Penyemprotan Disinfektan Di SPBU Jalan Pajajaran Kota Bogor (Merdeka.com/Arie Basuki)
Dream - Wakil Wali Kota Bogor, DedieRachim, mengatakan bakal menerapkan karantina wilayah parsial untuk mencegah perluasan penyebaran virus corona. Cara ini dijalankan dengan menutup wilayah tertentu yang dinilai memiliki risiko tinggi penyebaran Covid-19.
Dedie mengatakan hasil rapat Presiden dengan seluruh gubernur menyatakan pemerintah daerah hanya boleh menerapkan karantina wilayah parsial. Sedangkan karantina wilayah total merupakan kewenangan Pemerintah Pusat dan diputuskan sendiri oleh Presiden.
" Intinya, tidak boleh dilakukan penutupan-penutupan yang dapat menghambat produksi pertanian, distribusi BBM, lalu lintas bahan pokok masyarakat, itu yang dilarang oleh Presiden," kata Dedie, dikutip dari Liputan6.com.
Karantina wilayah parsial diterapkan pada struktur wilayah di tingkat bawah. Struktur wilayah tersebut meliputi kecamatan, desa atau kelurahan, hingga RT/RW.
" Kami diminta untuk menyiapkan langkah-langkah pembatasan di area tertentu yang lebih tinggi penyebaran Covid-19. Jadi tidak akan melakukan lockdown total," kata Dedie.
Selanjutnya, Dedie mengatakan wilayah yang akan diterapkan karantina parsial masih dibahas dalam rapat dengan camat dan dinas terkait. Penerapan tidak bisa langsung, karena harus didahului dengan pemetaan wilayah berpotensi tersebar Covid-19.
Selain itu, nantinya akan dibentuk struktur RW Siaga Covid-19. Fungsi struktur ini untuk mengontrol pendatang atau penduduk luar Kota Bogor sehingga didapatkan data asal dan tujuan kedatangan di wilayah masing-masing RW.
" Kita juga melaksanakan pembatasan yang lebih ketat untuk pergerakan masyarakat dan pelarangan kegiatan yang menimbulkan kumpulan masyarakat.
Pemkot Bogor sendiri telah menyiapkan dua skema jika nantinya terdapat keputusan untuk lockdown. Skema ini baru dijalankan jika DKI Jakarta resmi memberlakukan karantina wilayah.
Nantinya, beberapa ruas jalan yang mengarah ke pusat Kota Bogor ditutup. Sehingga pergerakan orang dari dan menuju Kota Bogor bisa dihentikan.
(Sah, Sumber: Liputan6.com/Achmad Sudarno)
Dream- Sejumlah negara maju berpacu dengan waktu untuk menghasilkan obat atau vaksin penyakit corona Covid-19. Sebelum sampai tahap produk massal, perusahaan dan lembaga pemerintah akan melakukan uji coba dari produk yang mereka teliti.
Untuk vaksin Corona Covid-19, uji coba dikabarkan sudah dilakukan di Kaiser Permanente Washington Health Research Institute (KPWHRI) di Seattle pada 16 Maret 2020 lalu. Uji klinis tersebut dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas vaksin Corona.
The National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), bagian dari National Institutes of Health, dilaporkan turut mendanai proyek pencarian vaksi corona ini.
KPWHRI adalah bagian dari Konsorsium Penelitian Klinis Penyakit Menular NIAID. Uji coba dilakukan dengan mendaftarkan 45 sukarelawan dewasa sehat berusia 18 hingga 55 tahun selama sekitar 6 minggu. Salah satunya adalah Ian Haydon.
Dilansir dari twitter pribadinya @ichaydon, Ian mengakui sebagai orang pertama yang mengikuti uji coba Vaksin Covid-19.
“ Saya bersyukur sekali. Terima kasih untuk seluruh ilmuwan yang membawa kami ke sini. Dan untuk tim yang mengembangkan vaksin ini, dan perawat yang bersedia mengambil darahku” ungkapnya.
Uji coba ini akan mengevaluasi keamanan dan kemampuannya dalam menginduksi respon imun pada partisipan. Uji coba ini merupakan yang pertama dari beberapa proses uji klinis untuk mengevaluasi potensi manfaat vaksin.
Vaksin yang sudah dilakukan kepada Ian Haydon biasa disebut mRNA-1273. Vaksin tersebut dikembangkan oleh para ilmuwan NIAID dan kolaborator mereka di perusahaan bioteknologi Moderna, Inc., yang berbasis di Cambridge, Massachusetts. The Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) juga mendukung pembuatan kandidat vaksin untuk uji klinis Fase 1.
“ Menemukan vaksin yang aman dan efektif untuk mencegah infeksi SARS-CoV-2 adalah prioritas kami untuk masyarakat,” kata Direktur NIAID, Anthony S. Fauci, MD
“ Uji Coba Fase pertama ini, diluncurkan dengan cepat, dan merupakan langkah awal yang sangat penting”
Infeksi dengan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, dapat menyebabkan penyakit pernapasan ringan hingga berat dan termasuk gejala demam, batuk, dan sesak napas.
Kasus COVID-19 pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.
Saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi dengan SARS-CoV-2.
Penelitian vaksin dikembangkan dengan menggunakan platform genetik yang disebut mRNA (messenger RNA). Vaksin tersebut mengarahkan sel-sel tubuh untuk mengeluarkan protein virus yang diharapkan akan menghasilkan respons kekebalan yang kuat.
Vaksin mRNA-1273 telah menunjukkan respon baik pada hewan, dan ini adalah uji coba pertama pada manusia.
Para ilmuwan di Pusat Penelitian Vaksin NIAID (VRC) dan Moderna mampu dengan cepat mengembangkan mRNA-1273 karena sudah ada studi sebelumnya tentang virus Corona, yang menyebabkan sindrom pernafasan akut (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).
Virus Corona berbentuk bulat dan memiliki duri-duri yang menonjol dari permukaannya, partikel-partikel tersebut membuatnya terlihat seperti mahkota. Partikel tersebut akan mengikat sel manusia, dan membuat virus masuk kedalam tubuh.
Dengan penelitian pada vaksin MERS, hal ini menjadi langkah awal bagi pengembangan vaksin untuk COVID-19. Setelah informasi genetik SARS-CoV-2 tersedia, para ilmuwan bisa dengan cepat menemukan protein virus dalam platform mRNA yang ada.
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal