Dua Anggota Banser Dipersekusi Di Jakarta Selatan (Foto: Twitter)
Dream - Anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser) mengalami persekusi pada Selasa, 10 Desember 2019. Peristiwa itu beredar di dunia Twitter.
Islam yang benar tidak mudah mengkafirkan. Peristiwa ini terjadi di Pd. Pinang, Jaksel. Eko adalah Kader Banser kota Depok yang membanggakan, tdk emosional & menjawab dengan akhlaq terpuji. Sementara yg memaksa takbir ini, justru mencoreng wajah Islam dengan paksaan dan makian. pic.twitter.com/Mig1Co6LzE
— Nahdlatul Ulama (@nahdlatululama)December 10, 2019
Koordinator Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid membagikan video tersebut ke akun Twitternya @AlissaWahid.
" Orang-orang ini tidak hanya mengganggu kelompok warga negara yg bukan muslim. Kelompok muslim seperti Banser NU pun diganggunya. Sejatinya, yang mereka perjuangkan bukan kebenaran, tapi kepentingan dirinya sendiri, dengan atas namakan agama," tulis Alissa.
Orang-orang ini tidak hanya mengganggu kelompok warga negara yg bukan muslim. Kelompok muslim spt Banser NU pun diganggunya. Sejatinya, yg mereka perjuangkan bukan kebenaran, tapi kepentingan dirinya sendiri, dengan atasnamakan agama.
— Alissa Wahid (@AlissaWahid)December 10, 2019
Dalam video yang beredar, dua anggota Banser dipaksa untuk menunjukkan keislamannya. Dua anggota Banser dimintai kartu identitas dan dipaksa mengucap takbir.
" Lu takbir dulu kalau muslim," kata pria yang mempersekusi.
Dilaporkan NU Online, peristiwa itu terjadi di Jalan Ciputat Raya, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Korban persekusi yaitu berasal dari Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Banser salah satu kecamatan di Depok, Jawa Barat.
Banser Jakarta Selatan melaporkan aksi persekusi ini ke kepolisian. " Jangan ambil tindakan sendiri-sendiri," kata Kepala Satuan Koordinator Cabang Banser, Jakarta Selata, Yaya Khoirudin.
Dream - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj, mengatakan jenggot, cadar dan celana cingkrang hanya masalah kecil dalam kehidupan keagamaan di Indonesia.
" Soal jenggot atau cingkrang itu masalah kecil lah," ujar Said di gedung PBNU, Jakarta, Selasa 12 November 2019.
Said menegaskan masalah besar yang tengah dihadapi di Indonesia adalah radikalisme dan bagaimana mengatasinya.
" Yang masalah besar adalah bagaimana menyelesaikan deredikalisme," ucap dia.
Ulama asal Cirebon itu mengingatkan Indonesia jangan sampai seperti negara-negara di Timur Tengah yang hancur karena adanya radikalisme.
" Irak sudah 1,5 juta nyawa menghilang, Afghanistan 40 tahun perang saudara, Suriah sudah 500 ribu (orang tewas), Mesir belum selesai, Libya masih ribut," kata dia.
Said berharap seluruh rakyat Indonesia terus memupuk rasa persatuan dan kesatuan sehingga perpecahan tidak terjadi. Dia juga mendorong agar masyarakat kembali menggalakkan gotong royong.
" Jangan sampai seperti itu, maka yang penting kita mensosialisasikan gotong royong, persaudaraan sebangsa setanah air, kita ini bersaudara," kata dia.
Dream - Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi (PAN-RB) menggandeng kepolisian untuk mengawasi media sosial para pelamar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Upaya ini dilakukan untuk menghindari CPNS yang terindikasi radikalisme
" Kami sudah minta kepolisian sebetulnya, ya untuk mengeluarkan SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian) itu kalau bisa sudah mempertimbangkan aspek itu," ujar Sekretaris Kementerian PAN-RB, Dwi Wahyu Atmaji, di Jakarta, Selasa 12 November 2019.
Wahyu menambahkan, cara lain untuk menghindari CPNS yang terindikasi radikal yakni dengan menyisipkan Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) di Seleksi Kompetensi Bidang (SKB).
Pada SKB ini, kata dia, ada tahap wawancara. Sehingga mampu meminimalisir CPNS yang terindikasi radikal.
" Kami harapkan masing-masing instansi juga melakukan penelusuran rekam jejak para calon (CPNS) dengan berbagai cara," kata Wahyu.
Meski demikian, Wahyu mengaku belum memiliki data mengenai seberapa banyak CPNS yang sudah terindikasi radikal. " Belum punya datanya. Setahu saya belum ada," kata dia.
Dream - Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa'adi meminta masyarakat untuk tidak menanggapi pernyataan secara berlebihan Menteri Agama, Fachrul Razi terkait cadar dan celana cingkrang.
" Tidak perlu ditanggapi secara emosional, berlebihan, dan penuh dengan kecurigaan," ujar Zainut dalam keterangan tertulisnya, Senin, 4 November 2019.
Dia menjelaskan, pernyataan Fachrul bertujuan untuk kedisiplinan Aparatur Sipil Negara (ASN).
" Karena hal tersebut hanya sebatas untuk penertiban dan penegakan disiplin pegawai di lingkungan Kementerian Agama," kata dia.
Lebih lanjut, kata dia, mendisiplinkan setiap ASN khususnya di lingkungan Kementerian Agama merupakan kewajiban pimpinan.
" Tanpa harus mengaitkan dengan hak privasi seseorang, apalagi memperhadapkan dengan kebebasan dalam melaksanakan ajaran agama," ucap dia.
Zainut mengatakan, selama ini aturan seragam yang digunakan ASN sudah diatur dan tidak menghilangkan nilai-nilai etika, estetika serta tidak bertentangan dengan ajaran agama.
" Sehingga ketentuan itu harus ditaati dan diindahkan oleh semuanya," ucap dia.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik