Foto: The Vocket
Dream - Sudah jadi kebiasaan saat orang-orang baru saja membeli smartphone, hal berikutnya yang dibeli adalah hardcase berikut pelindung layar atau antigores.
Jika hardcase bisa bertahan untuk jangka waktu yang lama, tidak demikian dengan pelindung layar atau antigores.
Seiring berjalannya waktu, pelindung layar bisa saja rusak, seperti halnya mengalami keretakan.
Meski begitu, masih saja banyak orang yang membiarkan dan tetap menggunakannya. Padahal, menggunakan antigores yang rusak atau retak sangat berbahaya bagi kulit tangan dan jari.
Dampak tetap menggunak antigores atau tempered glass yang rusak dialami seorang pria. Ia mengunggah pengalaman mengerikan di Facebook dan jadi perbincangan
Dalam kisah yang diunggah akun Gadis Tudung Litup dan Misi Viral, menceritakan jari tangan seorang pemuda bengkak setelah tergores tempered glass. Tak hanya itu, jari juga bernanah karena bermain gim menggunakan gawai yang antigoresnya retak.
Seperti dilansir dari The Vocket, kemungkinan serpihan antigores masuk ke jarinya ketika asik mengoperasikan gawainya untuk bermain gim.
Tanpa disadari, beberapa lama kemudian, jempolnya sakit dan bengkak. Karena sejak awal tidak ditangani dengan baik, infeksi parah pun terjadi.
Setelah berkali-kali ke klinik, jempolnya tak kunjung sembuh. Pria itu memutuskan untuk memeriksakan kondisinya ke rumah sakit.
Pemuda itu pun diharuskan menjalani operasi kecil untuk mengeluarkan penyebab infeksinya.
Unggahan Facebook Gadis Tudung Litup pada akhir Juli 2019 itu pun ramai diperbincangkan.
Hingga kini, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 6,1 ribu kali, lebih dari 2 ribu likes, dan 7,5 ribu komentar.
Respons warganet pun dilontarkan melalui kolom komentar. Beberapa warganet ngeri melihat kejadian itu. Komentar itu misalnya dari akun Nooratigah PeAh, " Ok baik.. Ini menakutkan kan."
Banyak pula yang membahas soal screen protector yang rusak. Salah satunya akun Mohd fazrul Nizam, " Kita semua perlu berhati-hati.. kalau screen protector itu sudah rusak ganti dengan yang baru, berapa sen lah harga benda itu, daripada kehilangan anggota badan." (mut)
Dream - Kecanduan smartphone di kalangan remaja sudah menjadi masalah yang sangat umum. Namun kini perhatian orang tua sepertinya harus semakin ditingkatkan. Akibat dari candu Ponsel bisa berdampak serius.
Masalah kecanduan Ponsel pada remaja biasa terjadi karena mereka tidak dipantau ketika diberi akses penuh terhadap smartphone tersebut.
Remaja yang kecanduan smartphone bisa menyebabkan masalah kesehatan, mulai dari mata hingga kerusakan otak.
Terbaru, seorang remaja berusia 13 tahun divonis menderita gangguan kognitif karena kecanduan smartphone.
Remaja dari Provinsi Zhejiang, China itu mendapat hadiah ulang tahun berupa smartphone dari ibunya awal tahun ini.
Ibunya berharap smartphone itu bisa menjadi alat komunikasi karena dia dan suaminya sibuk bekerja.
Namun, apa yang diharapkan oleh ibu dari remaja tersebut tidak sesuai dengan kenyataan.
Laman Oriental Daily melaporkan anak itu justru lebih sering bermain game setiap hari hingga larut malam.
Karena menggunakan smartphone setiap hari hingga tengah malam, anak itu mulai mendapat masalah kesehatan.
Sekitar sebulan yang lalu, remaja itu tiba-tiba menggila di sekolah. Dia terus membenturkan kepalanya di dinding.
Karena membahayakan keselamatannya, gurunya langsung menghubungi orang tua remaja itu.
Tak lama kemudian, ibu remaja itu datang ke sekolah dan menemukan situasi yang menyedihkan tentang putranya.
Tubuh bocah lemas, sementara wajahnya mengejang dan tidak responsif terhadap panggilan ibunya.
Tanpa menunda lagi, keluarganya membawanya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Bukannya membaik, kondisinya memburuk hingga remaja itu terlihat seperti anak yang cacat mental.
Meski berusia 13 tahun, dia berperilaku seperti bayi yang tidak bisa berjalan atau berbicara.
Bahkan setelah dibawa ke Departemen Neurologi dan Departemen Rheumatologi, kondisinya masih belum membaik.
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan yang terperinci terhadap remaja tersebut. Setelah memeriksa laporan sebelumnya, dokter mendiagnosis dia dengan Autoimmune Encephalitis.
Autoimmune Encephalitis adalah kategori baru dari penyakit yang dimediasi oleh sistem kekebalan tubuh yang melibatkan sistem saraf pusat yang mengarah pada gangguan kognitif, menurut American Journal of Neuroradiology.
Intinya, gangguan autoimun menyerang otak hingga mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan kognitif.
Namun, setelah diberi obat dan perawatan, kondisi remaja itu akhirnya mulai membaik.
Wajah remaja itu tidak mengejang dan dia bisa bicara lagi. Pada hari keempat, dia mulai mengenali orang tuanya.
Pada hari ke-12, kesehatan remaja itu telah meningkat secara dramatis dan diperbolehkan keluar dari rumah sakit.
Dokter menjelaskan, karena bermain smartphone terus-menerus hingga tengah malam dan tidak mendapatkan istirahat yang baik, sistem kekebalan tubuh remaja itu melemah. Inilah yang mengakibatkan dia menderita Autoimmune Encephalitis.