Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Kera dan manusia kerap disejajarkan dalam garis evolusi Darwinian. Tetapi, ada banyak pertanyaan yang muncul mengenai ketidaksamaan manusia dengan kera.
Seperti kita ketahui, kera memiliki bulu yang memenuhi sekujur tubuh hingga tangannya.
Meski masih menjadi perdebatan dan kajian para peneliti biologi, ada banyak hipotesis yang berusaha menjelaskan alasan-alasan di balik fenomena tersebut.
Dalam sebuah studi baru, para peneliti menemukan adanya protein dalam jumlah tertentu untuk menentukan pertumbuhan bulu pada kulit plantar atau telapak kaki.
Protein yang menentukan ada atau tidaknya bulu di telapak kaki ini disebut dengan Dickkopf 2 atau Dkk2. Menurut para peneliti, kelinci dan beruang memiliki bulu yang lebat di plantar mereka karena memiliki Dkk2 dalam jumlah sedikit.
Sebaliknya, tikus hampir tidak memiliki bulu atau rambut pada telapak kakinya karena mengandung Dkk2 dalam jumlah besar.
Peneliti dari University of Pennsylvania menduga Dkk2 mungkin telah memblokir jalur tertentu yang bertanggung jawab menumbuhkan bulu, atau disebut dengan WNT.
Untuk membuktikannya, para peneliti merekayasa tikus agar tidak menghasilkan Dkk2. Tikus itu tetap mengembangkan bulu pada kulit telapak kakinya.
Tetapi bulu yang tumbuh tersebut lebih tipis, lebih pendek, dan lebih tersebar secara acak daripada bulu-bulu hewan lainnya.
Dari percobaan tersebut jelas terlihat peran penting protein di dalam plantar. Meski demikian, bukti ini masih perlu diteliti secara lebih mendalam di masa depan.
" Dkk2 cukup untuk mencegah bulu untuk tumbuh, tetapi tidak menyingkirkan mekanisme kontrol di dalamnya. Masih banyak yang harus diteliti," kata Profesor Sarah Millar, Ahli Dermatologi dari Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania.
" Kita memiliki rambut yang panjang di kulit kepala, tapi pendek di area tubuh lainnya. Kita juga tidak berbulu di telapak tangan dan bagian bawah pergelangan tangan serta telapak kaki kita. Tidak ada yang tahu bagaimana bisa terjadi perbedaan ini," kata Millar.
Meskipun tidak memberikan gambaran lengkap, tapi penelitian ini mengungkapkan petunjuk menarik tentang misteri rambut dan kebotakan.
Para peneliti berpikir bahwa jalur WTN merupakan kunci untuk menjelaskan fenomena kebotakan. Langkah selanjutnya yaitu menyelidiki protein lain yang mungkin menghambat jalur ini. (Ism)
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati