Kuitansi Jasa Ambulans Rp15 Juta (Liputan6.com/Hanz Jimenez Salim)
Dream - Telah beredar di media sosial sebuah bukti kuitansi tarif ambulans pengangkut jenazah korban Covid-19. Gambar kuitansi tersebut diunggah oleh akun Facebook Asep Suparman pada Selasa, 14 April 2020.
Berdasarkan tulisan yang ada, kuitansi tersebut dikeluarkan oleh Tangerang Ambulance Service, jasa layanan ambulans 24 jam.
Dalam gambar itu tertera pembayaran untuk jenazah sebesar Rp15 juta. Harga tersebut merupakan jasa atas pemulangan jenazah dari RS Bhakti Asih menggunakan peti jenazah dengan tim penanganan Covid-19 ke tempat tujuan makam Tanah 100 Ciledug, Kota Tangerang.
Konten yang diunggah akun Facebook tersebut telah dibagikan sebanyak 55 kali dan mendapat 154 komentar dari warganet.
Cek Fakta Liputan6.com kemudian menelusuri kuitansi pembayaran ambulans jenazah di Ciledug, Tangerang Selatan.
Penelusuran dilakukan dengan menghubungi telepon yang tertera pada kuitansi. Seorang petugas ambulans kemudian menjelaskan bahwa masalah tersebut sudah selesai.
" Masalah itu sudah clear," kata petugas tersebut kepada Liputan6.com, Rabu 15 April 2020.
Bahkan petugas yang ditelepon oleh tim Liputan6.com mengatakan konten tersebut adalah hoaks atau berita bohong.
" Itu hoaks. Malah keluarganya sendiri lagi nyari yang nyebarin foto kuitansi ini," ucap petugas tersebut.
Pihak pemerintah Kota Tangerang Selatan kemudian merespon adanya berita tentang kuitansi pembayaran sebesar Rp15 Juta di RS Bhakti Asih Kota Tangerang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Liza Puspadewi mengatakan pihaknya telah menegur RS yang bersangkutan.
" Pemerintah Kota Tangerang telah memberikan surat teguran kepada pihak rumah sakit yang tidak mentaati prosedur yang telah disosialisasikan sejak bulan Maret," kata Liza dalam video siaran pers.
Liza juga memastikan pemulasaran dan pemakaman korban Covid-19 tidak akan dipungut biaya sepeser pun alias gratis. Ia juga menegaskan bagi tiap-tiap rumah sakit untuk menaati peraturan tersebut.
" Pemerintah Kota Tangerang melalui dinas perumahan dan pemukiman dan dinas kesehatan telah menyampaikan kepada seluruh RS di Kota Tangerang bahwa biaya pemulasaran dan pemakaman COVID-19 tidak dipungut biaya atau gratis," ucap dia.
Terakhir, pemerintah Kota Tangerang menghimbau kepada seluruh warga untuk menghubingi layanan gawat darurat covid-19 dan UPT pemakaman apabila ada kerabat atau keluarga yang meninggal akibat Covid-19.
" Maka dengan ini Pemerintah kota Tangerang mengimbau apabila ada keluarga atau kerabat yang meninggal akibat COVID-19 maka pihak rumah sakit atau pihak keluarga dapat menghubungi layanan kegawatdaruratan bebas pulsa 112 yang siap 24 jam dan UPT Pemakaman di nomor 081210286992," tutup Liza.
Sumber: Liputan6.com/Hanz Jimenez Salim.
Dream - Di tengah kecemasan masyarakat akan wabah corona, para penyebar kabar bohong masih saja menebar isu yang semakin membuat publik gelisah sekaligus geram. Kali ini muncul sebuah narasi di sosial media Facebook yang menyebutkan sebanyak 5.000 ustaz di Jawa Barat akan disuntik virus Covid-19 sampai mati.
Kabar ini pertama kali disebarkan oleh akun dengan nama Edis Abu Syahla pada 6 April 2020.
Akun Facebook itu menggunggah status dengan narasi provokasi agar seluruh ustaz di Jabar waspada dengan undangan rapid test yang dilakukan oleh Pemda Jabar.
Berikut isi narasi hoaks yang dikutip dari Liputan6.com:
" *WASPADALAH...!!!*Perlu dicermati. Di runing teks sebuah TV, 5000 ustadz di Jabar akan menjalani *rapid test*. Lho kenapa hanya ustadz.? Kenapa nggak semua tokoh agama.? Waspadalah...!!! Ustadz yng lurus bisa divonis positif Corona...!!!*#Patut diduga gaya PKI*
*Modus Menghabisi Ustadz..!!??*Ustadz yg sehat bisa saja divonis PDP, dimasukkan RS, disuntik covid-19 sampai mati, dikantongi plastik langsung dikubur oleh RS.Tidak ada yang bisa protes. *Kita harus mengambil sikap tegas...*,"
Unggahan tersebut mendapat banyak tanggapan dari warganet dengan 22 kali dibagikan dan mendapat beberapa komentar.
Cek Fakta dilakukan Liputan6.com menggunakan situs pencari Google Search dengan kata kunci " ustaz di jabar corona" .
Hasilnya ditemukan artikel yang diunggah oleh turnbackhoax.id pada 6 April 2020 dengan judul " [Salah] Modus Menghabisi Ustadz, dusuntik covid-19 sampai mati"
PENJELASAN: Melalui pesan berantai Whatsapp dan juga media sosial Facebook, beredar sebuah narasi yang menyebut bahwa usulan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum terkait dengan rencana akan menggelar rapid test bagi 5.000 ustadz di Jawa Barat merupakan bentuk dari modus menghabisi ustadz. Menurut pesan yang beredar, nantinya ustadz yang sehat bisa saja divonis PDP, lalu dimasukan ke RS dan kemudian disuntik virus corona atau Covid-19 hingga meninggal dunia.
Faktanya, usulan Wakil Gubernur Jabar terkait dengan 5.000 ulama di Jabar harus menjalani rapid test mempunyai alasan yang mendasar. Ulama yang dimaksud adalah mulai dari tokoh agama di kampung dan desa hingga pondok pesantresn. Ulama sendiri masuk ke dalam kategori B, sebagaimana mereka adalah kelompok masyarakat yang dikategorikan sering bertemu dengan banyak orang. Melansir dari fajar.co.id, Uu menjelasakan, rencana tersebut juga dipicu dari hasil rapid test massal yang dilakukan di Jabar dalam kurun waktu satu pekan terakhir.
“ Rencana itu dipicu berdasar hasil rapid test massal di Jabar sepekan terakhir yang menunjukkan 667 orang terindikasi positif Covid-19. Seperti yang terjadi di rumah ibadah Lembang Bandung dan Stukpa Sukabumi,” jelasnya.
Menurut Uu, pesantren juga berpotensi menjadi kluster baru penularan Covid-19. Terlebih lagi, kiai atau sesepuh pondok pesantren sering menerima tamu atau bersalaman dengan santri. Oleh sebab itulah, Pemprov Jawa Barat akan melaukan rapid test secara massif kepada 5.000 kiai di Jawa Barat.
“ Pak Gubernur Jabar (Ridwan Kamil) meminta saya untuk koordinasi dengan tokoh ulama, MUI dan pimpin pondok pesantren untuk tes massal ini,” pungkasnya.
Melansir dari kompas.com, Uu menambahkan bahwa rapid test Covid-19 bagi 5.000 ulama ini dilakukan untuk kepentingan bersama demi memutus mata rantai penyebaran virus corona itu sendiri. Terkait dengan jadwal tes, Uu mengatakan hingga saat ini pihaknya tengah berkoodinasi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk tokoh ulama dan pesantren.
Kesimpulannya adalah, narasi pesan yang menyebut bahwa usulan 5.000 ulama jalani rapid test merupakan bentuk modus menghabisi ulama merupakan informasi yang tidak berdasar. Narasi tersebut masuk ke dalam kategori misleading konten atau konten yang menyesatkan. Di mana narasi tersebut bisa menimbulkan tafsir atau pemahaman yang salah di masyarakat."
Kabar yang beredar tentang 500 ustadz di Jawa Barat akan disuntik virus covid-19 sampai mati ternyata tidak benar. Para ustaz, kiai, dan ulama di Jawa Barat memang kerap bertemu banyak orang, sehingga diharuskan melalukakan rapid test untuk pencegahan persebaran virus Covid-19.
Sumber: Liputan6.com/Hanz Jimenez Salim
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas