Petugas Medis Di RSPI Sulianti Saroso
Dream - Pandemi virus corona menimbulkan kekhawatiran di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Banyak orang takut tertular Covid-19.
Akibatnya, muncul banyak penolakan atas pemakaman jenazah pasien positif Covid-19. Hal itu tentu menyulitkan banyak pihak, terutama petugas medis.
Seperti diutarakan Dede, relawan yang menangani pemulasaran jenazah pasien Covid-19. Dia tergabung dalam organisasi Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) bersama dengan sejumlah orang lainnya berupaya memberikan pertolongan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Sebelum ditugaskan dalam pemulasaran jenazah, ia melakukan kegiatan sosial, seperti menyemprotkan cairan disinfektan di kawasan Kota Tua hingga Monas bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP).
" Dari Baznas sendiri kita membentuk beberapa program yaitu penyemprotan disinfektan, fasilitas publik dan droping-droping logistik," ujar Dede, dikutip dari Liputan6.com.
Dede kemudian ditunjuk menjadi tim pemulasaran jenazah Covid-19. Sejak dua pekan lalu, Dede bertugas di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.
" Kebetulan dua minggu yang lalu, saya dikasih kepercayaan bersama empat orang tim dari Baznas untuk melakukan pemulasaran jenazah (Covid-19) di Wisma Atlet," ujarnya.
Sebelum ditugaskan di Wisma Atlet, dia beraktivitas di kantor Baznas. Stelah mendapat panggilan tugas, dia dan beberapa rekannya langsung menuju ke lokasi.
" Paling lama kan 4 jam setelah dia (jenazah) meninggal pengurusannya, dalam waktu sejam kita sudah ada di sana, kebetulan meninggalnya di kamar isolasinya ibu-ibu usia 72 tahun. Karena Wisma Atlet itu kan masih rumah sakit darurat ya, jadi fasilitas liftnya itu belum standar yang rumah sakit yang bisa masuk dorongan yang besar untuk pasien," cerita dia.
Dede dan rekannya melakukan pemulasaran jenazah di kamar isolasi pasien yang meninggal. Setelah menggunakan Alat Pelindng Diri (APD) lengkap, dia bersama rekannya mulai mengafani jenazah.
" Jadi kita melakukan pemulasarannya di kamar isolasinya, jadi kita kain kafankan, plastik, terus kantong jenazah. Jadi setiap proses itu selalu kita semprot dengan disinfektan, jadi pertama kain kafan, kemudian plastik, kemudian dimasukkan kantong jenazah, dari situ baru jenazah kita bawa ke lantai 1. Karena kebetulan yang meninggal kemarin itu berada di lantai 9," ujarnya.
Proses selanjutnya, jenazah dimasukkan ke dalam rapi. Setelah semua beres, jenazah dibawa turun ke lantai darai untuk dibawa ke pemakaman.
" Karena memang ruang-ruang pemulasarannya belum begitu rapi, karena rumah sakit darurat, enggak siap juga untuk menghadapi hal itu. Setelah dari atas lantai 9 ke bawah, masukkan ke dalam peti. Kalau dia muslim kita salatkan, kalau tidak ya tidak," sambungnya.
Setelah jenazah berada di dalam peti, proses selanjutnya adalah pembungkusan peti dengan plastik khusus. Lalu kemudian disemprot kembali dengan cairan disinfektan.
" Jadi kita lilit-lilit rapi sampai rapat, kita semprot lagi dengan disinfektan, terus masuk ke dalam ambulans, disemprot lagi disinfektan, kemudian dibawa sama ambulans. Tugas kami cukup sama dia (jenazah) masuk ke dalam mobil ambulans, selebihnya tugas dari petugas pemakaman," ucapnya.
Dalam melakukan pemulasaran, Dede tidak secara langsung menyentuh jenazah. Proses ini harus dijalankan sesuai sistem yang ditentukan (SOP)
" Tidak (dimandikan jenazahnya), kita ikutin SOP yang di Indonesia SOP yang nasional. (Dikafankan) dengan baju yang melekat. Terus kita ada sistem pemakaian kain kafannya tanpa kita menyentuh si korban, jadi ada cara gimana kita enggak menyentuh si korban," ungkapnya.
Untuk membungkus jenazah, mereka lebih dulu menyediakan kain kafan yang bukan biasanya. Karena, kain kafan yang sudah mereka sediakan itu telah dililit pada bagian ujung bersama dengan plastik di dalam kafan tersebut.
" Jadi kain kafannya kayak dililit dulu ujung dan ujungnya, lalu dimasukan ke kepala agak ditarik. Sudah ketutup badan, baru kita bisa megang itu, dimiringin dikit, kanan-kiri dimiringin dikit, baru dibungkus. Memang kain kafannya pun enggak seperti biasa kita siapkan dan agak kita lebihkan," jelasnya.
Setelah jenazah sudah terbungkus rapi diatas kasur, barulah jenazah korban corona covid-19 tersebut langsung diangkat dan dimasukkan ke kantong jenazah. Sebelum jenazah itu dimasukan ke dalam peti.
Dalam menjalankan tugasnya, Dede menceritanya bahwa ia dan rekan-rekannya harus menggunakan tiga lapis pakaian.
" Untuk APD kita itu tiga lapis ya, pertama pakaian biasa kita, kemudian pakaian medis yang warna hijau, kemudian baju hazmat. Sarung tangan dua lapis," tuturnya.
Setelah menjalankan tugas, ia dan timnya akan langsung disemprotkan cairan disinfektan oleh petugas lainnya.
" (Masih pakai APD) Iya, ada dua mobil, khusus untuk tim itu. Jadi, enggak semua tim pemulasaran. Perawat itupun di sana, dokter yang bekerja 3 shift itu setiap ganti shift pasti langsung masuk ke ruangan itu untuk disiram, disemprot. Wajib itu," katanya
Setelah APD yang mereka gunakan itu disiram cairan disinfektan, pakaian hazmat atau APD bagian paling luar badan langsung dibuang ke tempat khusus. Namun, untuk kacamata, sepatu boots serta pakaian lapis kesatu dan kedua hanya mereka rendam dengan cairan disinfektan yang kemudian langsung mereka cuci.
" Setelah keluar dari zona merah, kita dicek lagi segala macam cuci tangan segala macam. Terus masuk ke dalam ruangan kamar mandi, di situ sudah ada persiapan sabun dengan pakaian ganti, kita langsung mandi, habis mandi kita baru ke yang logistik lagi (zona kuning), untuk ganti baju yang normal biasa," jelasnya.
" (Baju sehari-hari) Kita cuci sendiri, di kita udah ada protapnya. Jadi sehari baju itu wajib tim kami wajib, baik tim pemulasaran jenazah ataupun penyemprotan dan logistik yang ada di dalam basecamp ini, sehari langsung dicuci. Enggak boleh keluar-keluar selain tugas," sambungnya.
Setelah menjalankan tugas, Dede dan rekannya harus melakukan isolasi mandiri di kantor. Di kantor mereka tempat berkeja, telah disiapkan ruangan untuk melakukan isolasi mandiri.
" Sebenarnya kami diminta buat tidur di Wisma Atlet ya. Cuma kami mintanya sistem on call saja, soalnya kami sudah punya fasilitas untuk tim yang berhubungan dengan pasien. Jadi kebetulan pas kemarin, baru dua kali ngurus jenazah tiga orang. Jadi sampai hari ini kita belum bisa kemana-mana," ucapnya.
Selama melakukan isolasi mandiri, Dede memberikan pelatihan untuk tim baru terakit pemulasaran jenazah. Sehingga ia bukan berarti tidak memiliki aktivitas.
Selain memberikan pelatihan, Dede dan rekannya melakukan olahraga setiap pagi. Kegiatan tersebut merupakan kewajiban untuk menjaga kondisi tubuh selain meminum vitamin dan makan makanan bergizi.
" Tapi kan selama isolasi kemarin juga. Saya sempat beberapa kali keluar lapangan untuk dropping logistik-logistik ke rumah sakit-rumah sakit. Isolasi mandi itu bukan berarti kita enggak berkegiatan, yang penting kita tidak berhubungana dengan orang lain gitu," tuturnya.
Advertisement
Mobil Hybrid Toyota Taklukkan Jalanan Berbukit dan Berkelok di Lombok

Prabowo Tinjau Banjir: Negara Kita Kuat Sekarang, Mampu untuk Mengatasi

Nenek Ini Inging `Rekrut` Anak Baru, Tawarkan Apartemen dan Gaji Bulanan

Prabowo Subianto Tiba di Tapanuli, Tinjau Wilayah Terdampak Banjir

Asyik! Naik Whoosh Diskon Hingga 50% Untuk Pelajar di Musim Liburan


Pemerintah Kirim 11 Helikopter ke Wilayah Aceh dan Sekitarnya

Curah Hujan Masih Tinggi, Aceh Ditetapkan Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi

Survei: Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia 2025 Baru 65,4%

Hore! KAI Tawarkan Diskon 30 Persen Libur Nataru, Berikut Daftar Lengkap Kereta dan Syaratnya

Mobil Hybrid Toyota Taklukkan Jalanan Berbukit dan Berkelok di Lombok

Prabowo Tinjau Banjir: Negara Kita Kuat Sekarang, Mampu untuk Mengatasi

Nenek Ini Inging `Rekrut` Anak Baru, Tawarkan Apartemen dan Gaji Bulanan