Peringatan Maulid Nabi Dalam Sejarah Peradaban Islam

Reporter : Ahmad Baiquni
Sabtu, 9 November 2019 18:01
Peringatan Maulid Nabi Dalam Sejarah Peradaban Islam
Maulid Nabi merupakan momentum yang tepat untuk menguatkan kembali semangat menjalankan ajaran Islam.

Dream - Umat Islam mengenal Rabiul Awal sebagai bulan lahirnya Rasulullah Muhammad SAW. Tetapi, mengenai tanggal lahirnya yang sering disebut masyarakat Indonesia sebagai Maulid Nabi masih menimbulkan pertanyaan.

Demikian pula dengan tanggal 12 Rabiul Awal yang ditetapkan sebagai hari lahir Rasulullah pun masih samar. Hal ini bertolak pada sejarah penggunaan kalender Islam yang dipakai pertama kali oleh Khalifah Umar bin Khattab.

Keinginan untuk mengingat hari lahir Rasulullah muncul di masa kekuasaan Khalifah Umar yang memerintah antara 22-32 Hijriah atau sekitar 638 Masehi. Khalifah Umar ingin menjadikan kalender Hijriah yang berbasis peredaran bulan sebagai sistem penanggalan resmi pemerintahan Islam.

Para sahabat lain sempat mengalami kesulitan dalam penetapan kapan dimulainya kalender Hijriah. Ini karena banyaknya pandangan dari para sahabat terkait peristiwa penting sebagai titik awal berlaku kalender.

Ada gagasan untuk menjadikan hari lahir Rasulullah sebagai patokan awal. Sayangnya, tidak ada satupun sahabat yang tahu kapan tepatnya Rasulullah lahir.

Masalah semakin rumit karena tidak ada tradisi pencatatan sejarah pada masyarakat Arab kala itu. Sehingga, jejak tertulis mengenai kelahiran Rasulullah tidak ada.

Tetapi, masyarakat Arab terbiasa mengingat peristiwa penting di masa lalu. Salah satunya peristiwa penyerangan Kabah oleh pasukan gajah pimpinan Abrahah yang bertepatan dengan lahirnya Rasulullah.

Mayoritas ulama menetapkan peristiwa itu terjadi pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah. Jika dilihat berdasarkan kalender Masehi, maka terjadi pada 20 April 571.

 

1 dari 6 halaman

Maulid Nabi Dalam Catatan Akademisi

Terkait peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, akademisi Universitas Leiden yang fokus pada kajian sejarah Islam, Nico Kaptein, mengulas momen tersebut dalam disertasinya. Dalam paparan Kaptein, peringatan Maulid Nabi pertama kali dijalankan di era kekuasaan Dinasti Fatimiyah di Mesir.

Tepatnya ketika dinasti ini di bawah kepemimpinan Al Mu'iz li Dinillah yang berlangsung pada 953-975 Masehi. Dihitung dari waktu wafatnya Rasulullah, maka empat abad setelahnya.

Kaptein mendasarkan ulasannya pada kitab Tarikh Al Ihtifal bi Maulid An Nabawiy karya Al Imam Al Sandubi.

Dalam catatan Kaptein, Al Mu'iz adalah pemimpin dari aliran Syiah. Dia menjadikan peringatan Maulid Nabi sebagai legitimasi politik dan sering menyebut diri sebagai keluarga Nabi.

Versi lain, pakar sejarah mencatat peringatan Maulid Nabi juga menjadi tradisi di kalangan Islam Sunni. Pertama kali digelar oleh penguasa Suriah, Sultan Attabiq Nuruddin.

Saat itu, peringatan Maulid Nabi dilaksanakan pada malam hari diisi dengan syair pujian terhadap raja. Karena kental dengan nuansa politik, peringatan Maulid Nabi pernah dilarang di era kekuasaan Afdhal Amirul Juyusy.

 

2 dari 6 halaman

Saat Salahuddin Al Ayyubi Berkuasa

Ketika Salahuddin Al Ayyubi berkuasa, dia menghidupkan kembali tradisi tersebut. Banyak kalangan menyebut Sultan Salahuddin adalah tokoh pertama yang menghidupkan tradisi peringatan Maulid Nabi tanpa tendensi politik.

Selain itu, Salahuddin juga memanfaatkan peringatan Maulid Nabi sebagai sarana membakar semangat umat Islam yang sedang berjuang merebut kembali Yerusalem yang dikuasai Bangsa Eropa.

Ketika Yerusalem, terutama Masjid Al Aqsa, dikuasai Bangsa Eropa, umat Islam terpecah belah. Salahuddin menggunakan Maulid Nabi untuk mempersatukan kembali umat Islam.

Umat Islam diingatkan tentang bagaimana gigihnya Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabat berjuang menghadapi serangan kaum Quraisy.

Salahuddin juga memerintahkan jemaah haji agar menggelar peringatan Maulid Nabi setiap tanggal 12 Rabiul Awal setelah mereka pulang dari berhaji. Perintah itu dikeluarkan pada 579 H, atau sekitar 1183 M untuk membangkitkan semangat jihad umat Islam.

 

3 dari 6 halaman

Sayembara Penulisan Riwayat Nabi Muhammad SAW

Selain itu, Salahuddin menggelar sayembara menulis riwayat Rasulullah dengan bahasa yang indah. Sayembara ini diikuti banyak ulama dan sastrawan kala itu.

Terpilihnya Syeikh Ja'far Al Barzanji dengan karyanya 'Iqd Al Jawahir sebagai pemenang. Karya tersebut kemudian dikenal dengan kitab Al Barzanji dan sangat populer hingga saat ini.

Perjuangan Salahuddin menunjukkan hasil yang baik. Umat Islam kembali bangkit dan membantu Sang Sultan membebaskan Yerusalem.

Empat tahun setelah peringatan Maulid Nabi diperintahkan, Yerusalem berhasil direbut kembali. Masjid Al Aqsa terbebas dari cengkeraman musuh.

Sempat ada tudingan tradisi peringatan Maulid Nabi kala itu sebagai bid'ah. Tetapi, Salahuddin, sang Khalifah membantahnya secara tegas dan menyatakannya sebagai jalan syi'ar, bukan ritual ibadah.

Sumber: Islami.co

4 dari 6 halaman

Peristiwa Genting Rencana Penghancuran Kabah Saat Maulid Nabi

Dream - Rabiul Awal menjadi salah satu bulan sangat penting bagi umat Islam. Bulan ini dikenal sebagai saat di mana bayi suci yang kelak menjadi junjungan umat manusia sepanjang zaman terlahir ke dunia. Masyarakat Indonesia mengenal hari bersejarah ini sebagai Maulid Nabi. 

Bayi itu lahir dari rahim Aminah bin Wahab, istri dari Abdullah bin Abdul Muthalib yang meninggal dalam perjalanan dagang menuju Syam. Sang kakek, Abdul Muthalib, memilih kata 'Muhammad' untuk bayi itu.

Dikutip dari NU Online, Abdul Muthalib sendiri adalah pemimpin Mekah dan menjadi pelayan Kabah. Dia bertugas menyediakan layanan akomodasi, makanan serta menyiapkan air dan kebutuhan pokok lainnya untuk para peziarah Kabah.

Momen indah kelahiran Muhammad terjadi di sela situasi genting yang melanda Mekah. Abrahah, saat itu memegang kekuasaan Yaman, berencana menghancurkan Kabah dengan bala tentaranya dan membawa serta beberapa ekor gajah.

Sebelum menyerang Kabah, Abrahah sempat merampas puluhan ekor unta milih Abdul Muthalib. Meski sudah uzur, Abdul Muthalib tidak gentar menemui Abrahah untuk meminta haknya.

5 dari 6 halaman

Motif Penghancuran Kabah oleh Abrahah

Motif Abrahah menghancurkan Kabah yaitu agar situs suci itu tidak menjadi kiblat masyarakat Arab. Dia ingin masyarakat Arab berziarah ke Yaman.

Untuk mewujudkannya, Abrahah membangun tempat ibadah megah Al Qullais berlokasi di Shan'a, Ibu Kota Yaman. Harapannya, dengan hancurnya Kabah orang-orang pindah berziarah ke Yaman.

Motif lainnya yaitu soal ekonomi. Penguasa Yaman itu ingin agar para pedagang yang selalu memenuhi Mekah di musim haji pindah ke daerah kekuasaannya.

Berangkatlah Abrahah dengan bala tentara untuk mewujudkan rencananya. Ada delapan ekor gajah (riwayat lain menyebut 12 ekor) yang dibawa sebagai kendaraan perang.

Rombongan tentara Abrahah sempat beristirahat di Al Mughammas, 3,6 kilometer dari Mekah arah Thaif. Abrahah kemudian mengutus seseorang menemui pemimpin Suku Quraisy untuk menyampaikan pesan rencana penghancuran Kabah, tetapi bukan untuk berperang.

Tetapi, jika penduduk Mekah ingin berperang, maka Abrahah mempersilakan pemimpin mereka menemuinya. Selain itu, dia juga merampas harta Suku Quraisy, termasuk 200 ekor unta milik Abdul Muthalib.

Karena tidak terima, Abdul Muthalib akhirnya menemui Abrahah untuk meminta kembali semua untanya. Semula, Abrahah menaruh hormat kepada Abdul Muthalib namun kemudian tidak lagi.

Penyebabnya, kedatangan Abdul Muthalib tidak untuk membahas rencana penghancuran Kabah. Melainkan hanya untuk meminta untanya.

" Aku pada mulanya kagum kepadamu begitu melihatmu, tetapi kekagumanku sirna setelah engkau berbicara meminta 200 ekor untamu itu dan tidak menyinggung tentang rumah yang engkau dan leluhurmu agungkan dan yang aku datang untuk merubuhkannya," kata Abrahah kepada Abdul Muthalib.

Abdul Muthalib lalu menjawab perkataan Abrahah dengan singkat.

" Unta-unta itu aku pemiliknya, sedangkan Rumah itu (Kabah) ada juga pemiliknya yang akan membelanya," kata Abdul Muthalib.

 

6 dari 6 halaman

Kecongkakan Abrahah

Tetapi, Abrahah membalas perkataan Abdul Muthalib dengan congkah. Dia menyatakan Sang Pemilik (Allah) tidak akan mampu menghalanginya menghancurkan Kabah.

Abdul Muthalib lalu mempersilakan Abrahah menjalankan rencananya. Kemudian, Abrahah mengembalikan 200 ekor unta yang disitanya kepada pemiliknya.

Abdul Muthalib kemudian menyembelih unta-unta tersebut untuk persembahan kepada Kabah. Sembari berdoa agar Allah menjaga Kabah dari serangan Abrahah.

Abdul Muthalib sebenarnya sudah membujuk Abrahah untuk mengurungkan niatnya. Bahkan Abdul Muthalib bersedia memberikan sepertiga kekayaan Tihamah agar Abrahah tak menghancurkan Kabah. Tetapi, Abrahah menolak tawaran itu dan kukuh dengan rencananya.

Abdul Muthalib kembali dengan perasaan campur aduk. Sadar masyarakat Mekah tidak bisa melawan kekuatan Abrahah yang sudah terlatih berperang.

Dia pun bertawakal kepada Allah. Setelah gagal melalukan upaya membendung serangan Abrahah, Abdul Muthalib memerintahkan seluruh penduduk untuk menyingkir sementara waktu.

Abrahah pun memerintahkan pasukannya menuju Kabah. Muncul keanehan, gajah yang dinaiki Abrahah tidak mau berjalan menuju Kabah. Sementara jika diarahkan menuju titik lain, gajah itu mau berjalan.

Beberapa saat kemudian, peristiwa yang disebutkan dalam Surat Al Fil terjadi. Abrahah dan bala tentaranya tewas mengenaskan karena serangan burung-burung ababil atas perintah Allah SWT.

Sumber: NU Online

 

Beri Komentar