Ilustrasi
Dream - Pasca gempa 7,4 Skala Richter dan tsunami di Sulawesi Tengah, wilayah Petobo dan Balaroa mengalami fenomena likuifaksi. Peristiwan ini ditandai dengan tanah yang kehilangan kekuatannya dan berubah menjadi lumpur.
Tercatat, ada 1.747 rumah di Balaroa dan 744 rumah di Petobo yang ditelan lumpur. Diduga, ratusan orang yang juga ikut terhisap di bawah lumpur tersebut.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Rudy Suhendar menjelaskan, likuifaksi terjadi disebabkan kawasan yang berada di Petobo dan Balaroa berada di tanah aluvium.
" Bahasa geologinya tanah yang masih muda. Itungan mudanya ratusan tahun," kata Rudy di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu 3 Oktober 2018.
Menurutnya, lapisan tanah yang masih muda itu sangat mudah lepas akibat guncangan gempa yang sebelumnya terjadi.
" Kenapa ada likuifaksi, karena ada goncangan. Likuifaksi ini mengakibatkan terjadinya lepasnya daya dukung tanah," ucap dia.
Baca juga: Detik-detik Mencekam Warga Palu Gelantungan di Kabel Listrik Kala Tanah Terbelah
Rudy menjelaskan, potensi tanah yang mengalami likuifaksi akan menjadi lebih besar jika lapisan pasirnya lebih tebal.
" Tanah kan ada beberapa lapisan, ada lapisan pasir. Itu tergantung ketebalan ada 25 sentimeter ada 60 sentimeter," ujarnya.
Meski demikian, Badan Geologi baru memiliki peta rawan likuifaksi di wilayah yang sudah terjadi fenomena tersebut saja.
Baca juga: Gempa Terganas: Kampung Petobo Palu Terseret 2 Kilometer, Lenyap Ditelan Bumi
" Kami sudah sebagian wilayah melakukan pemetaan likuifaksi, karena harus melakukan pengeboran" .
Dream - Para ilmuwan terkejut dengan kekuatan tsunami yang menghancurkan Kota Palu pada Jumat pekan lalu. Sebab, dalam pandangan mereka, gempa yang sebelumnya terjadi seharusnya tidak menimbulkan gelombang yang merusak.
" Kami kira itu bisa menimbulkan tsunami, tidak sebesar itu," ujar geofisikawan pada firma konsultan Temblor sekaligus pengajar di Humboldt State University Kalifornia, Amerika Serikat, Jason Patton, dilansir Sydney Morning Herald.
Dia menambahkan apa yang terjadi di Palu belum pernah ditemukan oleh para ilmuwan. " Kita cenderung belum pernah mengamati sebelumnya," kata dia.
Gempa 7,4 Skala Richter pada Jumat sore kemarin berpusat di 80 Kilometer utara Kota Palu. 30 menit kemudian muncul gelombang air setinggi 5 meter menerjang Kota Palu, menerjang bangunan, kendaraan, dan menewaskan ratusan orang.
Musibah tsunami kerap terjadi setelah adanya gempa bumi megathrust, yang terjadi akibat sesar naik turun pada patahan bumi.
Gempa ini memicu gelombang besar yang bergerak dengan kecepatan tinggi dan menyebabkan kerusakan pada radius ribuan mil dari pusat gempa.
Gempa di Sulteng kemarin diyakini bergerak dengan kecepatan 800 kilometer per jam. Tetapi, karakter gempa ini berbeda dengan gempa di Sumatera dengan kekuatan 9,1 SR yang menimbulkan tsunami hebat setinggi 30 meter di Aceh dan sekitarnya yang termasuk sesar megathrust.

Sesar yang adalah strike-slip, yaitu bergerak secara horisontal. Sesar ini diyakini seharusnya tidak menimbulkan tsunami.
" Tetapi, dalam keadaan tertentu bisa saja terjadi (tsunami)," kata Patton.
Sesar strike-flip di Sulteng diprediksi memiliki beberapa gerakan vertikal. Bisa juga sesar pada daerah patahan melewati kawasan dasar laut yang bisa naik turun, sehingga terjadi gesekan bisa mendorong air laut.
Kemungkinan lain tsunami terjadi akibat adanya longsoran dasar laut karena gempa. Longsoran itu menimbulkan tekanan pada air, seperti yang terjadi di Alaska pada 1964. Saat itu, Alaska diguncang gempa 9,64 SR.

Patton pun menjelaskan berbagai macam faktor bisa menjadi penyebab tsunami Palu. Kajian dasar laut menjadi sangat penting untuk memahami apa yang sedang terjadi.
" Kita tidak akan tahu penyebabnya sampai semuanya selesai," ucap dia. (ism)
Advertisement
Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi

Perdana, Kate Middleton Kenakan Tiara Bersejarah Berhias 2.600 Berlian


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau