Ilustrasi Pesantren (Liputan6.com)
Dream - Pandemi Covid-19 menyebabkan cukup banyak kematian di Indonesia. Tidak terkecuali dari kalangan pesantren di bawah naungan Nahdlatul Ulama.
Rabithah Ma'ahid Islamiyah PBNU, mencatat sedikitnya ada 234 masyayikh atau tokoh pengelola pesantren meninggal dunia di masa pandemi Covid-19. Meski tidak semua masyayikh meninggal karena terpapar Covid-19.
" Kami perlu tegaskan lagi bahwa 234 masyayikh yang wafat ini, tentu tidak bisa digeneralisasi karena Covid-19. Tetapi apa pun itu, angka ini jelas sebuah kehilangan yang teramat besar bagi kita," ujar Ketua RMI PBNU, KH Abdul Ghaffar Rozin, dikutip dari NU Online.
Gus Rozin mengatakan selama menangani Covid-19 di pesantren sejak Maret, pihaknya mencatat 112 pesantren menjadi klaster penyebaran Covid-19. Dia mengingatkan bahaya Covid-19 adalah nyata.
" Pesantren-pesantren yang terpapar Covid-19 ini adalah sebuah keniscayaan. Yang hati-hati saja bisa kebobolan, apalagi yang tidak," kata Gus Rozin.
Menurut Gus Rozin, data tersebut dikumpulkan hingga 21 Desember 2020. Sedangkan dari 112 pesantren, ada sekitar 5.244 santri dan kiai terkonfirmasi positif Covid-19 berdasarkan hasil tes usap (swab test) PCR.
Gus Rozin juga yakin data positif Covid-19 bisa lebih besar jika dimasukkan dengan hasil dari rapid test antigen maupun antibodi. Belum lagi ditambah data santri yang menderita anosmia.
" Ditambah lagi dengan santri yang tidak mengaku, maka kemudian jumlahnya menjadi amat sangat besar," ucap dia.
Akibat Covid-19, kata Gus Rozin, banyak pesantren mengalami kerugian khusunya yang sampai menutup aktivitasnya. Sebagian pesantren bahkan hingga saat ini belum bisa kembali menjalankan program belajar mengajar.
" Tentu saja pengajian yang berdasarkan online ini kita tidak bisa harapkan efektivitasnya. Ini tantangan besar. Kami juga memantau masih banyak pesantren yang belum sepenuhnya memulangkan santrinya ke pondok," terang dia.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Satuan Tugas Penanganan Covid-19 membentuk tim khusus terdiri dari gabungan pakar, dokter, maupun relawan kesehatan. Tim ini ini bertugas melakukan pemantauan terhadap para dokter yang terpapar Covid-19.
" Untuk memonitoring kualitas penanganan dokter yang terinfeksi dan hal pendukung yang dilakukan dalam proses perawatan," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito.
Wiku menegaskan keselamatan dokter dalam penanganan Covid-19 menjadi perhatian besar Pemerintah.
Demikian pula dengan para perawat, tenaga kesehatan di rumah sakit maupun klinik, petugas laboratorium dan lainnya yang terlibat langsung dalam penanganan Covid-19.
Mereka tidak libur dalam penanganan Covid-19. Semata demi memastikan keselamatan masyarakat.
" Maka dari itu, mari kita hargai kerja keras tenaga kesehatan dan berkomitmen untuk bekerja sama meringankan beban mereka," kata Wiku.
Lebih lanjut, Wiku meminta masyarakat selalu patuh pada protokol kesehatan agar tidak tertular Covid-19 yang menambah beban tenaga kesehatan. Juga agar tidak menjadi pasien positif Covid-19.
" Ini menjadi upaya dalam mengurangi angka kasus aktif," ucap dia.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, menegaskan, tidak ada toleransi atas lonjakan yang terjadi pada kasus aktif Covid-19. Kasus aktif tercatat telah melampaui level 100 ribu menandakan terjadinya penularan cukup cepat.
" Ini menunjukkan bahwa tren peningkatan kasus aktif cepat terjadi. Ini adalah hal yang tidak dapat ditoleransi," ujar Wiku.
Pergerakan data kasus aktif menunjukkan tren mengkhawatirkan. Dalam waktu satu bulan sejak November hingga Desember 2020, kasus aktif telah tembus level 100 ribu.
Dilihat dari penambahan kasus aktif baru harian, maka dalam satu bulan rata-rata bertambah antara 10 ribu hingga 30 ribu kasus. Padahal, penambahan sebanyak ini yang terjadi sebelumnya membutuhkan waktu selama tiga bulan, tepatnya antara Mei-Juli.
" Grafik kasus ini bukan hanya sekedar angka, namun merefleksikan jumlah nyawa manusia. Naik atau turunnya grafik ini ada di tangan kita semua. Setiap kenaikan grafik ini berpotensi menimbulkan kematian," ucap Wiku.
Wiku juga menyoroti data kematian. Dalam sepekan, tingkat kematian naik 3,0 persen. Kenaikan ini didominasi data dari lima provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Barat, dan Lampung.
Masih tingginya kematian pasien, kata Wiku, disebabkan penanganan fasilitas kesehatan yang belum memenuhi standar sehingga tidak bisa ditangani dengan cepat dan efektif. Dia pun meminta provinsi-provinsi dengan kematian tertinggi segera mengevaluasi penanganan sekaligus fasilitas pelayanan kesehatan.
" Lakukan penanganan yang maksimal untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Ingat, satu nyawa yang hilang sangatlah berharga," kata Wiku, dikutip dari Covid19.go.id.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati