Anak Remaja (Foto: Shutterstock)
Dream - Pendidikan kesehatan seksual merupakan hal yang sangat krusial. Efeknya akan berdampak jangka panjang.
Sementara, masih banyak orangtua yang beranggapan kalau membahas seputar pendidikan seksual adalah tabu. Padahal pendidikan seksual sangat penting sebagai 'benteng' bagi anak agar terhindar dari perilaku seksual berisiko.
Sederet data menunjukkan kalau remaja sangat berisiko tinggi terkena penyakit menular seksual. Menurut survei Kementerian Kesehatan, sebanyak 52,5 persen penderita HIV/ infeksi menular seksual (IMS) berusia di bawah 30 tahun.
Lalu dari data Komnas Perlindungan Anak dan Lembaga Perlindungan Anak di 12 provinsi pada 2007, sebanyak 62,7 persen anak SMP mengaku telah berhubungan seksual. Angka tersebut cenderung meningkat.
" Dari 43 ribu angka yang terinfeksi HIV, setengahnya adalah anak muda. Jadi harus stop dari sekarang untuk tidak melakukan kontak seksual yang berisiko bisa terkena HIV/AIDS," ujar ujar Hanny Nilasari, dokter spesialis kulit dan kelamin dalam acara peringatan Hari AIDS Sedunia oleh Durex di kawasan SCBD, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Selain HIV/AIDS, seks bebas juga menyebabkan gonore, sifilis, herpes serta kandidiasis. Untuk menghindarinya, dibutuhkan peran aktif orangtua sebagai guru utama anak-anak, yaitu memberikan pengetahuan seputar pendidikan sekssual.
Dimulai sejak anak balita dengan melatih anak membersihkan organ intimnya. Lalu saat anak remaja ketika pubertas, memberi penjelasan bahwa tubuh mereka akan berubah. Buka diskusi yang cair soal pendidikan seksual, bisa mulai memberikannya buku atau tayangan soal pendidikan seksual remaja dengan bahasa yang ringan.
Dream - Konsep melarang, aturan yang ketat, 'haram' membantah, jadi gaya pengasuhan yang boleh dibilang cenderung 'dimentahkan' oleh anak remaja milenial. Bukan malah membuat mereka menurut, justru sebaliknya.
Anak remaja jadi lebih suka memberontak, dan cenderung kehilangan rasa hormat. Orangtua saat ini memang harus terus belajar dan up to date terkait isu yang berkembang pada anak remaja. Terutama seputar media sosial.
Banyak yang memata-matai akun media sosial anak remajanya. Bahkan ada yang sampai membuat akun palsu demi bisa berteman di media sosial dengan anak remajanya.
Kenyataannya, aktivitas di media sosial anak dapat memberikan banyak petunjuk kepada orangtua. Terutama terkait pergaulan mereka atau apakah anak sedang mengalami kesulitan atau tidak.
Remaja usia 12 hingga 15 yang menggunakan media sosial lebih dari tiga jam perhari, berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental. Hal ini menurut studi yang dipublikasikan oleh JAMA Psychiatry. Permasalahan kesehatan mental ini meliputi depresi, kecemasan, dan agresi.
Selain itu, media sosial juga dapat mempengaruhi pilihan perguruan tinggi dan pekerjaan di masa depan. Riset juga menunjukkan, media sosial mempengaruhi remaja untuk mengonsumsi narkoba walaupun hal ini jarang terjadi.
Sebanyak 45% remaja mengatakan mereka adalah pengguna media sosial yang online secara konsisten. Dengan fakta demikian, penting bagi orangtua untuk memantau normal anak remajanya media sosial.
Gail Saltz, clinical associate professor of psychiatry di Rumah Sakit New York-Presbyterian, mengungkap kalau memata-matai cenderung berkonotasi negatif. Menurutnya, yang sebaiknya dilakukan orangtua adalah memantau anaknya.
" Memantau adalah mengecek aktivitas anak seminggu sekali sedangkan memata-matai, orangtua melakukannya setiap hari," ungkap Saltz.
Lisa Strohman, seorang psikolog remaja memberikan trik. Orangtua dapat menggunakan aplikasi, untuk memantau anak, tapi hal ini harus dilakukan secara terbuka. Bukan diam-diam apalagi menggunakan menggunakan akun palsu.
" Misalnya, bisa buat perjanjian. Mama senang kasih kamu ponsel tapi ada syaratnya ya, kita harus berteman di media sosial. Bukan untuk apa-apa, cuma untuk memastikan kakak/ adik selalu aman," ujar Strohman.
Laporan: Keisha Ritzska Salsabila/ Sumber: Parents
Ada beberapa batas yang tidak boleh dilanggar orangtua ketika memantau anaknya. Saltz menyarankan untuk tidak melihat percakapan anak, karena hal itu adalah privasi. Menurutnya, di beberapa tahap, cukup dengan memantau media sosial mereka.
" Jika ada tanda mengkhawatirkan, bahaya. Misalnya anak depresi, stres, bukalah pembicaraan dengan bijak. Bukan dengan dicecar apalagi disalahkan," ungkapnya.
Dream - Memiliki anak usia remaja, pola asuh orangtua tentunya akan berubah. Remaja identik dengan sikap penuh risiko, lebih suka menghabiskan waktu dengan teman-temannya dan kurang suka berkomunikasi dengan orangtua.
Lalu bagaimana jika anak remaja justru lebih suka menyendiri? Pastinya akan menimbulkan kekhawatiran. Pasti akan muncul asumsi, apakah anak mengalami bullying, punya masalah pribadi serta hal negatif lainnya.
Jika cukup dekat dengan anak, mungkin orangtua tak perlu khawatir jika mengetahui anaknya memiliki karakter suka menghabiskan waktunya sendiri karena ternyata ini adalah tanda yang positif.
Sebuah penelitian yang dimuat dalam Journal of Adolescence dan dilakukan di University of California menemukan bahwa anak remaja yang memilih menghabiskan waktunya sendiri kemungkinan besar tahu apa yang terbaik untuk dirinya sendiri, karena kesendirian (solitude) bukan berarti tanda mengurung diri atau depresi.
Dengan kata lain, ketika anak lebih suka membaca buku di rumah, nyaman menghabiskan waktu dengan keluarga atau hewan peliharaan namun tetap bisa mempertahankan kehidupan sosialnya dengan baik dengan teman-temannya, ini bukanlah tanda bahaya.
Dalam hal ini, menghabiskan waktu sendiri adalah sepenuhnya keputusan dan keinginan anak dan mereka tahu apa yang ia mau dan sedang merencanakan sesuatu dengan mengikuti kata hatinya. Namun untuk memastikan anak baik-baik saja, tetap pantau kegiatannya ya Moms.
Laporan Febi Anindya Kirana/ Sumber: Fimela.com
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR