Lihat Keterbatasan Tuna Rungu Afgan Syahreza Pilih Lakukan Ini

Afgan mengaku harus lebih banyak bersyukur melihat keterbatasan tuna rungu.

Dream - Qur’an Indonesia Project ( QIP ) berkolaborasi dengan The Little Hijabi Homeschooling membuat program edukasi bertajuk Cahaya Dalam Sunyi. Kesempatan itu mereka wujudkan dengan meluncurkan video QuranIDProject Isyarat.

Cahaya dalam sunyi ini merupakan sebuah pengembangan materi pembelajaran agama Islam secara kaffahulfitrah (utuh dan jerrnih). Menggunakan bahasa isyarat yang inovatif, kreatif dan aksesibel untuk penderita tuna rungu.

Menggandeng Wardah, QIP mengadakan temu kontributor rekaman QuranIDproject dan komunitas tuli untuk bersilaturahmi dan saling berinteraksi secara langsung. Hadir Dewi Sandra dan Afgan yang menyemarakan acara.

Dalam kesempatan ini juga QIP menayangkan episode perdana dan eksklusif yang berjudul Mendegar dengan Tahmid karya Muthia Zahra. Acara bertambah seru dengan pertunjukan teater yang melibatkan anak berkebutuhan khusus, dalam cerita penencarian jalan pulang kepada Allah SWT.

“ Saya merasa tertampar dan harus merasa bersyukur telah diberikan kelengkapan indra sama Allah, ini membuka mata saya bahwa dari ide yang simpel dan banyak yang dilakukan untuk membantu , saya bangga kepada Archie dan team,“ ujar Afgan di Ice Place Lotte Avenue Jakarta, Sabtu 17 Maret 2018.

Film dokumentasi bertajuk Cerita dari Satu Ayat ini, merekam bagaimana seorang Surya (24 tahun) melawan keterbatasan dengan semangat Al-Fatihah. Dengan mengusung kisah hidup para tuna rungu, mereka ingin mengajak masyarakat luas berkontribusi melalui penggalangan dana bersama Dompet Dhuafa.

Dana yang terkumpul nantinya akan digunakan agar memudahkan penyandang tuna rungu mendapatkan akses informasi dana edukasi tentang agama Islam.

“ Ini akan membutuhkan proses yang sangat panjang dan bukan hal yang mudah, pasti Allah akan memberikan jalan yang mudah dan saya akan men-support apapun untuk project ini,” kata Afgan.

(Laporan: Ferra Ferdiana)