Masya Allah, Semangat Adan Ternak Lele Demi Sekolah

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 5 Mei 2016 18:02
Masya Allah, Semangat Adan Ternak Lele Demi Sekolah
Adan sempat mengalami putus sekolah karena tidak ada biaya. Dia tidak menyerah dan berusaha dengan beternak lele demi bisa sekolah.

Dream - Adan Ramadhan, 18 tahun, asal Cibinong RT 03/04, Gunung Sindur, Bogor, merupakan salah satu potret bagaimana susahnya anak muda mendapatkan akses pendidikan. Latar belakang keluarganya yang kurang mampu menjadi alasan Adan terpaksa harus putus sekolah.

Adan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya, Husin, 56 tahun, merupakan peternak ikan lele yang pendapatannya tidak menentu dan hanya bisa membiayai sekolah anak sulungnya hingga lulus SMA.

Alhasil, Adan harus ikhlas pendidikannya putus di jenjang SMP demi kelulusan kakaknya. Tetapi, dalam lubuk hati kecilnya, Adan masih ingin menempuh pendidikan setinggi mungkin.

Dia lalu bekerja keras mengumpulkan uang dengan beternak lele, mewarisi pengalaman sang ayah. Hanya satu tahun Adan berhenti sekolah.

Dia lalu melanjutkan pendidikan dengan sistem Paket B menggunakan biaya yang sudah dia kumpulkan dari ternak lele tersebut.

Adan beternak lele di lahan penangkaran ikan yang tidak jauh dari rumahnya. Melihat kegigihan Adan, Husin tergerak untuk berusaha lebih keras membantu anaknya mewujudkan mimpi.

" Dia emang pingin banget lanjutin sekolah, saya mah orangtua lihat anak ada keinginan begitu saya dukung pastinya. Selagi saya mampu," kata Husin, dikutip dari laman dompetdhuafa.org.

Adan mengakui butuh biaya besar untuk bisa menempuh pendidikan hingga jenjang tertinggi. Tetapi mimpinya mengalahkan penerimaannya pada kenyataan. Dan demi mimpi itu, Adan tidak mau menyerah. Dia juga menjadi peternak ayam.

Profesi sebagai peternak dijalani Adan sudah lebih dari setahun, sejak dia masuk jenjang SMA. Tiap pagi sebelum fajar menyingsing, Adan siap dengan jaring dan penampung ikan. Bersama sang ayah, Adan menjaring ikan lele dan mencari indukan untuk dikembangbiakkan.

Setiap hari, keduanya menjaring ikan yang beratnya mencapai 10 kilogram. Adan bahkan begitu mahir menjaring. Sekali jaring diceburkan ke kolam, puluhan ekor lele terjerat.

Tidak hanya itu, dia juga pandai memilah ikan yang siap ditelurkan dengan yang belum. Satu per satu ikan dilihatnya. Sebagian dimasukkan ke bak penampung, sebagian dikembalikan ke kolam.

" Kita bisa lihat di perut bagian bawah. Kalau kelihatan banyak putih-putihnya, itu tandanya dia bertelur. Udah bisa kita pisahin ke kolam yang di atas," kata Adan.

Setelah terkumpul, mereka membawa ikan-ikan tersebut ke kolam pemijahan. Sebelum dimasukkan ke kolam, mereka menyuntikkan vitamin agar ikan-ikan tersebut menghasilkan telur yang banyak.

Lele butuh waktu cukup lama untuk bisa bertelur. Hasil pemijahan itu baru bisa dirasakan dalam waktu kurang lebih tiga bulan.

Jika lele hasil pemijahan berlimpah, Husin akan menjual dengan sistem kiloan seharga Rp17.500 per kilo. Jika hasilnya sedikit, dia biasa menjual per kolam.

" Kalau sebulan kadang saya dikasih Rp100.000 sama pemilik kolam. Ini kan kolamnya milik orang Jakarta yang saya urus ternaknya. Tapi terkadang juga saya jualin ke pasar, yah lumayan lah hasilnya buat jajan sama bayar sekolah," kata Adan.

Meski begitu, kerja keras Adan ternyata belum memberikan jaminan dia bebas dari biaya pendidikan. Dia mengaku masih punya tunggakan di sekolahnya dan berusaha mencicil agar tidak memberatkan di akhir tahun.

Selengkapnya, baca pada tautan ini. (Ism, Sumber: Dompetdhuafa.org)

Beri Komentar