Ilustrasi (Liputan6.com)
Dream - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan rencana Pemerintah memperluas cakupan penerima vaksinasi Covid-19. Sasaran penerima yang akan ditambah yaitu kelompok anak usia 5-11 tahun.
Budi mengatakan saat ini sudah ada tiga produsen vaksin yang menggelar uji klinik terhadap kelompok usia tersebut yaitu Sinovac, Sinopharm, dan Pfizer.
Kemenkes masih menunggu hasil uji klinis tersebut serta berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk penerbitan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA).
" Juga untuk memastikan bahwa kita bisa mengeluarkan (EUA) sesegera sesudah di negara asal ketiga vaksin tersebut, Sinovac, Sinopharm, dan Pfizer bisa digunakan untuk anak-anak usia 5 sampai 11 tahun," ujar Budi, disiarkan kanal Perekonomian.
Jika seluruh proses tersebut selesai, Budi memperkirakan program vaksinasi anak bakal berjalan pada 2022.
" Rencananya kalau itu sudah keluar hasil uji klinisnya, kita bisa mulai digunakan di awal tahun depan," ucap dia.
Selain itu, Pemerintah juga akan memberikan booster vaksin keapda masyarakat di 2022. Ada beberapa kelompok penerima yang diprioritaskan dalam program vaksinasi booster.
" Sesuai dengan saran Organisasi Kesehatan Dunia, booster ini akan diberikan ke kalangan masyarakat berisiko tinggi dan yang sedang mengalami defisiensi imunitas," terang Budi.
Kelompok berisiko tinggi tersebut seperti tenaga kesehatan dan lanjut usia. Sedangkan kelompok yang tergolong memiliki defisiensi imunitas di antaranya penderita HIV/AIDS dan kanker.
" Tahun depan rencananya memang kita akan memberikan booster," ucap Budi.
Saat ini, Kementerian Kesehatan bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional dan sejumlah perguruan tinggi sedang meneliti jenis vaksin ideal untuk booster. Langkah ini untuk menentukan kombinasi yang paling baik di antara vaksin yang digunakan.
" Antara Sinovac-Sinovac, boosternya Sinovac, atau Sinovac-Sinovac dan AstraZeneca atau Sinovac, Sinovac dan Pfizer, demikian juga dengan AstraZeneca-AstraZeneca dan AstraZeneca, atau yang ketiga Sinovac dan Pfizer," ucap Budi.
Dream - Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menyatakan tarif PCR diturunkan sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo sebesar Rp300 ribu. Menurut dia, tarif tersebut adalah harga termurah di seluruh dunia.
" Harga PCR yang ditentukan Presiden kemarin itu sudah 10 persen paling bawah, paling murah dibandingkan tes PCR di seluruh dunia," ujar Budi, disiarkan kanal Perekonomian.
Menurut Budi, tarif PCR awal sebesar Rp900 ribu sebenarnya 25 persen lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Apalagi jika diturunkan menjadi Rp300 ribu.
" Kalau misalnya diturunkan ke Rp300 ribu, itu mungkin masuk yang paling murah dibandingkan dengan harga PCR airport di dunia," kata dia.
Budi mengakui tarif PCR termurah di dunia masih dipegang di India. Di India, tarif PCR dipatok Rp160 ribu.
" Tapi memang India membuatnya di dalam negeri kemudian ekonominya berkembang karena juga rakyatnya banyak, itu bisa tercapai," kata dia.
Lebih lanjut, Budi menyatakan penurunan tarif PCR tidak mendapat subsidi dari Pemerintah. Sebab, tarif normalnya memang sudah turun.
" Pemerintah tidak merencanakan ada subsidi karena memang kalau kita lihat harganya, apalagi sudah diturunkan, itu sudah cukup murah," kata dia.
Dream - Pemerintah bakal menurunkan batas maksimal tarif tes PCR menjadi Rp300 ribu. Masa berlaku hasil tes juga diperpanjang menjadi 3x24 jam untuk pelaku perjalanan udara domestik.
Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhur Binsar Pandjaitan, mengungkapkan rencana penurunan tersebut merupakan arahan dari Presiden Joko Widodo. Arahan tersebut disampaikan saat rapat terbatas siang tadi.
" Mengenai arahan Presiden agar harga PCR dapat diturunkan menjadi Rp300 ribu dan berlaku selama 3x24 jam untuk perjalanan pesawat," ujar Luhut dalam konferensi pers evaluasi PPKM, disiarkan Sekretariat Presiden.
Luhut mengatakan keputusan ini diambil setelah Pemerintah mendapat banyak masukan mengenai penerapan PCR sebagai syarat penerbangan domestik. Selain itu, dia juga memberikan alasan diwajibkannya PCR meski kasus mengalami penurunan dan banyak daerah sudah turun level PPKM.
" Perlu dipahami bahwa kebijakan PCR ini diberlakukan karena kami melihat risiko penyebaran yang semakin meningkat karena mobilitas penduduk yang meningkat pesat dalam beberapa minggu terakhir," ucap Luhut.
Selain itu, Luhut menyatakan penetapan kebijakan PCR juga mempertimbangkan kasus yang terjadi di luar negeri. Di mana di sejumlah negara terjadi kembali lonjakan kasus Covid-19.
" Sekali lagi saya tegaskan, kita belajar dari banyak negara yang melakukan," kata dia.
Lebih lanjut, Luhut mengungkapkan Pemerintah tetap menerapkan 3T (Testing, Tracing, dan Treatment) dan 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan dan Menjaga Jarak) meski kasus Covid-19 melandai. Diharapkan tidak terjadi lagi lonjakan Covid-19 mengingat sebentar lagi akan ada momen libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
" Secara bertahap, penggunaan tes PCR akan juga diterapkan pada transportasi lainnya selama dalam mengantisipasi periode Nataru," ungkap Luhut.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Bikin Ngakak, Solusi Tora Sudiro yang Sering Dipunggungi Oleh Sang Istri Saat Tidur
Layanan Transaksi 7 Gerbang Tol Dalam Kota Jakarta Kembali Normal
Perhatian Buat yang Suka Menyangga HP Pakai Kelingking, Ini Bahayanya!
TemanZayd, Komunitas Kebaikan untuk Anak Pejuang Kanker
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Bikin Ngakak, Solusi Tora Sudiro yang Sering Dipunggungi Oleh Sang Istri Saat Tidur