Vaksinasi
Dream - Vaksin Covid-19 jenis baru akan diterima Indonesia pada Juli 2021 mendatang. Direncanakan kiriman vaksin dari dua pabrikan farmasi dunia, Novavax dan Pfizer, akan tiba una memperkuat pasokan nasional untuk kebutuhan vaksinasi.
" Kalau Novavax sekitar 4 juta dosis dan Pfizer mungkin 5 juta dosis di Juli 2021. Tapi untuk Pfizer ini masih kemungkinan," ujar Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, lewat kanal YouTube Kementerian Kesehatan.
Dua vaksin ini akan diprioritaskan untuk vaksinasi gelombang ketiga. Nadia menuturkan vaksinasi gelombang ketiga akan menyasar sebagian kelompok lanjut usia, petugas layanan umum, serta masyarakat umum yang masuk kategori rentan.
" Ini sasaran vaksinasi tahap ketiga pada kelompok prioritas yang sudah ditetapkan," kata Nadia.
Untuk vaksinasi gelombang ketiga, Pemerintah menetapkan jumlah penerima sebanyak 140 juta orang. Penerima dibagi dalam beberapa kelompok.
Kelompok pertama yaitu masyarakat rentan dilihat dari aspek geospasial. Mereka yang masuk kelompok ini adalah masyarakat yang tinggal di daerah dengan angka kejadian Covid-19 tinggi atau terus menerus dan cenderung tidak terjadi penurunan.
Kelompok kedua yaitu masyarakat rentan dari aspek ekonomi dan sosial. Masyarakat kelompok ini yaitu mereka yang berekonomi lemah, para penyandang disabilitas, serta penderita gangguan jiwa.
Selanjutnya, Nadia memastikan Novavax dan Pfizer tidak masuk dalam daftar vaksin yang digunakan untuk vaksinasi gotong royong. Karena dua vaksin ini sudah lama masuk dalam daftar program nasional.
" Kalau Novavax dan Pfizer ini kan vaksin program Pemerintah, pasti beda dengan vaksinasi gotong royong yang menggunakan vaksin Sinopharm dan CanSino," kata dia.
Dream - Virus Covid-19 di India membuat panik banyak pihak karena merupakan mutasi baru dan membuat kasusnya bertambah secara signifikan. Kondisi tersebut bahkan sampai disebut 'tsunami' Covid-19.
Terkait penangkalan virus mutasi baru di India, menurut penelitian baru yang dilakukan ilmuwan Amerika Serikat, vaksin Covid Pfizer dan Moderna ampuh melawan dua varian virus corona yang pertama kali teridentifikasi di India.
Penelitian berbasis lab yang dilakukan di NYU Grossman School of Medicine dan NYU Langone Center dan dipertimbangkan sebagai penelitian awal karena belum dipublikasikan di jurnal peer-reviewed.
“ Apa yang kami temukan adalah bahwa antibodi vaksin sedikit lebih lemah melawan varian tersebut, tapi tidak cukup sehingga kami pikir itu akan banyak berpengaruh pada kemampuan perlindungan vaksin,” jelas penulis senior Nathaniel " Ned" Landau Senin, 17 Mei 2021.
Para peneliti pertama kali mengambil darah dari orang yang divaksinasi dari dengan salah satu dari dua vaksin, yang dominan digunakan di AS dan diberikan kepada lebih dari 150 juta orang Amerika.
Mereka kemudian memaparkan sampel ini di laboratorium ke partikel pseudovirus yang direkayasa yang mengandung mutasi di wilayah " spike" virus corona, yang khusus untuk varian B.1.617 atau B.1.618, yang pertama kali ditemukan di India.
Akhirnya, campuran itu diekspos ke sel yang tumbuh di laboratorium, untuk melihat berapa banyak yang akan terinfeksi.
Partikel pseudovirus yang direkayasa mengandung enzim yang disebut luciferase, yang digunakan kunang-kunang untuk menerangi. Menambahkannya ke pseudovirus memungkinkan untuk mengetahui berapa banyak sel yang terinfeksi, berdasarkan pengukuran cahaya.
Secara keseluruhan, untuk B.1.617 mereka menemukan pengurangan hampir empat kali lipat dalam jumlah antibodi penetral - protein berbentuk Y yang diciptakan sistem kekebalan untuk menghentikan patogen menyerang sel. Untuk B.1.618, pengurangannya sekitar tiga kali lipat.
“ Dalam kata lain, beberapa antibodi saat ini tidak ampuh melawan varian-varian tersebut, tapi Anda masih punya banyak antibodi yang ampuh melawan varian tersebut,” ujar Landau
" Ada cukup banyak yang berhasil sehingga kami percaya bahwa vaksin akan sangat protektif," tambahnya.
Tetapi penyelidikan laboratorium semacam ini tidak dapat memprediksi kemanjurannya di dunia nyata dan itu harus diselidiki melalui penelitian lain.
Virus corona diketahui menempel pada reseptor tertentu pada sel manusia yang disebut ACE2, yang digunakannya untuk memaksa masuk.
Tim Landau menunjukkan varian India mampu mengikat lebih erat ke reseptor ini, seperti varian lain yang menjadi perhatian. Ini mungkin terkait dengan peningkatan kemampuan penularannya dibandingkan dengan varian aslinya.
“ Hasil kami memberikan keyakinan bahwa vaksin saat ini akan memberikan perlindungan terhadap varian yang diidentifikasi hingga saat ini,” tim menyimpulkan.
Namun, hal ini tidak menghalangi kemungkinan munculnya varian baru yang lebih resisten terhadap vaksin - menyoroti pentingnya vaksinasi yang meluas di tingkat global. (mut)
Sumber: merdeka.com
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib