Borong 4.600 Ponsel Buat Bisnis Penonton Abal-Abal Live Streaming, Awalnya Cuan Miliaran Kini Terancam Bui

Reporter : Editor Dream.co.id
Jumat, 10 Mei 2024 08:36
Borong 4.600 Ponsel Buat Bisnis Penonton Abal-Abal Live Streaming, Awalnya Cuan Miliaran Kini Terancam Bui
Modal 4600 ponsel, pria ini manipulasi jumlah penonton live streaming.

1 dari 10 halaman

Borong 4.600 Ponsel Buat Bisnis Penonton Abal-Abal Live Streaming, Awalnya Cuan Miliaran Kini Terancam Bui

Borong 4.600 Ponsel Buat Bisnis Penonton Abal-Abal Live Streaming, Awalnya Cuan Miliaran Kini Terancam Bui © Pria Tiongkok Palsukan Penonton Siaran Langsung, Pakai 4600 Ponsel scmp.com

2 dari 10 halaman

Dream – Di era digitalisasi, seseorang bisa mendapatkan uang dengan memanfaatkan teknologi komunikasi. Hal itulah yang dilakukan oleh pria asal Tiongkok.

Sayangnya tindakannya mengakali teknologi membuatnya harus menghabiskan waktu di balik jeruji besi.


Pria asal Tiongkok membuat heboh publik usai ditangkap polisi karena melakukan penipuan siber. Tindak kriminal yang dilakukannya tak main-main dan bisa dibilang sangat ekstrem.

3 dari 10 halaman

© Pria Tiongkok Palsukan Penonton Siaran Langsung, Pakai 4600 Ponsel scmp.com

Mengutip South China Morning Post, pria bermarga Wang memanipulasi jumlah penonton siaran langsung menggunakan 4.600 handphone. Tak main-main, uang yang dihasilkan mencapai US$ 415 ribu atau sekitar Rp6,6 miliar dalam waktu kurang 4 bulan.

4 dari 10 halaman

Bisnis ini bermula pada akhir 2022, ketika Wang diberitahu temannya soal praktik yang dianggap menguntungkan dikenal sebagai ‘menyikat’.

Istilah ‘menyikat’ diartikan sebagai aktivitas real-time yang dipalsukan, seperti jumlah penonton, suka, komentar, dan berbagi dalam siaran langsung untuk mensimulasikan interaksi pengguna asli dan dapat menyesatkan audiens.

Wang memulai bisnisnya dengan membeli 4.600 ponsel yang dapat dikendalikan oleh perangkat lunak berbasis ‘cloud’ secara khusus.

5 dari 10 halaman

© Pria Tiongkok Palsukan Penonton Siaran Langsung, Pakai 4600 Ponsel scmp.com

Selain handphone, Wang membeli beberapa alat khusus lainnya seperti layanan VPN dan peralatan berbasis jaringan, seperti router dan switch yang dijual salah satu perusahaan teknologi di Changsha, Provinsi Hunan, Tiongkok Tengah.

6 dari 10 halaman

Dengan beberapa klik dalam komputer miliknya, Wang dapat mengoperasikan ribuan handphone yang sudah dibelinya secara serentak untuk membanjiri sebuah siaran langsung.

Kemudian bisa meningkatkan jumlah penonton dan interaksi di dalamnya, seperti fitur suka dan berbagi. Ia mengakui biaya untuk mengoperasikan salah satu handphone setiap harinya berjumlah 6,65 yuan atau Rp14,7 ribu.

“Biaya penggunaan salah satu ponsel adalah 6,65 yuan per hari,” katanya.

7 dari 10 halaman

© Pria Tiongkok Palsukan Penonton Siaran Langsung, Pakai 4600 Ponsel scmp.com

Tarif layanan yang disediakannya Wang tergantung lamanya setiap handphone terhubung ke siaran langsung. Tak hanya itu, biaya akhir layanan turut dipengaruhi oleh jumlah handphone yang diaktifkan untuk memanipulasi jumlah penonton.

8 dari 10 halaman

Ia mengaku akun-akun penonton palsu dalam handphone tersebut dibeli dengan jumlah besar dari orang lain. Tak jarang juga akun-akun itu diblokir karena tidak berhasil memverifikasi nama asli dari pengguna asli.

Namun, proses pendaftaran ulangnya cukup mudah untuk dilakukan kembali. Tercatat sampai Maret lalu, Wang telah menghasilkan sekitar tiga juta yuan atau sekitar Rp6,6 miliar dari klien-klien yang menggunakan layanannya.

9 dari 10 halaman

© Pria Tiongkok Palsukan Penonton Siaran Langsung, Pakai 4600 Ponsel scmp.com

Akibat aksinya tersebut, Wang ditangkap polisi dan dijatuhi hukuman selama satu tahun tiga bulan penjara serta diberikan denda 50.000 yuan atau Rp110,9 juta.

10 dari 10 halaman

Sebanyak 17 tersangka lainnya turut diselidiki karena “melanggar peraturan nasional dengan menyebarkan informasi palsu secara online melalui layanan penerbitan untuk mendapatkan keuntungan serta mengganggu tatanan pasar” menurut otoritas kejaksaan setempat.

Penipuan ini menjadi masalah di platform siaran langsung maupun laman e-commerce di Tiongkok. Sehingga, masyarakat setempat mendesak pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan regulasi.

Salah satu pengamat menilai kasus itu bukanlah suatu kejadian yang terisolasi. “Ini jelas bukan kasus yang terisolasi,” pikirnya.

Laporan: Nisya Aprilya

Beri Komentar