memberikan manfaat jika pemakaiannya benar. Bila kondisi udara yang benar-benar buruk, sangat disarankan menggunakan masker berjenis n95, kn95 atau kf94.
3. Air purifier
Air purifier ini bisa bantu meningkatkan kualitas udara di dalam ruang. Bisa taruh di kamar anak atau ruang keluarga tempat biasanya anak paling banyak menghabiskan waktu.
4. Lengkapi imunisasi
Hal ini agar imunitas anak bisa terlindungi dengan optimal. Pastikan imunisasi anak sudah lengkap agar terhindar dari penyakit menular.
5. Penuhi kebutuhan nutrisi
Orangtua harus melengkapi nutrisi anak mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kelengkapan nutrisi akan memperkuat imun anak sehingga anak tidak gampang sakit.
6.Cuci hidung dengan Nacl 0.9%
Studi menunjukkan cuci hidung sangat mengurangi risiko ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) pada anak. Untuk cairan dan alatnya bisa dibeli di apotek.
Dream - Batuk merupakan respons alami tubuh ketika sistem saluran napas mengalami gangguan. Saat batuk, lendir atau penyebab iritasi bisa keluar dari paru-paru. Bagi orang dewasa, saat mengalami batuk mungkin bisa langsung mencari cara meredekannya.
Pada bayi tentunya hal itu tak bisa dilakukan. Batuk termasuk keluhan umum yang terjadi pada bayi. Penyebabnya sangat beragam, tetapi dikutip dari KlikDokter, sebagian besar diakibatkan oleh infeksi virus ringan dan dapat sembuh sendiri.
Kendati demikian, ada pula beberapa gejala batuk bayi yang harus diwaspadai dan perlu segera diobati. Jika terlambat, keadaan tersebut berpotensi menyebabkan kondisi yang fatal pada si kecil. Berikut ini adalah beberapa gejala batuk bayi yang mesti diwaspadai dan segera diobati:
1. Batuk dengan Suara Serak (Barking Cough)
Batuk dengan suara serak seperti menggonggong merupakan gejala penyakit croup. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernapasan, termasuk pita suara. Jika tidak ditangani dapat menyebabkan sumbatan jalan napas, karena peradangan yang menutup pita suara. Untuk itu, gejala batuk bayi dengan suara serak seperti menggonggong harus segera ditangani oleh dokter.
Batuk rejan disebabkan oleh infeksi kuman pertusis. Batuk jenis ini memiliki spektrum yang luas, dari mulai gejala ringan hingga berat yang berpotensi fatal.
Pada gejala berat, bayi dapat batuk hebat hingga muntah dan sulit bernapas.
Ini membuat tubuhnya berwarna kebiruan karena kekurangan oksigen. Suara khas batuk rejan adalah whooping chough, yaitu batuk yang dijeda oleh suara menarik napas berat. Jika ini terjadi, segera bawa si kecil ke dokter.
Batuk yang disertai sesak napas dapat merupakan gejala pneumonia, serangan asma, atau brokiolitis pada bayi. Pada pneumonia, batuk disertai dengan gejala demam dan sesak napas. Ini harus segera ditangani oleh tim medis, karena pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian anak yang paling sering.
Pada serangan asma, batuk biasanya disertai sesak dan napas berbunyi ngik-ngik (mengi). Serangan asma juga harus segera ditangani dokter karena berpotensi fatal jika dibiarkan.
Gejala batuk bayi yang disertai dengan badan lemas bisa menjadi gejala dehidrasi. Kondisi ini terjadi karena batuk membuat anak kesulitan makan dan minum, sehingga kebutuhan gizi dan cairan tubuh tidak terpenuhi.
Dehidrasi pada bayi harus segera diatasi dengan cara yang tepat. Jika diabaikan dan dibiarkan berkelanjutan tanpa pengobatan, dehidrasi pada bayi dapat menyebabkan syok dan mengancam nyawa.
Selengkapnya baca di sini.
Advertisement
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO
Mantan Ketum PSSI Usulkan STY Kembali Latih Timnas, Ini Alasannya
Wanita Ini 400 Kali Operasi Plastik Selama 15 Tahun
Potret Keren Yuki Kato Taklukan Chicago Marathon 42,2 Kilometer
16 Peneliti dari ITB Masuk Daftar World Top 2% Scientists 2025
9 Kalimat Pengganti “Tidak Apa-Apa” yang Lebih Hangat dan Empatik Saat Menenangkan Orang Lain
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
PT Taisho Luncurkan Counterpain Medicated Plaster, Inovasi Baru untuk Atasi Nyeri Otot dan Sendi
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Momen Prabowo Saksikan Penyerahan Uang Pengganti Kerugian Negara Rp13,25 Triliun dari Korupsi CPO