Cari Asal-Usul Leluhur, Muslimah Denmark Keliling 50 Negara

Reporter : Maulana Kautsar
Selasa, 4 Februari 2020 07:02
Cari Asal-Usul Leluhur, Muslimah Denmark Keliling 50 Negara
Dia melakukan perjalanan keliling dunia secara mandiri.

Dream - Rasa penasaran mengenai masa lalu leluhur kerap dialami seseorang. Tapi, bagi Rukhsar Asif, kondisi ini membuatnya terinspirasi menjelajah dunia di usia 18 tahun.

Asif sudah mengunjungi 50 negara. Sebagai Duta Perdamaian dan Kemanusiaan Denmark, dia juga mendalami aktivitas dakwah di berbagai kebudayaan di belahan dunia.

Berbagai inspirasi dan tantangan seringkali dihadapi Asif. Tapi, tantangan dan inspirasi ini dia bagikan ke 24 santriwati di Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Takhassus Cikarang di Grha Tahfidz Daarul Qur’an II Yogyakarta, pada Rabu, 29 Januari 2020.

“ Dengan Al-Qur’an kalian harus bisa menjelajah dan belajar melebihi apa yang saya lakukan. Sedikitnya saya belajar Al-Qur’an di Eropa, namun jika dibersamai dengan iman dan Allah SWT. Maka berbagai petualangan untuk memahami dakwah Islam dapat dilakukan,” kata Asif.

Asif mengatakan, tantangan menjadi komunitas muslim minoritas di Denmark terus menambah keyakinannya jika suatu hari Islam akan berkembang dengan damai dan positif di Eropa.

 

1 dari 4 halaman

Lakukan Perjalanan Secara Mandiri

Asif membagi inspirasinya di PPPA Daarul Quran

Asif membagi inspirasinya di PPPA Daarul Quran

Asif yang terpilih menjadi utusan pertukaran mahasiswa Uni Eropa, Erasmus+, juga berpesan ke para santriwati mengenai perjalanan yang akan dilakukan di kehidupan bermasyarakat.

“ Perjalanan ini membuktikan Allah SWT. tidak hanya mewujudkan mimpi masa kecilku, namun juga memberi saya tugas untuk berdakwah dengan akhlak dan salam yang merepresentasikan Islam,” ucap dia.

“ Semua perjalanan ke berbagai belahan dunia saya lakukan sendirian. Hal ini memberikan hikmah bahwa kita lahir ke dunia sendirian, begitu juga saat kita meninggal. Ingatlah Allah di setiap langkah kalian, sebanyak mungkin, sekhusyuk mungkin,” ujar mahasiswa di Copenhagen Business School ini.

Asif berharap, umat Islam di Indonesia dapat menjadi inspirasi di seluruh dunia. Dia juga berharap, ratusan santri Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Takhassus yang tersebar di sembilan kota di seluruh Indonesia akan menjadi keberkahan dan inspirasi di tengah masyarakat luas.

2 dari 4 halaman

Sumbul Siddiqui, Muslimah Pertama yang Jadi Wali Kota Cambridge AS

Dream - Kota Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, baru saja menggelar suksesi kepemimpinan. Bisa dibilang, suksesi kali ini mencatatkan sejarah baru bagi kota tersebut, termasuk bagi AS.

Terhitung sejak Senin, 6 Januari 2020, Cambridge dipimpin oleh Sumbul Siddique. Perempuan 31 tahun itu adalah Muslimah AS keturunan Pakistan yang dipilih menjabat sebagai Wali Kota oleh Dewan Kota secara aklamasi.

Siddiqui akan bertugas sebagai Ketua Dewan Kota sekaligus Komite Sekolah. Selain itu, dia berwenang mengelola kota dan mengawasi lembaga dan layanan.

" Pintu saya selalu terbuka, dan kantor saya penuh dengan kopi dan seltzer, karena pada akhirnya kita saling membutuhkan satu sama lain, kita saling butuh untuk menyelesaikan sesuatu," ujar Siddique usai pelantikan sebagai Wali Kota Cambridge, dikutip dari Boston Globe.

Dia juga berkomitmen pada kesetaraan, inklusivitas, dan akan mengutamakan orang lain. " Itulah yang akan saya lakukan selama dua tahun ke depan sebagai wali kota Anda," kata Siddiqui.

3 dari 4 halaman

Kelahiran Karachi

Siddiqui lahir di Karachi, Pakistan. Saat berusia dua tahun, Siddiqui pindah ke AS bersama kedua orangtua serta dua kakaknya.

Sumbul Siddiqui

Sumbul Siddiqui (Votesumbul.com)

Dia meraih gelar sarjana kebijakan publik dari Brown University dan sarjana hukum dari Northwestern Pritzker School of Law.

" Sebagai wali kota, saya berkomitmen memimpin dewan ini untuk menatap dekade baru. Kami akan bangkit untuk mengatasi tantangan yang dihadapi komunitas kami," kata Siddiqui.

4 dari 4 halaman

Sediakan Pemukiman Terjangkau

Beberapa program yang akan dijalankan Siddiqui yaitu penyediaan permukiman terjangkau, membuka peluang ekonomi untuk mengatasi kesenjangan, serta meningkatkan respon terhadap rasisme dan bisa di lembaga pemerintahan.

" Di waktu yang sama, kami akan terlibat dalam isu-isu regional seperti ketahanan iklim dan investasi dalam infrastruktur publik."

Dia yakin akan terjadi kemajuan pada masyarakat Cambridge dalam menghadapi segala tantangan. " Komunitas kami penuh dengan orang-orang yang siap membantu," kata dia.

Beri Komentar