Gunung Everest Tidak Bisa Bertambah Tinggi, Kenapa? (Foto: Shutterstock)
Dream - Bayangkan jika gunung-gunung yang ada di dunia ini tingginya semakin bertambah hingga menyentuh atmosfer.
Pasti yang akan merasa repot adalah para pilot pesawat dan burung-burung yang terbang di udara. Mereka akan sulit bermanuver untuk menghindari gunung-gunung tersebut.
Tapi bersyukurlah, karena menurut ilmu pengetahuan, sebuah gunung tidak akan bisa lebih tinggi lagi dari Gunung Everest, yang pucuknya mencapai 8.840 meter di atas permukaan laut.
Lalu apa yang menyebabkan sebuah gunung tidak bisa bertambah tinggi lagi setelah mencapai ketinggian tertentu?
Menurut Nadine McQuarrie, profesor di Departemen Geologi dan Ilmu Lingkungan di University of Pittsburgh, Amerika Serikat, ada dua faktor utama yang membatasi pertumbuhan gunung.
Faktor pembatas pertama adalah gravitasi. Banyak gunung terbentuk karena gerakan di lapisan permukaan bumi yang dikenal sebagai lempeng tektonik.
Menurut teori lempeng tektonik, kerak bumi bersifat mobile dan dinamis, yang dibagi menjadi potongan-potongan besar yang bergerak seiring dengan waktu.
Ketika dua lempeng bertabrakan, tumbukan memaksa material dari ujung yang bersentuhan untuk bergerak ke atas. Proses inilah yang membentuk pegunungan Himalaya di Asia, termasuk Gunung Everest.
Lempeng tersebut selalu bertabrakan dan gunung yang terbentuk terus bertumbuh, sampai menjadi terlalu sulit untuk melakukannya dalam melawan gravitasi.
Di dalam prosesnya, gunung pun akhirnya menjadi terlalu berat. Massa gunung yang terlalu berat itulah yang menghentikan pertumbuhannya ke atas.
Tetapi gunung juga bisa terbentuk dengan cara lain. Gunung-gunung vulkanik, seperti yang ada di Kepulauan Hawaii, misalnya, terbentuk dari batuan cair yang meletus melalui kerak hingga akhirnya menumpuk.
" Namun mereka juga akhirnya menjadi terlalu berat dan tidak bisa melawan gravitasi sehingga pertumbuhannya akan terhenti," kata McQuarrie.
Dengan kata lain, jika Bumi memiliki gravitasi yang kecil, gunung-gunungnya akan tumbuh menjadi lebih tinggi. Hal itu terjadi di Planet Mars.
Di planet ini, gunung tampak jauh lebih tinggi daripada di Bumi. Olympus Mons Mars, gunung berapi tertinggi di tata surya, tingginya mencapai 25.000 meter atau hampir tiga kali lebih tinggi dari Gunung Everest.
Faktor penyebab kedua yang membatasi pertumbuhan gunung di Bumi adalah sungai. Pada awalnya, sungai membuat gunung tampak lebih tinggi.
Aliran sungai di tepi gunung akan mengikis material, menciptakan celah yang dalam di dekat pangkalan gunung.
" Semua puncak yang sangat tinggi, indah, dan dramatis ini sebenarnya sedikit lebih rendah daripada dataran tinggi itu sendiri," kata McQuarrie.
Tetapi, karena sungai mengikis material, salurannya mungkin menjadi terlalu curam. Ini dapat memicu tanah longsor yang membawa material jatuh dari gunung dan membatasi pertumbuhannya.
Gunung bawah laut sama-sama dibatasi oleh gravitasi dan tanah longsor, tetapi mereka bisa menjadi jauh lebih tinggi daripada gunung yang terbentuk di darat.
Hal ini karena air yang memiliki kepadatan lebih tinggi dari udara mendukung gunung untuk melawan gravitasi.
" Air memberikan dukungan lateral ke sisi-sisi pegunungan yang memungkinkan mereka untuk menjadi lebih tinggi," tambah McQuarrie.
Gunung Everest sering disebut sebagai puncak tertinggi di Bumi. Namun sebenarnya ada pesaing lain untuk gelar 'gunung tertinggi di dunia' ini.
Mauna Kea, gunung berapi yang tidak aktif di Hawaii, adalah gunung tertinggi di dunia jika diukur dari dasarnya, yang terletak jauh di dasar Samudra Pasifik hingga puncaknya.
Gunung Mauna Kea Ini memiliki ketinggian 10.210 meter, sedikit lebih tinggi dari Gunung Everest. Tetapi pangkalan Mauna Kea berada di 'kedalaman' 6.000 meter di bawah permukaan laut. Sementara puncaknya di ketinggian 4.205 meter di atas permukaan laut.
Saat mengukur dari permukaan laut, Gunung Everest lebih tinggi dua kali lipat dari Mauna Kea, sehingga puncak Everest menjadi titik tertinggi di dunia.
Sumber: Live Science
Advertisement
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Hari Santri, Ribuan Santri Hadiri Istighasah di Masjid Istiqlal
4 Cara Top Up Roblox dengan Mudah dan Aman, Biar Main Makin Seru!
Ada Mobil Listrik di Konser Remember November Vol.3 - Yokjakarta