Mahasiswa Berprestasi, Mahtuf Ikhsan, Fakultas Kehutanan, International Junior Forest Contest (IJFC) 2019, Rusia, IPB University
Dream - Mahasiswa Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Mahtuf Ikhsan, meraih medali perak pada International Junior Forest Contest (IJFC) 2019 di Voronezh, Rusia. Ini merupakan kejuaraan tahunan yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Rusia.
Kegiatan ini dilaksanakan di kota yang berbeda di Rusia setiap tahunnya dan mempertemukan para mahasiswa kehutanan seluruh dunia. Mereka ditantang untuk berinovasi di bidang kehutanan.
Mahtuf mengatakan sebelum mengikuti kompetisi, para delegasi diharuskan melewati seleksi dengan mengirim karya ilmiah berkaitan dengan bidang kehutanan. Terutama membahas masalah ekologi hutan, kebakaran hutan, manajemen hutan, dan teknologi inovatif untuk budidaya hutan, wisata alam, dan lain-lain.
Mahtuf terpilih mewakili Indonesia dalam kompetisi yang digelar tahun ini. “ Peserta yang terpilih mengikuti kegiatan ini berjumlah 31 orang dari 20 negara," kata dia, melalui keterangan tertulis diterima Dream.
Di ajang ini, Mahtuf membawakan karya ilmiah yang berjudul Agroforestcape: A New Paradigm of Indonesia’s Agroforestry Based on Blockchain Technology for Food Sovereignty and Environmental Sustainability.
Lewat artikelnya, Maftuh membahas persoalan pengembangan paradigma baru sistem rantai pasok agroforestri di Indonesia. Dia mengusulkan penggunaan teknologi 4.0 blockchain dalam mewujudkan target kedaulatan pangan dan kelestarian lingkungan.
Menurut dia, agroforestri merupakan konsep yang tepat dalam melestarikan hutan sekaligus menyediakan pasokan pangan secara berkelanjutan.
Teknologi blockchain dalam pengelolaan rantai pasok di bidang pertanian dan kehutanan memiliki beberapa keunggulan. Antara lain basis data yang terdesentralisasi, sarana pengelolaan data yang resilien dan hemat biaya serta transparan dan akuntabel khususnya untuk product traceability.
“ Setelah melalui tahap seleksi, saya berhasil meraih Silver Medal dalam kegiatan ini setelah menyisihkan peserta lainnya," kata dia.
Medali emas ajang ini diraih delegasi China. Sedangkan medali perunggu diraih delegasi Amerika Serikat dan Rusia.
Meski mendapat perak, Mahtuf juga meraih Special Prize dari Voronezh Region Government Agency. Penghargaan tersebut diberikan atas kontribusinya dalam pengembangan teknologi 4.0 di bidang kehutanan.
Dream - Indonesia terus dibuat bangga dengan prestasi anak bangsanya. Kali ini, kebanggaan itu ditorehkan oleh tiga mahasiswi Institut Pertanian Bogor yang kini berganti nama menjadi IPB University.
Mereka adalah Virta Rizki Hernanda, Fathia Ilmiati, dan Dalillah Artaghina. Tiga mahasiswi program studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ini berhasil menciptakan aplikasi Smart Modern Aquaculture (S-MAQ).
Aplikasi ini dirancang untuk membantu aktivitas budidaya perikanan yang terintegrasi dan transparan. Aplikasi ini dibuat atas keprihatinan banyaknya produk perikanan yang mangkrak akibat masalah transaksi pembayaran.
" Ide ini berfokus pada kegiatan penjualan komoditas akuakultur dalam rantai para pembudidaya," ujar Ketua Tim Riset, Virta Rizki Hernanda, melalui keterangan tertulis diterima Dream, Selasa 5 November 2019.
Virta mengatakan saat ini aplikasi S-MAQ masih dalam proses penyiapan. Namun demikian, timnya telah membuat prototype sederhana untuk fitur-fitur aplikasi.
S-MAQ diklaim memiliki keunggulan yaitu tersedianya sejumlah fitur yang dapat menghubungkan proses penjualan komoditas antar pembudidaya.
Dengan ide ini, tiga mahasiswa tersebut meraih Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Chemistry Friendship Competition (CFC) di Universitas Bangka Belitung pada 22-23 Oktober 2019.
" Semoga ini dapat menjadi salah satu cara untuk meng-upgrade diri kami menjadi lebih baik lagi. Saya pribadi berharap, karya yang dihasilkan ini dapat memberikan manfaat untuk orang lain," kata Virta.
Dream - Penggunaan energi fosil untuk membuat listrik semakin lama akan mengalami kelangkaan. Ini lantaran cadangan energi fosil terus berkurang.
Hal itu memicu munculnya pelbagai penemuan teknologi baru. Salah satunya seperti yang diciptakan tiga mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Charisma Virginia, Muhammad Errel Prasetyo, dan Sang Aji Arif Setyawan.
Ketiga mahasiswa ini menemukan teknologi pembangkit listrik berbahan bakar kulit sampah. Temuan itu mereka namai dengan 'Mikrobial Fuelcell'.
" Konsep ini masih jarang. Biasanya yang diolah kan limbah cair, tapi kami olah limbah padat. Kulit pisang mudah didapat, mulai dari penjual pisang goreng hingga di daerah industri keripik pisang," ujar Charisma.
Charisma mengatakan timnya memilih kulit pisang dengan pertimbangan bahan tersebut mudah didapat. Selain itu, kulit pisang termasuk bahan baku yang dapat diperbaharui.
" Kami memilih kulit pisang, karena potensinya sangat besar dan bisa didapatkan kapan saja dan di mana saja," ucap dia.
Mahasiswi ini kemudian menjelaskan cara kerja alat yang dia temukan bersama dua temannya. Menurut dia, kulit pisang terlebih dulu ditumbuk hingga halus menjadi bubur
Tetapi, kulit pisang tersebut tidak boleh ditambah air. Jika ditambah air, kandungan substratnya akan berkurang.
Selanjutnya, bubur kulit pisang itu dimasukkan ke dalam kotak reaktor atau bio chamber. Kotak tersebut dibagi menjadi dua bagian menjadi kotak anoda dan katoda.
Mau tahu selanjutnya, baca link berikut ini edunews.id
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN