Foto: Dr. Sonny Harry B. Harmadi Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19
Dream - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 berkolaborasi dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudmenejermahkan buku pedoman perubahan perilaku penanganan Covid-19 ke 75 bahasa daerah.
Data Kemendikbud mencatat 718 bahasa daerah yang tersebar di Indonesia. Bahasa daerah dinilai lebih efektif untuk menyampaikan pesan protokol ke wilayah masing-masing.
" Kami mencoba menerjemahkan pedoman dibantu dengan Kemendikbud. Kami ingin menyampaikan dengan bahasa dan komunikasi yang efektif sehingga masyarakat dapat melaksanakan apa yang kita harapkan," tutur Dr. Sonny Harry B. Harmadi, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, di Jakarta, Kamis 19 November 2020.
Pendekatan sosial dilakukan guna mendukung pelaksaan 3T, Tracing, Treatment, dan Testing) yang menjadi upaya dalam memutus rantai penularan Covid-19.
" Misalnya di Nusa Tenggara Timur (NTT) ada bahasa Manggarai, Kupang dan sebagainya jadi bisa ada beberapa bahasa di suatu daerah. Seperti di Kalimantan juga bahasa Dayaknya ada beberapa jenis," jelasnya.
Sonny berharap apabila pesan disampaikan memakai bahasa daerah, masyarakat dapat lebih meresapi dan mau mengikuti protokol kesehatan.
Selain menerjemahkan buku pedoman perubahan perilaku penanganan Covid-19 ke dalam 75 bahasa daerah, Satgas dan Kemendikbud juga akan membuat konten video edukasi.
" Kemudian kami juga akan membuat video singkat, durasinya hanya 30-40 detik dan itu juga disampaikan memakai bahasa-bahasa daerah," kata Sonny.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat memperbarui pedoman penanganan Covid-19. Lembaga itu menyatakan virus corona dapat tersebar melalui udara.
" Beberapa infeksi dapat disebarkan melalui paparan virus dalam tetesan kecil dan partikel yang dapat bertahan di udara selama beberapa menit hingga berjam-jam. Virus ini mungkin dapat menginfeksi orang yang jaraknya lebih dari 6 kaki (1,82 meter,red) dari orang yang terinfeksi atau setelah orang tersebut meninggalkan ruangan," demikian bunyi pedoman baru tersebut yang dijelaskan Pakar Epidemiologi Kumi Smith.
Pedoman itu menyebutkan beberapa bukti penularan yang terjadi di antara orang-orang pada jarak lebih dari 6 kaki di dalam ruangan tertutup dan ventilasi kurang memadai. Dalam beberapa kasus, orang yang terinfeksi bernaas dengan berat ketika menyanyi atau olahraga.
" Ketika banyak pasien positif tinggal di rumah sakit dan menjalani perawatan untuk jangka waktu yang lama, penting untuk mengontrol kemungkinan penularan melalui udara," kata Smith.
Dia pun meminta rumah sakit memastikan sistem ventilasi di bangsal penyakit menular cukup memadai. Tidak hanya untuk Covid-19 namun semua penyakit pernapasan.
" Untuk memastikan udara ditarik keluar dari ruangan itu dan kemudian dikeluarkan ke langit di luar rumah sakit, supaya nantinya penyakit itu tidak mengenai siapapun," ujar Smith.
Pedoman Covid-19 pada CDC mungkin akan mengalami perubahan ke depan. Ini mengingat masih banyak hal yang tidak pasti terkait virus corona.
" Cara kedua kami mendapatkan jenis informasi ini adalah dari studi kasus," ucap Smith.
Dia juga menyatakan sejauh ini para ilmuwan masih berpikir virus paling sering ditularkan melalui kontak dekat. Juga masih banyak yang menganggap cara utama penularan Covid-19 yaitu melalui kontak dekat, bicara tatap muka tanpa menggunakan masker.
Sumber: Sputnik News
Dream – Harapan mengenai ketersediaan vaksin virus corona mulai menunjukkan titik terang. Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan bahwa vaksin segera tersedia pada akhir tahun ini.
" Saat ini dunia membutuhkan vaksin untuk menangani pandemi. Ada harapan bahwa vaksin akan siap akhir tahun ini," ujar Ghebreyesus.
Klaim Ghebreyesus mengenai kesediaan vaksin menjadi angin segar bagi seluruh dunia. Namun WHO belum menjelaskan secara rinci vaksin jenis apa yang nantinya akan disiapkan di akhir tahun.
Jika dilihat dari perkembangannya, setidaknya kini ada 9 vaksin eksperimental yang sudah disiapkan WHO untuk vaksin global COVAX. Rencananya WHO akan mendistribusikan 2 miliar dosis vaksin pada akhir tahun 2021 mendatang.
Menurut Profesor Adam Finn dari University of Bristol, kesediaan vaksin berpotensi mengakhiri pandemi secara langsung. Namun di awal, vaksin akan didahulukan bagi kelompok usia rentan.
“ Vaksin harus didahulukan untuk orang tua, dan kelompok pekerja rentan, seperti tenaga medis,”ujar Profesor Finn, yang juga anggota Joint Committee on Vaccination and Immunisation (JCVI).
Menuruti anjuran JCVI, Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock juga akan melakukan tindakan serupa.
Klaim Hancock kembali dipertegas oleh Ketua Satgas Vaksin Inggris, Kate Bingham. Dirinya menjelaskan bahwa vaksin massal tidak diperuntukkan bagi seluruh populasi penduduk Inggris.
" Vaksin tersedia khusus untuk pasien dewasa di atas usia 50 tahun, para tenaga medis dan staf pelayanan yang rentan terpapar COVID-19,”tegasnya.
Sumber Mirror
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati